Saya sedang berdiskusi dengan bagian security ketika seorang guru memanggil-manggil nama peserta didik kami yang ketika jam itu, telah lebih dari 60 menit berada di sekolah dari jadwal kepulangannya. Ini berarti, pemanggilan yang melibatkan guru tersebut menjadi jalan paling terakhir. Karena biasanya penjemput cukup meminta salah seorang dari anggota security yang ada di depan, baik di pintu masuk atau pintu keluar sekolah untuk kemudian anggota security tersebut memberikan pesan berantai kepada anggota security yang lain via HT.
Dan pada saat itu, posisi saya sedang berada di lantai basement sekolahan tempat dimana kendaraan guru dan karyawan parkir. Maka saya segera beranjak dari lokasi diskusi tersebut menuju ke ruangan guna berkoordinasi dengan guru yang mencari. Dalam benak saya, segera tervisualisasi beberapa lokasi favoritnya untuk bersembunyi.
Peserta didik saya ini adalah ia yang pernah saya temukan ketika kami memintanya menuju ke penjemputnya yang telah menunggu di pintu hall sekolah. Tetapi saat itu ia bukan segera bertemu penjemputnya dengan membawa tas untuk pulang ke rumah, justru sembunyi di lokasi yang sebelumnya tidak saya duga. Maka ketika hari ini guru disibukkan dengan persoalan yang sama, saya segera memvisualisasikan lokasi-lokasi favorit untuk sembunyinya.
Benar saja. Alhamdulillah. Beberapa langkah saya beranjak dari lokasi disuksi, saya berpapasan dengan anak tersebut ketika ia sedang berlari untuk mencari lokasi sembunyi yang baru. Saya ajak dia bertanya jawab. Termasuk memintanya memberikan alasan mengapa tidak segera menemui penjemputnya. Dan melalui HT, saya informasikan kepada anggota security lainnya guna datang di lokasi dimana saya dan siswa saya berada.
Penemuan itu, sekaligus mengakhiri petualangannya untuk mencari lokasi sembunyi yang baru di sekolah, untuk menunda kepulangannya. Alhamdulillah.
Jakarta, 19 Februari 2018.
No comments:
Post a Comment