Taksi terpaksa mengambil jalan memutar untuk mencapai blok E, sebuah perumahan yang berada dekat balai pertemuan Dusun Karangmalang, Yogyakarta. Jalur itu sekaligus juga adalah pembelajaran buat saya dalam mengenal lebih baik lagi daerah Yogyakarta. Terutama daerah -daerah yang lebih kecil.
Untuk sampai disitu, dari bunderan UGM taksi mengambil jalan ke arah UNY. Persis sesudah berada di depan GOR UNY, taksi masuk jalan kecil yang ada di sebelahnya. Lanjut hingga masjid UNY, yang berada di dalam komplek kampus.
Taksi harus memutar balik ketika sampai di ujung jalan berkonblok ketika sampai di blok E. Karena sepanjang jalan Karangmalang yang berseberangan dengan lembah UGM pagi itu dipenuhi pedagang. Sejak pagi ruas jalan ini menjadi pasar kaget. Berbagai jenis jajanan, makanan, kerajinan tangan, dan aneka asesoris digelar disitu. Itulah yang orang Yogyakarta menyebutnya sebagai sunmor. Yang adalah akronim dari Sunday Morning. Karena hanya buka pada hari Minggu pagi, meski prakteknya hingga pukul 11.00 siang belum juga bubar.
Maka setelah meletakkan semua bawaan ke dalam kamar kos anak yang berada disekitar lokasi situ, kami menyempatkan diri untuk melihat dagangan dan sekaligus juga dagangan serta kreativitas yang digelar. Tampak bahwa pedagang mengerahkan semua kepintarannya dalam rangka mendapatkan rizki untuk mempertahankan martabat mereka masing-masing. itulah yang tampak pada raut muka mereka. Semua geliat usaha yang patut mendapatkan apresiasi.
Misalnya saja seorang pedagang bibit tanaman yang menggelar dagangannya berupa bibit tanaman bunga dan tanaman pot. Tentunya tidak lupa membawa tanaman pohon cabe rawitnya yang sedang berbuah lumayan lebat. Ada buahnya yang merah rata nan ranum, juga ada yang masih hijau.
Di bagian lain empat pemuda memainkan musik. Mereka memainkan instrumen lagu Cinta Satu Malam dengan drum kecil, alat tabuh, pianika, gitar, dan biola. Tas biola mereka buka dan gelar di depan mereka sebagai alat untuk uang donasi dari penonton. Hingga kami meninggalkan lokasi itu, empat pemusik tersebut masih beraksi dengan memainkan instrumen lagu Doraemon.
Pada bagian lain lagi, seorang bapak yang tampaknya berusia 30an tahun mencoba menawarkan bingkai foto dari kayu yang desainnya unik. Bapak itu sedang berhadapan dengan sekelompok anak muda putri yang tanpaknya anak kos-kosan.
Sedang yang lain lagi, sepasang muda-mudi menawarkan kaca cermin ukuran lebih kurang 30 x 60 centimeter juga dengan desain yang beda. Lucu dan kreatif.
Itulah gambaran perjuanangan dalam mempertahankan diri dan martabatnya di sebuah pasar kaget di daerah Karangmalang, Yogyakarta pada hari Minggu pagi yang disebutnya Sunmor.
Karangmalang, 24 April 2011-Jakarta, 25 April 2011.
Untuk sampai disitu, dari bunderan UGM taksi mengambil jalan ke arah UNY. Persis sesudah berada di depan GOR UNY, taksi masuk jalan kecil yang ada di sebelahnya. Lanjut hingga masjid UNY, yang berada di dalam komplek kampus.
Taksi harus memutar balik ketika sampai di ujung jalan berkonblok ketika sampai di blok E. Karena sepanjang jalan Karangmalang yang berseberangan dengan lembah UGM pagi itu dipenuhi pedagang. Sejak pagi ruas jalan ini menjadi pasar kaget. Berbagai jenis jajanan, makanan, kerajinan tangan, dan aneka asesoris digelar disitu. Itulah yang orang Yogyakarta menyebutnya sebagai sunmor. Yang adalah akronim dari Sunday Morning. Karena hanya buka pada hari Minggu pagi, meski prakteknya hingga pukul 11.00 siang belum juga bubar.
Maka setelah meletakkan semua bawaan ke dalam kamar kos anak yang berada disekitar lokasi situ, kami menyempatkan diri untuk melihat dagangan dan sekaligus juga dagangan serta kreativitas yang digelar. Tampak bahwa pedagang mengerahkan semua kepintarannya dalam rangka mendapatkan rizki untuk mempertahankan martabat mereka masing-masing. itulah yang tampak pada raut muka mereka. Semua geliat usaha yang patut mendapatkan apresiasi.
Misalnya saja seorang pedagang bibit tanaman yang menggelar dagangannya berupa bibit tanaman bunga dan tanaman pot. Tentunya tidak lupa membawa tanaman pohon cabe rawitnya yang sedang berbuah lumayan lebat. Ada buahnya yang merah rata nan ranum, juga ada yang masih hijau.
- Nanti buahnya lebat ngak Pak? Tanya pembeli sambil menenteng bibit yqng sudah dalam plastik kresek.
- Saya doakan Bu agar berbuah lebih lebat dari contoh yang saya pajang itu. Tapi dirawat hingga tumbuh dulu ya Bu. Jawab pedagang sambil memberi yang kembalian.
Di bagian lain empat pemuda memainkan musik. Mereka memainkan instrumen lagu Cinta Satu Malam dengan drum kecil, alat tabuh, pianika, gitar, dan biola. Tas biola mereka buka dan gelar di depan mereka sebagai alat untuk uang donasi dari penonton. Hingga kami meninggalkan lokasi itu, empat pemusik tersebut masih beraksi dengan memainkan instrumen lagu Doraemon.
Pada bagian lain lagi, seorang bapak yang tampaknya berusia 30an tahun mencoba menawarkan bingkai foto dari kayu yang desainnya unik. Bapak itu sedang berhadapan dengan sekelompok anak muda putri yang tanpaknya anak kos-kosan.
Sedang yang lain lagi, sepasang muda-mudi menawarkan kaca cermin ukuran lebih kurang 30 x 60 centimeter juga dengan desain yang beda. Lucu dan kreatif.
Itulah gambaran perjuanangan dalam mempertahankan diri dan martabatnya di sebuah pasar kaget di daerah Karangmalang, Yogyakarta pada hari Minggu pagi yang disebutnya Sunmor.
Karangmalang, 24 April 2011-Jakarta, 25 April 2011.
No comments:
Post a Comment