Buku Cara AMPUH Merebut Hati Murid Anda yang ditulis oleh Pak Joko Wahyono ini, sungguh memberikan dorongan motivasi bagi saya khususnya, dan pasti untuk semua yang ingin menjadi guru dengan kompetensi yang sungguh-sungguh mumpuni. Tidak saja pada kompetensi akademik, pengetahuan, dan keterampilannya, tetapi juga visi paedagogis yang menjadi landasannya untuk memperjuangkan harkat dan maratabat mulianya. Sungguh inspiratif. Dan sebagai praktisi di lembaga pendidikan formal, saya mendapatkan banyak hal dari buku ini. Terutama untuk mengevaluasi diri berkenaan dengan tujuan saya menjadi guru secara total lahir dan batin, jiwa dan raga.
Buku yang yang membuat saya kemudian berpikir, bahwa kalau setelah mencapai posisi dimana jiwa dan raga sudah menjadi guru dengan setulus-tulusnya, lalu berikutnya apa yang sesungguhnya dapat menjadi pembeda antara guru yang satu dengan guru yang lain, atau lebih luas lagi, antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain? Apakah pembeda antara satu guru dengan guru yang lain hanya terletak kepada golongan kepegawaian? Jumlah atau lamanya tahun pengalaman mengajar? Gelar akademis yang diperolehnya di sekolah paling baik di negeri ini? Jam terbang sebagai trainer atau motivator yang dijalaninya selain menjadi pendidik? Atau mungkin surat keputusan sebagai guru yang telah tersertifikasi dan otomatis sudah memperoleh tunjangan sertifikasi?
Bagi saya, guru yang berbudaya AMPUH (A= Asertif dalam bertindak; M= Menghargai murid; P= Pandai membina hubungan baik; U= Usaha optimal; dan H= Hindari kekerasan dan rasa takut), inilah yang menjadi salah satu indikasi utamanya. Guru yang telah berbudaya AMPUH ini tidak lagi memusingkan siapa dirinya atau apa statusnya. Yang terpikir olehnya adalah peserta didiknya yang menjadi subyek bagi pengembangan potensi diri mereka. Ia adalah pelayan bagi peserta didiknya yang sedang merajut mimpi keberhasilan di masa mendatang.
Dan ini bagi sekolah dapat berarti bahwa, pemberdayaan guru di sekolah harus menjadi bagian serta porsi yang utama. Tidak hanya sekedar untuk tujuan sertifikasi atau mempertahankan sertefikat tersebut, lebih jauh lagi, untuk membuat guru benar-benar menemukan jatidiri dan martabat mulianya dengan berbudaya AMPUH.
Kualitas Guru dan PPDB
Adakah hubungan antara kualitas guru yang ada di sebuah sekolah dengan penerimaan peserta didik baru (PPDB) menjelang tahun pelajaran baru dimulai, khususnya di lembaga pendidikan formal swasta? Mengapa berhubungan? Bagaimana hubungan itu dapat terjalin? Catatan saya ini sekaligus mengajak kepada komunitas pendidikan Indonesia untuk juga melihat bagaimana masyarakat umum melihat kualitas sebuah lembaga yang bernama sekolah. Sebuah lembaga dimana para teman-teman guru menunaikan ibadahnya dalam bentuk melakukan interaksi pendidikan. Dimana sekarang ini yang mayoritas atau pada umumnya masyarakat melihat sekolah berbasis dari kelengkapan fasilitas sebagai satu-satunya pintu masuk bagi pemeringkatan sekolah tersebut dalam tataran istimewa, baik, atau kurang? Untuk itulah mari kita melihat sekolah tidak saja dari fasilitas yang lengkap, tetapi juga dari SDM (baca: guru) yang memiliki totalitas dalam bekerja serta etos kerja yang paripurna.
Karena itu, kembali saya menyampaikan kepada masyarakat umum, atau khususnya kepada calon orangtua peserta didik, bahwa sekolah kami berbeda karena memiliki guru dengan kualitas yang berbeda jika harus dibandingkan dengan sekolah lain. Dan saya tidak akan menceritakan fasilitas apa saja sehingga sekolah kami menjadi berkualitas.
