Pada tahun-tahun pertama menjadi bagian dari manajemen sebuah sekolah, hal yang sedikit menguras kerikuhan saya dalam enunaikan tugas adalah menilai kinerja guru. Ini terjadi karena sebelumnya saya adalah salah satu dari yang akan atau harus saya berikan nilai. Hal ini misalnya saya dapat manakala seorang teman mengatakan: Apa yang Pak Agus nilai dari kami Pak? Wah sederhana sekali kalimat itu. Tetapi amat dan sangat menonjok. Saya tentu tidak langsung memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Tetapi senyum, mungkin sudah cukup memberikan jawaban. Karena memang itulah yang saya bisa lakukan ketika kami sama-sama berjumpa di ruang staf guru yang ada di sekolahku dulu, menjelang tahun 2000!
Belajar Menilai Kinerja
Mungkin itulah yang saya dapat ambil pelajaran dari sebuah prosesi yang menjadi bagian paling integral bagi kami yang diamanahi sebagai manajemen di awal penugasan. Ini bukan karena guru-guru yang saya nilai adalah mereka yang secara tahun pengalaman mengajar atau usia memang lebih lama atau lebih senior dari saya. Tetapi begitu juga teman-teman guru yang relatif lebih muda. Karena selain mereka adalah generasi yang kritis, mereka juga sesungguhnya sedang mempola untuk menjadi guru model apa. Oleh karenanya, kepada mereka semua saya benar-benar melakukan penilaian terhadap kinerja mereka dengan lebih holistik. Menyeluruh.
Berekal dengan format 'performance appraisal' dari sekolah yang telah menjadi kesepakatan awal dengan guru, saya sering berada dimana teman-teman itu berada. Utamanya kepada teman-teman yang telah sepakat untuk menerima kedatangan saya di kelas, yang kami sebut sebagai observasi formal karena terjadwal atas kesepakatan. Juga kunjungan saya yang informal. Dan kepada semua kunjungan saya itu, selalu saya sampaikan apa yang saya lihat dan rasakan kepada teman-teman guru seusai mereka mengajar. Bahkan ada yang saya tanyakan kepada mereka; Dari mana Ibu belajar dan menemukan ide pembalajaran itu?
Dan karena kinerja, maka tidak apa yang saya lihat di dalam kelas saja teman-teman guru itu kami nilai. Namun sedapat mungkin semua aspek yang memungkinkan yang bersangkutan berkinerja memuaskan. Al hasil, proses belajar ini dapat saya lalui dengan, meski tidak semulus teman kepala sekolah lainnya, setidaknya saya memperoleh pengalaman yang berbeda ketika saya menjadi guru kelas.
Jakarta, 16 Oktober 2012.
No comments:
Post a Comment