Siang itu, setelah waktu shalat Dhuhur berjamaah, saya menyaksikan keriuahan pengurus Student Council di SD yang terletak di plasa mereka. Ternyata suara itu datang dari sorakan mereka ketika petugas menyebutkan nama-nama pilihan anak-anak dalam pemilihan ketua Student Council yang sedang dihitung. Menggembirakan sekali menyaksikan kegembiraan mereka. Beberapa anak kelas rendah yang kebetulan pulang sekolah dan melewati area perhitungan tak ayal terpikat dengan keriuhan itu dan nimbrung meyaksikan. Bahkan satu dua diantara mereka mencoba bertahan manakala penjemputnya sudah siap membawanya pulang.
Memang kegiatan semacam ini adalah kegiatan yang terlaksana hanya satu tahun satu kali. Dan ini cukup memberikan bekal bagi mereka nanti untuk berkiprah yang lebih banyak dan lebih besar kelak dikemudian hari. Mungkin ketika mereka duduk di bangku pendidikan yang lebih tinggi seperti ketika mereka di bangku SMP atau SMA atau mudah-mudahan di perguruan tinggi. Saya kira ini adalah harapan normal seorang guru seperti saya. Karena situasi dan kegiatan semacam inilah yang sebenarnya akan mereka genggam hingga mereka menjadi pengganti berikutnya. Meski semua kegiatan yang mereka jalani dan lakukan tidak akan mungkin masuk dalam nilai rapot yang menjadi penentu bagi kelulusan atau kenaikan kelas mereka. Oleh karena itu dalam perjalanan mereka yang masih dalam tahapan awal itu, mudah-mudahan juga hingga di perguruan tinggi nanti, hal yang baik-baik saja yang akan mereka alami. Agar bersih langit bumi kita ini dari aroma kekotoran.
Sebagaimana cerita saya sebelumnya tentang pemilihan ketua Student Council pada tahun ini, yang sudah saya unggah pada hari sebelumnya, dimana saat itu saya sempat berbincang dengan salah satu tim pemenang dari salah satu kandidat, bahwa saya mendapatkan kesan adanya dua kandidat yang anak-anak jagokan. Menurut anak-anak itu, dua kandidat yang layak dipilih adalah kandidat dengan nomor urut dua dan nomor urut enam. Dan untuk mengetahui lebih lanjut apa yang menjadi argumentasi mereka itu, maka saya mencobanya untuk bertanya. Dijelaskan bahwa dua-duanya memiliki kelebihan yang relatif banyak dibandingkan dengan kandidat yang lainnya. Namun bukan berarti keduanya tidak memiliki sisi yang kurang positif, jelas mereka.
Dengan pendapat dan argumentasi yang diberikannya itulah maka satya saat itu lahirlah kekaguman saya akan kompetensi anak-anak itu dalam berkomunkasi dan mengungkapkan pendapatnya. Mereka benar-benar cerdas dalam arti yang sesungguhnya. Cerdas yang murni tanpa adanya rekayasa atau plot. Apa yang keluar dari pikirannya benar-benar membuat saya sulit untuk membedaan apakah ini pendapat dari anak yang duduk di bangku sekolah menengah atau sekolah dasar? Meski kadang yang dikemuakakan masih dalam tataran konseptual dan bkan operasional. Tetapi bukankah pemerintah yang memiliki orang-orang cerdas pun masih juga melakukan hal yang mirip? Misalnya saja tentang maju mundurnya penanganan subsidi BBM dengan metode pembatasan kendaraan pribadi menggunakannya. Hal seperti ini bagus di konsepnya. Namun bagaimana operasionalisasinya di seantero wilayah yang ada di negeri ini?
Untuk itu saya tidak akan kecewa dan kaget ketika seorang kandidat akan menyewakan lapangan futsal di sebuah tempat agar teman-temannya dapat bermain gratis. Bagus bukan? Namun bagaimana nanti melaksanakan ide yang bagus sekali itu? Allahua'alam. Saya pribadi tidak dapat membayangkan bagaimana pelaksanaan ide itu. Tetapi saya bangga bahwa ada yang punya ide semacam itu. Dan entah karena janjinya itu atau karena faktor yang lain, ternyata kandidat itulah yang mendapatkan suara terbanyak dari lima kandidat lainnya.
Untuk itulah saya sampaikan selamat kepada mereka yag telah sukses belajar dalam wadah Student Council itu.
Jakarta, 2 Maret 2012.
No comments:
Post a Comment