Saya selalu mendapati beberapa kali bola-bola milik anak-anak Taman Kanak-kanak digunakan untuk bermain futsal anak-anak kelas III SD yang kebetulan sedang menunggu penjemputnya datang. Mereka mengambil bola itu di tempat bermain TK yang ruangannya menyatu dalam satu gedung dengan SD. Meski ukuran bola itu hanya sebesar bola kasti atau bola tenis, tetapi selalu menarik bagi kakak-kakak SD kelas III mengambilnya sebagai pengganti bola futsal mereka. Dan mereka bermain dengan bola-bola yang diambilnya itu di sembarang lokasi, dimana yang menurut mereka memungkinkan. Kadang di hall sekolah, kadang di plasa SD, atau kadang di plasa TK. Namun beberapa waktu lalu kami sempat kelabakan mencari anak-anak yang penjemputnya sudah datang namun menemukan anaknya tidak ditemukan. Alhamdulillah, setelah kami kehilangan akal akan lokasi yang memungkinkan untuk bermain, maka masih ada satu lokasi bermain futsal, yaitu di ruang katarsis lantai II, yang bersebelahan dengan kantin sekolah.
Mengapa kami menyebutnya sebagai ruang katarsis? Karena dengan argumentasi sempit dan terbatasnya ruang bermain siswa, maka kami 'menciptakan ruangan sebelah kantin sebagai ruangan untuk anak-anak remaja kami mengeluarkan keringat. Mereka bida melakukan kegiatan futsal, tenis meja, bahkan kami sediakan pula sangsak. Itulah maka kami menyebutnya ruangan itu sebagai ruang katarsis.
Kembali ke anak-anak yang bermain bola TK. Jadi setelah saya selesai rapat kepala sekolah, saya bermaksud melanjutkan rapat saya dengan bagian lain untuk mendiskusikan jalan keluar bagi staf kami yang kesehatannya sedang tidak fit. Saya meminta pertemuan dilakukan di tempat makan anak-anak TK. Namun ketika saya sampai di lokasi tersebut, ada dua anak kelas III SD yang sedang asyik bermain futsal dengan menggunakan biola milik TK. Melihat kehadiran saya, dua anak tersebut sedang memperagakan dua gerakan yang berbeda.
Anak pertama begitu melihat saya langsung melakukan joget baby shark. Sedang anak kedua begitu melihat saya langsung tertelungkup dan melakukan push up. Tentunya sembari tertawa-tertawa dengan pandangan mata ke arah saya.
Pertama saya melihat anak-anak itu dengan memperagakan dua gerakan tersebut, tidak ada dalam benak saya selain anak itu melucu untuk sispa ya? Namun ketika saya melihat sekitar bahwa tidak ada orang lain selaun mereka kecuali saya, dan mereka berada diantara 3 bola kecil milik dik-adik TK, lahir kesimpulan saya bahwa dua anak tersebut sedang mengalihkan perhatian saya tidak lagi bermain futsal dengan menggunakan bola milik TK, tetapi dengan dua gerakan mereka yang berbeda tersebut.
Cerdas. Pikir saya.
Jakarta, 7 Februari 2018
No comments:
Post a Comment