Merinding manakala saya bertemu dengan tumbukan plastik bekas pembungkus barang belanjaan atau mungkin juga bungkus makanan di sebuah kubangan sampah yang ada di belakang sebuah rumah penduduk yang berada di sebuah kecamatan Binong, Subang, Jawa Barat, pada suatu pagi pada Sabtu tanggal 6 Oktober 2012. Bukan saja karena keberadaannya, tetapi saya sudah memiliki asumsi bahwa desa ini telah diserbu oleh pembungkus plastik. Mengerikan. Ini adalah bentuk agresi platik yang benar-benar menunjukkan keberhasilannya yang gilang gemilang. Apalagi jika plastik-plastik itu adalah plastik-plastik bekas pembungkus makanan. Bukankah di desa-desa kita ada pembungkus oraganik yang justru lebih eksotik dari pada plastik?
Plastik dalam sebuah 'kubangan' sampah di sebuah desa. |
Atau mungkinkan mata saya saja yang genit sehingga hanya melihat begitu tumpukan plastik berada di pekarangan belakakng rumah seorang penduduk yang dekat dengan empang kolam ikannya dipenuhi plastik, sehingga membuat terenyuh? Karena bukankan di tempat tinggal saya di Jakarta hampir semua jenis makanan di bungkus dengan plastik? Mulai dari yang seharga Rp. 500 hingga yag berharga mahal? Jadi, lumrah bukan?
Secara logika keyataan itu lumrah saja. Bahkan untuk menampung sampah rumah tangga di rumah pun bukankah kita gunakan kantong-kantong plastik sebelum tukang sampang menyambangirumah kita untuk mengumpulkannya? Jadi, dimana sebenarnya yang menjadi masalah untuk sebuah barang yang bernama plastik itu?
Bagi saya, sehinga harus mencatat pndangan yang saya dapat terhadap kenyataan plastik yang ada di sebuah kubangan itu tidak lain adalah karena lokasinya. Saya hampir belum pernah melihat sebuah kubangan sampah yang isinya penuh dengan beraneka ragam plastik, kecuali di tempat itu! Dan yang lebih membuat saya merindig adalah, karena tempat itu berada di sebuah desa. Desa yang seharusnya juga menjadi sasaran edukasi bagi LSM atau perangkat yang ada tentang bagaimana berbuat arif terhadap lingkungannya.
Dan kalau pun itu tidak terjadi, setidaknya saya menitipkan pesan kepada para mahasiswa yag universitasnya masih menggunakan jalur KKN, kuliah kerja nyata, sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat desa. Semoga.
Jakarta, 8 Oktober 2012.
No comments:
Post a Comment