"Sedikitnya Rp 50 triliun Uang telah mengalir ke daerah-daerah di tanah air menjelang lebaran." Demikian kalimat awal dari laporan utama harian Kompas, yang terbit pada hari Senin, 5 Agustus 2013. Laporan tersebut juga menceritakan beberapa pemudik dengan 'THR' yang dibawanya ke kampung halamannya. Juga mengutip pendapat ekonom dari UI yang menyebutkan bahwa uang sebesar itu masih digunakan oleh para pemudik daam jangka pendek. Karena masih sedikit dari uang yang beredar di masyarakat yang menjadi imbas dari kegiatan mudik tahunan ini menjadi dana investasi jangka panjang.
Pemudik Dermawan
Mungkin inilah kenyataan yang harus dialami oleh masyarakat kita. Bahwa para perantau itu membawa serta rindu, kenangan akan kampung halamannya bersama-sama dengan keluarga dan rizkinya. Para pemudik akan berbondong-bondong menukarkan uang pecahan yang nantinya didonasikan kepada sanak saudaranya yang ada di kampung. Ini tampaknya sudah menjadi perilaku umum.
Dan repotnya, uang donasi itu, tidak semuanya akan disimpan bagi yang mendapatkannya, karena biasanya mereka akan mendapatkan uang kedermawanan itu tidak hanya dari satu orang, tetapi banyak yang langsung membelanjakan dalam bentuk barang konsumsi. Bahkan tidak jarang, bagi anak-anak muda, uang tersebut tidak lebih digunakan untuk membeli pulsa selulernya.
Namun, bagi saya yang juga adalah pemudik, merasa bersyukur bahwa para saudara yang masih tinggal di kampung halaman itu begitu antusias manakala pada pemudik membuat semarak di kampung halaman. Tidak jarang juga bahwa syukuran atas kepulangan para pemudik tersebut dimeriahkan dengan tontonan yang dewasa ini langka terjadi secara live. Yaitu pergelaran wayang kulit!
Dengan itu semuanya, saya merasakan kemeriahan pulang kampung itu sebagai bagian yang memang layak untuk diridukan selalu.
Jakarta, 6 Agustus 2013.
No comments:
Post a Comment