Siang ini, mengingat ada mata plajaran yang kosong, juga nanti pada hari Kamis, saya akan masuk kelas untuk belajar bersama dengan anak-anak. Karena saya tidak memiliki mata pelajaran, maka saya akan memberikan pelajaran yang berbeda dari apa yang pernah diterima anak-anak dari guru mereka masing-masing. Dan hari ini, saya mengajak anak-anak itu menikmati Indonesia, khususnya Pulau Jawa dengan peta Mudik tahun 2011, yang saya dapatkan dari toko buku saat Ramadhan tahun lalu.
Saya masuk kelas dengan membawa peta Pulau Jawa-Bali yang cukup untuk masing-masing berdua. Tapi sebelum peta kita nikmati bersama, saya membacakan cerita anak tentang kehebatan ayahnya yang dimuat di Kompas Anak, terbit hari Minggu tanggal 25 Maret 2012. Sembari menyimak, anak-anak saya meninta untuk menyilang kata-kata yang saya baca, yang mereka telah tulis di kotak-kotak yang berjumlah 16. Tentu ini siasat agar mereka benar-benar menyimak cerita yang saya bacakan. Benar saja, anak-anak tampak tekun mengikuti jalannya cerita. Meski cerita itu berkisar tentang anak-anak naun itu tidak menjadi halangan baginya.
Selesai dengan cerita, saya mengajak mereka untuk berdiskusi tentang pesan yang dapat kita tangkap dari cerita tersebut. Alhamdulillah, anak-anak memperoleh sesuatu dari kisah anak yang semula malu dengan profesi orangtuanya karena hanya kalah 'keren'. Namun akhirnya Rido, si anak dalam cerita tersebut menyadari kekeliruannya dan dengan melihat semangat serta semangat ayahnya dalam memberi manfaat kepada orang lain, kebanggaan terhadap orangtua tersebut muncul.
Diskusi cerita itu harus saya akhiri. Karena waktu yang ada tinggal empat puluh menit lagi. Saya meminta semua anak menemukan kota Cilegon, yang ada di bagian utara Pulau Jawa bagian barat. Kemudian saya meminta menyebutkan urutan kota-kota dari Cilegon ke arah kiri menelusuri Jalan Utama. Nah disini saya mengajak anak untuk melihat perbedaan antara jalan yang digambar dengan warna merah tebal, merah kecil, dan biru. Saya ajak mereka melihat legenda peta yang ada di pojok kiri sebelah bawah. Semua menemukan.
Dari Carita, saya mengajak anak-anak untuk terus mengikuti jalur wisata ke arah bawah atau ke arah selatan hingga ke Ujung Kulon. Dari sini saya mengajak mereka menuju arah timur hingga ke Pelabuhan Ratu. Bawah, kanan, kiri, dan atas ini kemudian saya sampaikan bahwa untuk membaca peta, arah-arah yang standar untuk ke kiri adalah arah mata angin barat. Kanan dalam peta berarti arah mata angin timur, arah atau dan bawah dalam arah mata angin adalah arah utara dan selatan.
Di tempat-tempat wisata itu, seperti ketika di Pangandaran misalnya, saya meminta anak yang pernah ke lokasi tersebut untuk bercerita. Saya juga memberitahukan alternatif perjalanan menuju tempat-tempat wisata tersebut. Perjalanan di peta itu baru kami akhiri setelah kami sampai ke Surabaya setelah sebelumnya dari Pangandaran ke Cilacap, Bantul, Parangtritis, Kukup, Krakal, terus menuju timur hingga ke Banyuwangi dan lanjut ke Panarukan.
Perjalanan benar-benar kami akhiri di Surabaya. Setelah sebeklumnya kami berdiskusi berapa jauh perjalanan yang telah kita tempuh dengan terlebih dahulu kita membandingkan jarak peta dengan jarak nyata dengan bantuan skala.
Dan hingga pelajaran berakhir, kami senang. Setidaknya saya. Yang telah menyampaikan bagaimana Pantai Selatan Jawa kepada anak-anak itu. Dan harapan saya, ini menjadi inspirasi bagi mereka untuk liburan nanti tidak harus ke luar negeri...
Jakarta, 27 Maret 2012.
No comments:
Post a Comment