Pak, bisa minta tolong bukain tutupnya? Ini permohonan salah satu siswa atau peserta didik saya saat mengiuti ekskul futsal, karena dia merasa kesulitan untuk membuka tutup botol minumnya. Saya sudah berusaha untuk membuka sendiri setelah memberikan tips tentang bagaimana membukanya. Namun karena belum juga berhasil, saya akhirnya memenuhi permohonannya. Dan setelah beberapa kali saya mencobanya, tutup botol itu terbuka juga.
Anak itu memang sedikit berbeda. Baik dalam bentuk fisiknya atau juga dalam hal perilakunya. Fisiknya berbeda karena sangat jelas tampak bahwa ia memiliki ras asing pada dirinya. Parasnya menjadi lebih good looking dibanding dengan teman sebayanya. Juga kulitnya yang putih coklat muda. Mungkin karena salah satu orangtuanya yang memang berasal dari negeri barat. Tetapi yang lebih menarik dari dia di mata saya adalah karena ia sering mengeluh kepada saya hanya karena tidak memiliki teman yang mau mengajaknya masuk dalam tim futsalnya.
Suatu hari, di depan pengawasan saya, teman-temannya sibut bergabung atau diajak bergabung atau menggabungkan diri ke dalam tim-tim futsal yang ada atas perintah guru futsal. Dan si anak itu masih menawarkan diri agar dapat masuk tim namun belum juga berhasil. Malah ketika ada satu tim yang telah berhasil menerima dia, datang anak lain yang belum dapat tim, dan anehnya tim itu lebih memilih anak yang datang belakangan dari pada dia. Alhasil, dia harus datang ke guru pembimbing futsal untuk dapat masuk tim.
Kenyataan-kenyataan yang saya temukan tentang anak itu kemudian saya coba konfirmasikan kepada guru di kelas dan juga kepada teman-temannya. Mengapa mereka berlaku seperti itu terhadap anak itu? Dan saya tercengang ketika salah seorang dari temannya memberikan penjelasan kepada saya bahwa mereka tidak mau banyak bermain dengan anak itu karena anak itu nakal.
Apa Pengertian 'Nakal' bagi Mereka?
Sederhana sekali pengertiannya. Yaitu mau menangnya sendiri. Egois. Tidak mau tahu dengan giliran orang lain. Jadilah ia tidak banyak yang mau menerima sebagai bagian. Contohnya seperti dalam tim futsal yang dibentk guru di lapangan itu.
Dan memang, ketika waktu istirahat atau waktu sesudah pulang sekolah, saya sedikit melihat perilaku tidak yang ia peragakan. Seperti tidak mau segera pulang meski pembantunya sudah menunggu lama di gerbang sekolah. Juga ketika guru memintanya untuk kembali ke kelas saat pelajaran olah raga, ia jarang sekali mau cepat merespon. Dan mungkin inilah sumber kesulitan dia untuk mudah ikut terlibat dalam bermain bersama teman-temannya. Karena temannya tidak menyukai orang yang sulit menaati peraturan.
Lalu apa usaha guru? Ini juga yang menjadi kesulitan berikutnya. Karena dalam setiap pertemuan yang bermaksud menghadirkan kedua orangtuanya, selalu diwakili oleh kerabatnya saja. Setelah lama waktu berjalan, akhirnya guru faham bahwa apa yang anak itu tampilkan adalah perilaku yang masih tergolong baik. Ini mengingat ia tumbuh tanpa pendampingan kasih dan sayang dari orang yang seharusnya mengasihi dan menyayanginya. Ia selama ini tumbuh hanya dari materi yang disuplai dari kedua orangtuanya. Dan materi, tentu berbeda dengan apa yang saya sebutkan sebagai kasih dan sayang.
Maka dari anak yang meminta tolong membukakan tutup botol minum itu, saya belajar lagi tetang makna pepatah, bahwa buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya...
Jakarta, 15-17 Februari 2012.
No comments:
Post a Comment