Selain hari libur yang menjadi jatah kita, tentu ini bagi mereka yang karyawan dan harus ketat mengalokasikan hari cuti yang diambil, maka waktu keberangkat menuju kampung halaman saat liburan Idul Fitri tahun ini yang jatuh, menurut kalender pada Kamis, 8 Agustus, adalah hal yang sangat menentukan bagi terbebasnya dari terjabak macet yang pasti tidak mengenakan. Macet mudik yang kadangbenarbenar membutuhkan kekuatan tenaga dan pikiran. Dan itu membutuhkan tidak saja niat dan tekad untuk pulang kampung atau mudik, tetapi juga jadwal pemerintah tentang cuti bersama.
Dimana melalui SKB 3 menterinya, pemerintah telah menetapkan jauh-jauh hari tentang libur atau cuti bersama, yang jatuh pada Senin hingga Rabu, tanggal 5-7 Agustus 2013.
Dengan kondisi seperti itulah maka beberapa karyawan yang akan melaksanakan hajat mudiknya akan menimbang kapan waktu yag paling tepat. Memang tidak akan mungkin dapat menghindari kemacetan sama sekali. Tetapi setidaknya relatif tidak parah. Setidaknya, kondisi jalan yang padat lancar menjadi impian bersama dikala musim liburan Idul Fitri ini.
Dan waktu-waktu itu terbentang mulai Jumat, tanggal 2 Agustus, dimana para karyawan dapat langsung meluncur menuju arah mudiknya, atau sedikit menunda karena dengan pertimbangan liburan masih relatif panjang. Dan ada juga kekawatiran karena seharian baru saja bekerja maka dikawatirkan akan kelelahan jika harus melanjutkan perjalanan yang paling sedikit membutuhkan konsentrasi dalam jangka panjang untuk perjalanan Jakarta-Yogyakarta, misalnya.
Itu jugalah yang saya dapatkan informasinya dari adik saya yang bertekat untuk langsung menuju kampung halaman begitu ia keluar kantor yang lokasinya ada di Kerawang, Jawa Barat. Tidak tanggung-tanggung, istrinyapun diminta menjemputnya di dekat pintu keluar kantornya. Dengan demikian, maka ia dapat menghemat waktu dan tenaga.
Atas idenya ini, saya sempat berkomunikasi dengan istrinya untuk melakukan persiapan yang cukup, terutama makan dan minum, sebagai persiapan jika nanti macet parah. Juga mengajukan usul dan pandangan apakah pada hari terakhir bekerja sebelum cuti bersama sebelum Idul Fitri tersebut bukan merupakan puncak mudik? Saya sedikit kawatir adik saya akan terjebak bejam-jam di simpang Mutiara, simpang Jomin, atau jalur Pantura di daerah Indramayu. Namun tampaknya, dengan keras hati adik saya tetap pada keputusannya untuk memilih waktu itulah yang paling tepat memulai perjalannya menuju kampung halaman yang ada di Jawa Tengah Selatan.
Berbeda dengan adik, teman saya justru berpikiran sama dengan apa yang menjadi usul saya. Dia memprediksi bahwa Jumat sore adalah puncaknya mudik di jalur Jakarta arah timur. Maka dengan prediksinya itu, ia memilih menunda perjalananya 24 jam. Yaitu pada hari Sabtu, 3 Agustus setelah berbuka puasa.
Bagaimana hasilnya? Adik saya membutuhkan waktu lebih kurang 13 jam untuk menempuh perjalanan Bekasi menuju kampung halamannya. Sedang sahabat saya harus menempuh waktu 30 jam untuk sampai di lokasi kampung halaman yang berada di satu kabupaten.
Dari pengalaman mereka itu, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa, pendapat yang saya sampaikan kepada adik tentang puncak mudik, ternyata menjadi pemikiran banyak orang di Jakarta dan sekitarnya. Dan prediksi itulah yang sama-sama mereka yakini dan jalani. Repotnya, kenyataan tentang puncak mudik itu ketika teman-teman saya dan seluruh pemudik yang ada sudah terjebak di dalam kemacetan.
Namun dari semua apa yang telah terjadi itu menjadi pelajaran, khususnya saya. Bahwa menentukan waktu perjalanan mudik pada saat liburan yang sama, benar-benar membutuhkan pertimbangan yang tepat. Perlu strategi...
jakarta, 5 Agustus 2013.
No comments:
Post a Comment