Mengapa kualitas guru jauh memiliki nilai tambah yang lebih baik dan memiliki banyak nilai positif dari pada kelengkapan fasilitas di sebuah sekolah? Karena guru adalah inti dari sebuah interaksi edukasi antara peserta didik dengan pendidik. Karena guru adalah pemegang kendali akan keberhasilan dari interaksi tersebut. Dan itu dapat berarti pula kalau gurunya berkualitas plus fasilitasnya mendukung, maka pengembangan potensi akan semakin akseleratif. Dahsyat! Dan guru dalam sosok yang saya gambarkan itu adalah guru yang berbudaya AMPUH. Yaitu guru yang memungkinkan untuk membuat peserta didiknya memiliki motivasi untuk berprestasi tinggi. Sebagaimana yang dituturkan oleh penulis buku ini.
Lalu, bagaimana pihak masyarakat mengetahui ‘perbedaan’ sekolah dengan guru AMPUH atau tidak? bagi masyarakat ketika akan memilih sekolah untuk anandanya, yang pernah saya muat dalam blog saya (terbit pada 16 Januari 2012).
Tips Pertama, bahwa sekolah adalah jenjang pendidikan formal yang akan menjadi bagian hidup bagi ananda. Untuk itulah maka kepada ananda, kita berikanlah kontribusi kepadanya untuk juga dapat memilih sekolahnya. Dengan cara kunjungilah sekolah-sekolah yang menjadi pilihan atau alternatif. Dan dalam kunjungan itu, cobalah untuk bertemu dengan sebanyak mungkin guru, atau menajemen sekolah yang ada, untuk sekedar berdiskusi atau bertukarpikiran. Selain bertemu dengan pihak yang berkepentingan yang ada di sekolah tersebut, mintalah ijin untuk dapat melihat-lihat kelas dan fasilitas sekolah yang ada.
Apa yang dapat kita ambil dalam kunjungan semacam itu? Adalah gambaran tentang bagaimana model para guru dan manajemen di sekolah tersebut dalam berkomunikasi. Wawancara atau dialog singkat dalam kunjungan semacam itu cukup bagi kita untuk menjadi lebih sreg atau tidak. Atau, apakah sekolah yang kita kunjungi itu layak sebagai alternatif pilihan?
Tips Kedua, berhubungan dengan tips pertama tersebut, yaitu mengunjungi sekolah, maka temukanlah sekolah yang cocok atau sesuai dengan kapasitas dan minat yang ananda miliki. Hal ini penting agar potensi yang dimiliki ananda dapat terus ditumbuhkembangkan. Artinya ada sekolah yang sangat intens dengan pembelajaran akademik, ada pula sekolah yang memadukan pengembangan akademik dan akademik, dan lain-lain. Harus dipahami bahwa ada beberapa anak yang sayngat kuat dalam akademik sehingga boleh jadi sekolah model pertama cocok buat anak seperti ini. Namun ada pula anak yang kemampuan akademiknya biasa-biasa saja sehingga mungkin ia lebih cocok dengan sekolah model kedua. Jadi mengenali minat dan kecenderungan ananda kita adalah modal penting berikut bagi pemilihan sekolahnya.
Tips Ketiga, dengan melihat dua hal tersebut, maka memilih sekolah haruslah didasari hasil diskusi keluarga, termasuk di dalamnya ananda, karena bersekolah akan dijalani dalam rentang waktu yang tidak dapat dikatakan pendek. Dalam banyak kasus, memilih sekolah masih didominasi oleh pilihan orangtua. Dan bisa jadi ini dilakukan karena kebetulan orang tua tersebut adalah alumni dari sekolah yang dipilihnya. Padahal dengan jarak waktu yang panjang, sangat mungkin perubahan telah terjadi di sekolah yang dipilihnya. Perubahan guru, salah satu indikator penyebabnya.
Tips Keempat, jangan pernah memilih sekolah karena asumsi, rekomendasi teman, atau persepsi orang lain, tanpa sebelumnya kita kunjungi. Karena jika apa yang dipersepsikan tidak sama dengan apa yang kita persepsikan, maka masalah tidak hanya untuk kita sebagai orangtua, tetapi juga ananda yang akan menjalaninya.
