Catatan saya hari ini adalah hasil nguping saya di halte. Percakapan antara dua orang yang pada setiap Pemilu memang sebagai pemilih. Percakapan yang menurut saya menarik. Ada citarasa berbeda dengan apa yang sedang diomong oleh para selebritas politik negeri ini.
A: Pilih mana kamu antara pemilu langsung atau yang tidak langsung?
B: Atas dasar hubungan kekeluargaan, saya memilih pemilu tidak langsung. Hubungan saya dengan keluarga besar tidak akan ada masalah gara-gara ada Pemilu. Sepanjang pemilu kemarin, saya ada di pihak yang dipojokkan. Karena saya ada di 46 %. Padahal pilihan saya itu sebelumnya karena mengikuti kakak yang lain. Ternyata di belakang hari kakak pindah hati.
A: Jangan begitu dong. Ini urusan negara kok bawa-bawa urusan keluarga. Berpikir yang lebih besar dong. Klau masalah keluarga disertakan, bagaimana nasib negara?
B: Loh, saya kan tidak pernah mendapat sesuatu dari negara? Kalau kamu baru dapat. Pakaian seragam, uang transport, gaji bulanan, bahkan plat merah? Kalau saya apa?
A: Mesi begitu negara yang harus dinomor satukan. aka milih juga harus menjadi bagian dari kita berkontribusi kepada negara. Jadi kepala daerah yang baik yang menjadi pilihan kita.
B: Maaf, saya ngak mau debat masalah setuju langsung atau tidak langsung. Karena semua main drama saja?
A: Bagaimana bisa main drama?
A: Bagaimana bisa main drama?
B: Kan sebelum jadi UU jadi RUU dulu. Yang buat RUU kan atas usulan. Ketika sedang buat usulan kan pasti banyak orang yang pintar-pintar itu dimintai pendapat. Lalu kalau sekarang teryata RUU menuju UU tapi hasilnya tidak sesuai suara masyarakat on line, lalu tiba-tiba balik kanan?
Diam sejenak ketika hadir satu orang sembari menunggu orang yang kemudian di telpon untk bertanya posisinya.
B: Setelah balik kanan bilang apa? Ngak setuju karena ternyata DPR milih yang tidak langsung. Lalu yang WO dibilang sebagai penyebab? Kok bisa ya. Saya kawatir, jangan-jangan orang-orang yang sekarang ngomongnya kenceng itu, kemarin-kemarin saat dimintai masukan dalam dengar pendapat ngomongnya A, tapi karena di masyarakat on line anginnya ke langsung, lalu dia balik kanan.
A: Soalnya kalau tidak langsung, berkurang juga pendapatan saya dimusim pemilu...
B: Tuh kan? Kalau orang macam kamu yang di halte saja sebenarnya bukan ngomongin demokrasi, jangan-jangan yang di tivi itu juga?
Allahu a'lam bi shawab.
Jakarta, 30 September 2014.