Gambar di samping, adalah dua ransum makan siang yang seharusnya dikonsumsi oleh peserta didik di sekolah dari jasa katering. Seharusnya, karena hingga pukul 14.51 itu dua ransum yang belum juga diambil pemiliknya, dua ransum itu sudah tidak lagi di situ posisinya. Diambil oleh pemiliknya persis ketika waktu istirahat makan dan shalat dimulai pada pukul 12.00. Dan itu tidak akan tersesat atau salah ambil. Karena pada setiap ransumnya, sudah dibubuhi nama dan kelas.
Kenyataan bahwa masih ada ransum yang tertinggal di loker barang yang terletak di hall sekolah ini tentu masalah. Karena anak akan mendapat pertanyaan dari pengirim makanan, yang mungkin adalah orangtuanya atau pemilik jasa ketering, atau juga pertanyaan dari pihak orangtua mengapa satu hari anaknya tidak makan.
Namun pada siang itu, ketika saya berada di hall menemani anak-anak yag belum juga dijemput oleh penjemput seusai jam sekolah, saya menemukan tiga ransum yang tidak sengaja saya cek. Apakah benar bahwa ketiga ransum tersebut masih utuh? Dan setelah saya pastikan ketiga utuh, maka saya memanggil seorang anak yang kebetulan juga terlihat oleh saya. Anak itu sedang menyaksikan futsal di lapangan. Kebetulan yang lain lagi, bahwa anak itu juga telah bersama penjemputnya. Maka tidak membuang waktu, saya memintanya untuk segera mengambil ransum makan siangnya.
Berbagai Cerita tentang Ransum Makan Siang
Perhatian saya terhadap ransum makanan ini menjadi bagian yang saya angap penting di sekolah karena belajar dari beberapa kasus sebelumnya. Ransum makan yang pada ujungnya tidak dimakan atau terlewatkan dimakan itulah yang menjadi cerita saya kali ini. Karena ada beberapa hal yang berbeda dari cerita itu, baiklah saya utarakan beberapa halnya itu dalam lima hal.
Pertama, Anak yang malas turun ke lantai satu untuk mengambil ransum. Ini khususnya untuk anak yang kelasnya berada di lantai atas. Ketika istirahat siang mulai, dia akan lebih memilih belanja di kantin dan akhirnya melupakan pesanan makan siangnya dari katering yang dikirim dan diletakkan di loker hall sekolah. Kebijakan untuk meletakkan ransum makan siang di loker ini bertujuan agar tidak semua orang leluasa masuk ke area belajar anak. Sehingga pengambilan ransum yang ada di loker itu, menjadi tangung jawab anak-anak. Alhamdulillah, bahwa anak-anak dapat mengambil tanggung jawab ini. Memang ada beberapa kasus sebagaimana siang itu yang saya temukan. Namun secara keseluruhan berhasil.
Kedua, Rasum yang tidak sampai pada alamatnya, sehingga anak tidak makan. Baik ketika ransum itu dititip kepada Satpam sekolah atau bahkan ada ransum yang telah sampai dan berada di meja guru kelas. Kasus ini terjadi pada mereka yang ransumnya dikirim dari rumah masing-masing. Ada beberapa penyebab mengapa kasus ini sampai terjadi. Namun dari pengalaman yang terjadi, karena faktor lupa. Misalnya ketika ransum ini diserahkan oleh Satpam pada guru piket dengan menyebutkan nama dan kelasnya, beberapa waktu kemudian saat akan disampaikan, si guru lupa nama dan kelas. Dan juga lupa untuk berkoordinasi dengan Satpam yang mengirimkan. Alhasil, personel Satpam akan menjadi orang yang harus mempertanggungjawabkan akan ketidaksampaian ransum itu kepada alamatnya. Atau bahkan, lupa itu, atau mungkin paling tepat jika dikatakan tidak peka, ketika ransum itu sudah ada di meja guru tetapi ketika waktu istirahat makan shalat telah berakhir, guru tidak mengingatkan pemilik ransum untuk memakannya. Dan dalam hal ini mungkin sekali anak sedang tidak mood untuk makan makanan dari rumah, jadi klop!