Dengan empat tips tersebut, dapatkah kita menemukan perbedaan sekolah dengan guru AMPUH yang secara sadar, terpola, dan terus menerus melakukan peningkatan kualitas diri dengan professional development dan sekolah yang hanya sibuk dengan penampilan administratif. Dan bagi kita yang mengemban tugas di lembaga pendidikan formal, maka menginspirasi semua guru untuk berbudaya AMPUH harus menjadi bagian paling utama selain melengkapi fasilitas sekolah yang memadai.
Jakarta, 6 Februari 2012.
Buku yang yang membuat saya kemudian berpikir, bahwa kalau setelah mencapai posisi dimana jiwa dan raga sudah menjadi guru dengan setulus-tulusnya, lalu berikutnya apa yang sesungguhnya dapat menjadi pembeda antara guru yang satu dengan guru yang lain, atau lebih luas lagi, antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain? Apakah pembeda antara satu guru dengan guru yang lain hanya terletak kepada golongan kepegawaian? Jumlah atau lamanya tahun pengalaman mengajar? Gelar akademis yang diperolehnya di sekolah paling baik di negeri ini? Jam terbang sebagai trainer atau motivator yang dijalaninya selain menjadi pendidik? Atau mungkin surat keputusan sebagai guru yang telah tersertifikasi dan otomatis sudah memperoleh tunjangan sertifikasi?
Bagi saya, guru yang berbudaya AMPUH (A= Asertif dalam bertindak; M= Menghargai murid; P= Pandai membina hubungan baik; U= Usaha optimal; dan H= Hindari kekerasan dan rasa takut), inilah yang menjadi salah satu indikasi utamanya. Guru yang telah berbudaya AMPUH ini tidak lagi memusingkan siapa dirinya atau apa statusnya. Yang terpikir olehnya adalah peserta didiknya yang menjadi subyek bagi pengembangan potensi diri mereka. Ia adalah pelayan bagi peserta didiknya yang sedang merajut mimpi keberhasilan di masa mendatang.
Dan ini bagi sekolah dapat berarti bahwa, pemberdayaan guru di sekolah harus menjadi bagian serta porsi yang utama. Tidak hanya sekedar untuk tujuan sertifikasi atau mempertahankan sertefikat tersebut, lebih jauh lagi, untuk membuat guru benar-benar menemukan jatidiri dan martabat mulianya dengan berbudaya AMPUH.
Kualitas Guru dan PPDB
Adakah hubungan antara kualitas guru yang ada di sebuah sekolah dengan penerimaan peserta didik baru (PPDB) menjelang tahun pelajaran baru dimulai, khususnya di lembaga pendidikan formal swasta? Mengapa berhubungan? Bagaimana hubungan itu dapat terjalin? Catatan saya ini sekaligus mengajak kepada komunitas pendidikan Indonesia untuk juga melihat bagaimana masyarakat umum melihat kualitas sebuah lembaga yang bernama sekolah. Sebuah lembaga dimana para teman-teman guru menunaikan ibadahnya dalam bentuk melakukan interaksi pendidikan. Dimana sekarang ini yang mayoritas atau pada umumnya masyarakat melihat sekolah berbasis dari kelengkapan fasilitas sebagai satu-satunya pintu masuk bagi pemeringkatan sekolah tersebut dalam tataran istimewa, baik, atau kurang? Untuk itulah mari kita melihat sekolah tidak saja dari fasilitas yang lengkap, tetapi juga dari SDM (baca: guru) yang memiliki totalitas dalam bekerja serta etos kerja yang paripurna.
Karena itu, kembali saya menyampaikan kepada masyarakat umum, atau khususnya kepada calon orangtua peserta didik, bahwa sekolah kami berbeda karena memiliki guru dengan kualitas yang berbeda jika harus dibandingkan dengan sekolah lain. Dan saya tidak akan menceritakan fasilitas apa saja sehingga sekolah kami menjadi berkualitas.
Mengapa kualitas guru jauh memiliki nilai tambah yang lebih baik dan memiliki banyak nilai positif dari pada kelengkapan fasilitas di sebuah sekolah? Karena guru adalah inti dari sebuah interaksi edukasi antara peserta didik dengan pendidik. Karena guru adalah pemegang kendali akan keberhasilan dari interaksi tersebut. Dan itu dapat berarti pula kalau gurunya berkualitas plus fasilitasnya mendukung, maka pengembangan potensi akan semakin akseleratif. Dahsyat! Dan guru dalam sosok yang saya gambarkan itu adalah guru yang berbudaya AMPUH. Yaitu guru yang memungkinkan untuk membuat peserta didiknya memiliki motivasi untuk berprestasi tinggi. Sebagaimana yang dituturkan oleh penulis buku ini.
