Sepanjang musim liburan Idul Fitri tahun 2013, kami yang di kampung halaman harus benar-benar tahu memilih jalan alternatif ketika harus menghindari lampu lalu lintas atau pasar tumpah. Karena pada lokasi tersebut, dipastikan anda akan antri hingga 5 sampai 10 atau bahkan 1 jam hanya untuk dapat lolos. Sebagai gambaran adalah lampu lalu lintas yang ada di perempatan Pendowo, Purworejo, Jawa Tengah. Atau lampu lalu lintas yang ada di pertigaan Kulwaru, Wates, DI Yogyakarta.
Pada waktu siang hari, kendaraan yang antri di hampir setiap lampu lalu lintas di lintasan jalur mudik, akan menjadi salah satu penyebab tersendatnya laju kendaraan. Oleh karenanya banyak lalu lintas yang pada akhirnya tidak difungsikan dengan penjagaan aparat dari Kepolisian. Ini untuk tetap memastikan laju kendaraan yang normal. Tidak ketinggalan pula dengan kondisi arus lalin di dua lampu lalu lintas yag saya sebutkan di atas. Karena di dua titik itulah saya banyak beraktivitas.
Namun karena saya tahu jalur-jalur alternatif, meski jalannya hanya dengan lebar 6 meter, tetapi dengan kondisi yang baik atau bahkan mulus dengan aspal hotmix, maka jalur itu benar-benar menyelamatkan bagi mereka yang tahu.
Sekadar memberikan gambaran lokasi pertigaan Toyan, Wates, DI Yogyakarta. |
Sebagaimana pengalaman ketika kami harus berangkat ke arah timur menuju Yogyakarta pada Sabtu, 10 Agustus. Dimana antrian lampu lalu lintas di pertigaan Kulwaru, atau pertigaan Toyan, dari arah barat menuju timur antrian hingga mencapai di perempatan pantai Glagah Indah dan Girigondo.Mungkin sekitar 3 km panjang antrian itu.
Maka jalur alternatif itulah andalannya. Dan rupanya selain saya yang boleh dikatakan sebagai warga terdekat dari pertigaan itu, kendaraan umum seperti bis umum telah menjadikannya jalan pilihan mereka. Bis Efis*****, misalnya. Juga Elf Sum*** A**m. Pilhan itu untuk jalur yang dari arah barat menuju timur atau sebaliknya.
Namun bagaimana ketika saya harus terjebak antri di lampu lalu lintas yang ada di wilayah dimana saya tidak mengenalnya? Antri bersama dengan yang lain adalah pilihan terbaik bagi saya.
Setidaknya itulah catatan perjalanan saya dalam menikmati jalur alternatif. Lebih jauh memenag kalau dihitung jaraknya. Tetapi lebih cepat. Hanya karena jalur alternatif itu relatif masuk ke dalam, maka kehati-hatian dan kewaspadaan dalam berkendatra tetap menjadi kunci.
Jakarta, 16 Agustus 2013.
No comments:
Post a Comment