Ketiga, Ransum yang memang sengaja tidak dimakan anak karena anak lebih suka jajan. Ini berkait dengan kasus di atas. Dimana ketika makanan yang dikirim tersebut tidak membuat anak bergairah untuk menjamahnya, dan ditambah dengan bekal uang yang relatif cukup untuk membeli makan siang di kantin, maka lahirlah kasus ini. Sekali lagi, pihak yang akan menjadi sumber informasi dari semua kejadian itu adalah Satpam yang bertanggung jawab terhadap semua barang titipan, dan guru yang ada di dalam kelas atau guru yang ada di meja piket. Dan untuk menghindari itu, saya sering mengingatkan teman-teman guru untuk selalu peka terhadap hal-hal kecil seperti ransum makan itu.
Keempat, Ransum yang menjadi menu makan yang kedua kalinya setelah pada istirahat paginya anak juga telah makan di kantin sekolah. Ini juga terjadi bagi beberapa anak kami di sekolah. Mereka akan menjadi kelebihan berat badan. Karena volume dan intensitas makannya yang luar biasa. Pagi sebelum sampai di sekolah, anak telah mendapat sarapan. Dan ketika istirahat pagi sekitar pukul 10.00, akan makan berat berupa nasi lengkap dengan lauknya. dan ketika instirahat makan shalat di siang hari, akan makan apa yang dikirim dari rumahnya. Dan tampaknya, ini belum menjadi perhatian atau bahkan prioritas bagi para orangtua. Oleh karenanya, terdapat sedikitnya 3 peserta didik di setiap kelas kami yang memiliki berat badan melebihi standar. Menurut saya, ini adalah bom waktu bagi kesehatan di masa depan kita.
Kelima, ransum yang akhirnya dimakan ulat. Ini akibat dari kasus-kasus yang ada. Yaitu ketika ransum tidak dijamah oleh pemiliknya, maka tidak seorangpun akan berani menyingkirkan. Dan celakanya jika itu adalah hari akhir pekan, maka dapat dipastikan makhluk hidup lain yang akan mengkonsumsi makanan itu. Namun saya bersyukur kepada para pemilik katering yang berpesan kepada Satpam sekolah, agar memakan ransum anak-anak jika hingga sore hari belum juga diambil oleh pemiliknya...
Kenyataan bahwa masih ada ransum yang tertinggal di loker barang yang terletak di hall sekolah ini tentu masalah. Karena anak akan mendapat pertanyaan dari pengirim makanan, yang mungkin adalah orangtuanya atau pemilik jasa ketering, atau juga pertanyaan dari pihak orangtua mengapa satu hari anaknya tidak makan.
Namun pada siang itu, ketika saya berada di hall menemani anak-anak yag belum juga dijemput oleh penjemput seusai jam sekolah, saya menemukan tiga ransum yang tidak sengaja saya cek. Apakah benar bahwa ketiga ransum tersebut masih utuh? Dan setelah saya pastikan ketiga utuh, maka saya memanggil seorang anak yang kebetulan juga terlihat oleh saya. Anak itu sedang menyaksikan futsal di lapangan. Kebetulan yang lain lagi, bahwa anak itu juga telah bersama penjemputnya. Maka tidak membuang waktu, saya memintanya untuk segera mengambil ransum makan siangnya.
Berbagai Cerita tentang Ransum Makan Siang
Perhatian saya terhadap ransum makanan ini menjadi bagian yang saya angap penting di sekolah karena belajar dari beberapa kasus sebelumnya. Ransum makan yang pada ujungnya tidak dimakan atau terlewatkan dimakan itulah yang menjadi cerita saya kali ini. Karena ada beberapa hal yang berbeda dari cerita itu, baiklah saya utarakan beberapa halnya itu dalam lima hal.
