Ketika belajar menilai kinerja atau performance appraisal teman-teman guru di sekolah, diwaktu awal diberikan tugas tambahan sebagai kepala di sebuah gerbong di sebuah unit sekolah, seingat saya yang mengalami, tidak terlalu menjadi kendala pada tataran penilaiannya. Namun harus
saya akui bahwa, saya harus belajar lebih banyak dan lebih sabar tentang bagaimana berkomunikasi dengan
teman-teman guru yang menjadi tangungjawab saya. yang di unit. Terutama pada prosesi akhir kinerja, yaitu dalam mengkomuikasikan bhasil akhir kinerja seorang guru sebagai feed back dan sekaligus mendiskusikan bagaimana kedepannya.
Karena proses
belajar itu harus saya lalui, maka banyak hal yang saya dapatkan dalam
aktivitas manajerial di sekolah. Namun dari semua kegiatan komunikasi
itu, saya menyimpulkan bahwa apa yang sedang kami jalani dalam proses
kerja yang bernama penilian kinerja itu adalah lahirnya sikap dan sekaligus perilaku egaliter. Bahwa saya
menyampaikan apa yang memang terjadi dan oleh karenanya menjadi data
lapangan bagi kesimpulan sebuah kinerja. Dan sebagai follow up bagi
kelanjutan organisasi yang labih solid dan membanggakan, maka data dan implikasinya itu
kami sampaikan kepada teman guru sebagai bagian integral dari sebuah hasil kinerjanya.
Biasanya,
sebagai strategi untuk membangun harkat guru, saya membuka dialog dalam
appraisal feedback dengan kelimat; Pak Fulan, bagaimana pendapat Bapak
tentang kinerja Bapak sendiri di tahun ini? Dari pertanyaan pembuka inilah lalu kami saling berdiskusi dan menggelar bukti.
Dengan cara berdialog seperti itu, biasanya kami segera dapat membuat kesimpulan atau kesepakatan tentang hasil kinerja tahun yang telah berlalu yang target yang ingin diimpikan dan ingin dicapai di tahun kedepan.
Sebagai refleksi saya, terutama yang berkait langsung dengan penilaian kinerja teman-teman guru adalah; bahwa hampir semua guru-guru yang menjadi tanggungjawab saya kala itu, memiliki kompetensi metodologi pembelajar yang bagus dan teraplikasi dilapangan. Yaitu ketika teman-teman saya itu berinteraksi dengan peserta didiknya. Dan lebih hebat lagi, bahwa teman-teman saya itu menjadikan cara pandang peserta didiknya sebagai sudut pandang ketika membuat atau merencanakan kegiatan belajar. Untuk itu, yang membedakan salah satu dengan yang lainnya dari kinerja mereka adalah perilaku dan attitude mereka. Dalam istilah lain mungkin dapat dikatakan sebagai kompetensi sosial dan emosi.
Jakarta, 16/10:2012
No comments:
Post a Comment