Lalu, bagaimana pihak masyarakat mengetahui ‘perbedaan’ sekolah dengan guru AMPUH atau tidak? bagi masyarakat ketika akan memilih sekolah untuk anandanya, yang pernah saya muat dalam blog saya (terbit pada 16 Januari 2012).
Tips Pertama, bahwa sekolah adalah jenjang pendidikan formal yang akan menjadi bagian hidup bagi ananda. Untuk itulah maka kepada ananda, kita berikanlah kontribusi kepadanya untuk juga dapat memilih sekolahnya. Dengan cara kunjungilah sekolah-sekolah yang menjadi pilihan atau alternatif. Dan dalam kunjungan itu, cobalah untuk bertemu dengan sebanyak mungkin guru, atau menajemen sekolah yang ada, untuk sekedar berdiskusi atau bertukarpikiran. Selain bertemu dengan pihak yang berkepentingan yang ada di sekolah tersebut, mintalah ijin untuk dapat melihat-lihat kelas dan fasilitas sekolah yang ada.
Apa yang dapat kita ambil dalam kunjungan semacam itu? Adalah gambaran tentang bagaimana model para guru dan manajemen di sekolah tersebut dalam berkomunikasi. Wawancara atau dialog singkat dalam kunjungan semacam itu cukup bagi kita untuk menjadi lebih sreg atau tidak. Atau, apakah sekolah yang kita kunjungi itu layak sebagai alternatif pilihan?
Tips Kedua, berhubungan dengan tips pertama tersebut, yaitu mengunjungi sekolah, maka temukanlah sekolah yang cocok atau sesuai dengan kapasitas dan minat yang ananda miliki. Hal ini penting agar potensi yang dimiliki ananda dapat terus ditumbuhkembangkan. Artinya ada sekolah yang sangat intens dengan pembelajaran akademik, ada pula sekolah yang memadukan pengembangan akademik dan akademik, dan lain-lain. Harus dipahami bahwa ada beberapa anak yang sayngat kuat dalam akademik sehingga boleh jadi sekolah model pertama cocok buat anak seperti ini. Namun ada pula anak yang kemampuan akademiknya biasa-biasa saja sehingga mungkin ia lebih cocok dengan sekolah model kedua. Jadi mengenali minat dan kecenderungan ananda kita adalah modal penting berikut bagi pemilihan sekolahnya.
Tips Ketiga, dengan melihat dua hal tersebut, maka memilih sekolah haruslah didasari hasil diskusi keluarga, termasuk di dalamnya ananda, karena bersekolah akan dijalani dalam rentang waktu yang tidak dapat dikatakan pendek. Dalam banyak kasus, memilih sekolah masih didominasi oleh pilihan orangtua. Dan bisa jadi ini dilakukan karena kebetulan orang tua tersebut adalah alumni dari sekolah yang dipilihnya. Padahal dengan jarak waktu yang panjang, sangat mungkin perubahan telah terjadi di sekolah yang dipilihnya. Perubahan guru, salah satu indikator penyebabnya.
Tips Keempat, jangan pernah memilih sekolah karena asumsi, rekomendasi teman, atau persepsi orang lain, tanpa sebelumnya kita kunjungi. Karena jika apa yang dipersepsikan tidak sama dengan apa yang kita persepsikan, maka masalah tidak hanya untuk kita sebagai orangtua, tetapi juga ananda yang akan menjalaninya.
Dengan empat tips tersebut, dapatkah kita menemukan perbedaan sekolah dengan guru AMPUH yang secara sadar, terpola, dan terus menerus melakukan peningkatan kualitas diri dengan professional development dan sekolah yang hanya sibuk dengan penampilan administratif. Dan bagi kita yang mengemban tugas di lembaga pendidikan formal, maka menginspirasi semua guru untuk berbudaya AMPUH harus menjadi bagian paling utama selain melengkapi fasilitas sekolah yang memadai.
Jakarta, 6 Februari 2012.
No comments:
Post a Comment