Pertama, Anak yang malas turun ke lantai satu untuk mengambil ransum. Ini khususnya untuk anak yang kelasnya berada di lantai atas. Ketika istirahat siang mulai, dia akan lebih memilih belanja di kantin dan akhirnya melupakan pesanan makan siangnya dari katering yang dikirim dan diletakkan di loker hall sekolah. Kebijakan untuk meletakkan ransum makan siang di loker ini bertujuan agar tidak semua orang leluasa masuk ke area belajar anak. Sehingga pengambilan ransum yang ada di loker itu, menjadi tangung jawab anak-anak. Alhamdulillah, bahwa anak-anak dapat mengambil tanggung jawab ini. Memang ada beberapa kasus sebagaimana siang itu yang saya temukan. Namun secara keseluruhan berhasil.
Kedua, Rasum yang tidak sampai pada alamatnya, sehingga anak tidak makan. Baik ketika ransum itu dititip kepada Satpam sekolah atau bahkan ada ransum yang telah sampai dan berada di meja guru kelas. Kasus ini terjadi pada mereka yang ransumnya dikirim dari rumah masing-masing. Ada beberapa penyebab mengapa kasus ini sampai terjadi. Namun dari pengalaman yang terjadi, karena faktor lupa. Misalnya ketika ransum ini diserahkan oleh Satpam pada guru piket dengan menyebutkan nama dan kelasnya, beberapa waktu kemudian saat akan disampaikan, si guru lupa nama dan kelas. Dan juga lupa untuk berkoordinasi dengan Satpam yang mengirimkan. Alhasil, personel Satpam akan menjadi orang yang harus mempertanggungjawabkan akan ketidaksampaian ransum itu kepada alamatnya. Atau bahkan, lupa itu, atau mungkin paling tepat jika dikatakan tidak peka, ketika ransum itu sudah ada di meja guru tetapi ketika waktu istirahat makan shalat telah berakhir, guru tidak mengingatkan pemilik ransum untuk memakannya. Dan dalam hal ini mungkin sekali anak sedang tidak mood untuk makan makanan dari rumah, jadi klop!
Ketiga, Ransum yang memang sengaja tidak dimakan anak karena anak lebih suka jajan. Ini berkait dengan kasus di atas. Dimana ketika makanan yang dikirim tersebut tidak membuat anak bergairah untuk menjamahnya, dan ditambah dengan bekal uang yang relatif cukup untuk membeli makan siang di kantin, maka lahirlah kasus ini. Sekali lagi, pihak yang akan menjadi sumber informasi dari semua kejadian itu adalah Satpam yang bertanggung jawab terhadap semua barang titipan, dan guru yang ada di dalam kelas atau guru yang ada di meja piket. Dan untuk menghindari itu, saya sering mengingatkan teman-teman guru untuk selalu peka terhadap hal-hal kecil seperti ransum makan itu.
Keempat, Ransum yang menjadi menu makan yang kedua kalinya setelah pada istirahat paginya anak juga telah makan di kantin sekolah. Ini juga terjadi bagi beberapa anak kami di sekolah. Mereka akan menjadi kelebihan berat badan. Karena volume dan intensitas makannya yang luar biasa. Pagi sebelum sampai di sekolah, anak telah mendapat sarapan. Dan ketika istirahat pagi sekitar pukul 10.00, akan makan berat berupa nasi lengkap dengan lauknya. dan ketika instirahat makan shalat di siang hari, akan makan apa yang dikirim dari rumahnya. Dan tampaknya, ini belum menjadi perhatian atau bahkan prioritas bagi para orangtua. Oleh karenanya, terdapat sedikitnya 3 peserta didik di setiap kelas kami yang memiliki berat badan melebihi standar. Menurut saya, ini adalah bom waktu bagi kesehatan di masa depan kita.
Kelima, ransum yang akhirnya dimakan ulat. Ini akibat dari kasus-kasus yang ada. Yaitu ketika ransum tidak dijamah oleh pemiliknya, maka tidak seorangpun akan berani menyingkirkan. Dan celakanya jika itu adalah hari akhir pekan, maka dapat dipastikan makhluk hidup lain yang akan mengkonsumsi makanan itu. Namun saya bersyukur kepada para pemilik katering yang berpesan kepada Satpam sekolah, agar memakan ransum anak-anak jika hingga sore hari belum juga diambil oleh pemiliknya...
Jakarta, 29 Februari-01 Maret 2012.
No comments:
Post a Comment