Pekan lalu, kami menerima kembali anak didik kami yang sudah satu tahun lamanya belajar di salah satu negara Eropa karena harus mengikuti ayahnya bekerja di sana. Jadi saat dia meninggalkan kami satu tahun lalu, saat itu dia duduk di bangku belajar Taman Kanak-kanak kelompok A. Dan sekarang ketika kembali lagi ke sekolah kami, dia sudah duduk di TK kelompok B.
Yang menjadi istimewa dari anak ini setelah satu tahun tinggal di Eropa dan kembali lagi ke sekolah kami untuk melanjutkan pendidikannya, ia menceritakan kepada saya di depan guru-gurunya saat saya datang ke kelasnya; bahwa ia masih ingat saya.
"Saya masih ingat Bapak." Katanya di suatu pagi sebelum pelajaran dimulai.
"Bapak dulu yang mengajari kita lagu kunang-kunang kan?"
Dan tentunya tidak hanya sampai disitu anak itu berbicara kepada saya. Ia banyak sekali menyampaikan apa yang ada di dalam dirinya. Tentu tentang apa yag diingatnya terhadap saya. Saya sedikit kaget juga. Bukankah anak itu baru lima tahun? Tetapi mengapa hanya anak itu yang dapat menyampaikan hal seperti itu kepada saya dari sekian banyak siswa yang ada di sekolah kami?
Dengan apa yang disampaikannya kepada saya kala itu, saya terkesan sekali. Kesengsem, kata orang Jawa. Betapa anak itu ekspresif ketika menyampaikan apa yang diingatnya. Tanpa harus takut apalagi malu?
Dan satu hal lagi, dengan apa yang disampaikannya, saya merasa gembira bahwa saya diingatnya ketika saya pernah mengajari mereka. Senang sekali.
Yang menjadi istimewa dari anak ini setelah satu tahun tinggal di Eropa dan kembali lagi ke sekolah kami untuk melanjutkan pendidikannya, ia menceritakan kepada saya di depan guru-gurunya saat saya datang ke kelasnya; bahwa ia masih ingat saya.
"Saya masih ingat Bapak." Katanya di suatu pagi sebelum pelajaran dimulai.
"Bapak dulu yang mengajari kita lagu kunang-kunang kan?"
Dan tentunya tidak hanya sampai disitu anak itu berbicara kepada saya. Ia banyak sekali menyampaikan apa yang ada di dalam dirinya. Tentu tentang apa yag diingatnya terhadap saya. Saya sedikit kaget juga. Bukankah anak itu baru lima tahun? Tetapi mengapa hanya anak itu yang dapat menyampaikan hal seperti itu kepada saya dari sekian banyak siswa yang ada di sekolah kami?
Dengan apa yang disampaikannya kepada saya kala itu, saya terkesan sekali. Kesengsem, kata orang Jawa. Betapa anak itu ekspresif ketika menyampaikan apa yang diingatnya. Tanpa harus takut apalagi malu?
Dan satu hal lagi, dengan apa yang disampaikannya, saya merasa gembira bahwa saya diingatnya ketika saya pernah mengajari mereka. Senang sekali.
Jakarta, 27 Agustus 2013.
No comments:
Post a Comment