Siang itu, saat saya berada di ruang kantin sekolah, saya bertemu dengan guru bahasa kami, untuk diserahkan draft Buku Kumpulan Cerita Pendek anak-anak didik kami. Sembari memegang piring makanan di tangan kanan saya, bundelan buku itu saya bawa menuju ruangan guru yang ada di dekat kantin sekolah tersebut. Tentnya dengan perasaan yang sangat tidak sabar untuk segera memulai membaca. Maka dengan hati-hati, menjaga agar tangan saya benar-benar bebas dari menyak yang berasal dari makanan yang sedang saya makan agar kertas dari kumpulan cerpen in tidak ternoda oleh ulah saya, sya memulai membuka-buka lembaran-lembaran berharga itu. Itulah awal ketertarikan dan keterkesanan saya kepada apa yang dihasilkan oleh anak-anak didik kami.
Memberi Ekspektasi
Apa yang terkumpul dalam draft buku Kumpulan Cerita Pendek ini adalah kumpulan dari ekspektasi guru terhadap kemampuan menulis kreatif. Maka di kelas enam, sebagai akhir dari tingkat pendidikan di sekolah dasar, guru menuntut anak untuk menuliskan sebuah karangan kreatif tentang apa saja yang dapat menjadi tema tulisan. Kegiatan latihan menulis yang sekaligus merupakan ekspektasi terhadap kompetensi siswa itu, berulang pada setiap akhir semesternya. Dn nampak sekali itulah yang terlihat dari apa yang ada dalam tulisan-tulisan mereka dalam draft buku itu.
Nampak sekali bagaimana anak-anak itu memiliki khasanah kosa kata yang luar biasa lengkap jika kami perbandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Bahkan ada diantaranya yang latar dan atmosfer yang dibangun dalam karangannya itu adalah sebuah situasi yang sesungguhnya asing. Misalnya tentang cerita yang berlatar tentang musim semi. Bukankah kita di Indonesia hanya memiliki musim hujan dan musim panas?
Juga mengenai ide dan gagasan cerita yang menurut saya, termasuk rumit dan ada malah yang detil. Betapa tidak anak-anak itu sepertinya fasih bercerita tentang suatu penyakit dengan sejumlah implikasinya. Atau juga malah ada yag bercerita tentang sesuatu yang memang benar-benar baru, misalnya tentang museum binatang dan tumbuhan, tetapi khusus bagi benda-benda langka atau bahkan nyaris dan sudah punah. Untuk apa? Agar para pengunjung museumnya nanti terbangun nostalgis betapa tumbuhan atau binatang itu pernah ada ketika nenek moyangnya dulu masih sehat. Bukankah pengetahuan itu semua, ketika mereka membuat tulisan, adalah pengetahuan yang memang harus terbangun dari sebuah kegiatan membaca yang intensif? Artinya? Mereka itu, anak-anak yang tulisannya ada dalam kumpulan buku itu, adalah generasi yang memang gemar membaca!
Dan saya yakin sekali bahwa keterampilan itu hanya bisa terbangun dengan kokoh bersumber dan berangkat serta berawal dari ekspektasi guru ketika melakukan pembelajaran di dalam kelasnya!
Mengungkap Kepintaran
Dengan membaca 15 tulisan dari 19 tulisan yang terdapat dalam draft Buku Kumpulan Cerita Pendek tersebut, saya sekaligus sedang menikmati bagaimana kepintaran anak-anak itu. Tentang bagaimana ia biasa menghabiskan waktunya dengan buku-buku sebagaimana yang tergambar dalam tema-tema tulisannya yang tidak terduga karena dalam dan luasnya. Juga bagaimana ia mengungkapkan sesuatu dengan kosa kata dan bahasa yang mengalir dan runut. Juga bagaimana ia menghentak saya sebagai pembacanya, terkaget ketika tulisan itu harus berakhir. Plus, orisinalitas cerita yang mereka reka. Benar-benar megungkap siapa sebenarnya anak didik kami itu! Mereka adalam pemilik kepintaran yang bernalar! Mereka adalah generasi cerdas, dan tentunya tidak hanya pintar.
Mensyukuri Hasil Kerja
Hanya sangat berharap agar kiranya draft buku ini dapat segera menjadi sebuah buku yang nyata. Sebagai bagian dari mensyukuri jejak, tentang apa yang telah dilakukan oleh anak-anak kepada sang waktu dan sekaligus kepada masa depannya. Semoga!
Memberi Ekspektasi
Apa yang terkumpul dalam draft buku Kumpulan Cerita Pendek ini adalah kumpulan dari ekspektasi guru terhadap kemampuan menulis kreatif. Maka di kelas enam, sebagai akhir dari tingkat pendidikan di sekolah dasar, guru menuntut anak untuk menuliskan sebuah karangan kreatif tentang apa saja yang dapat menjadi tema tulisan. Kegiatan latihan menulis yang sekaligus merupakan ekspektasi terhadap kompetensi siswa itu, berulang pada setiap akhir semesternya. Dn nampak sekali itulah yang terlihat dari apa yang ada dalam tulisan-tulisan mereka dalam draft buku itu.
Nampak sekali bagaimana anak-anak itu memiliki khasanah kosa kata yang luar biasa lengkap jika kami perbandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Bahkan ada diantaranya yang latar dan atmosfer yang dibangun dalam karangannya itu adalah sebuah situasi yang sesungguhnya asing. Misalnya tentang cerita yang berlatar tentang musim semi. Bukankah kita di Indonesia hanya memiliki musim hujan dan musim panas?
Juga mengenai ide dan gagasan cerita yang menurut saya, termasuk rumit dan ada malah yang detil. Betapa tidak anak-anak itu sepertinya fasih bercerita tentang suatu penyakit dengan sejumlah implikasinya. Atau juga malah ada yag bercerita tentang sesuatu yang memang benar-benar baru, misalnya tentang museum binatang dan tumbuhan, tetapi khusus bagi benda-benda langka atau bahkan nyaris dan sudah punah. Untuk apa? Agar para pengunjung museumnya nanti terbangun nostalgis betapa tumbuhan atau binatang itu pernah ada ketika nenek moyangnya dulu masih sehat. Bukankah pengetahuan itu semua, ketika mereka membuat tulisan, adalah pengetahuan yang memang harus terbangun dari sebuah kegiatan membaca yang intensif? Artinya? Mereka itu, anak-anak yang tulisannya ada dalam kumpulan buku itu, adalah generasi yang memang gemar membaca!
Dan saya yakin sekali bahwa keterampilan itu hanya bisa terbangun dengan kokoh bersumber dan berangkat serta berawal dari ekspektasi guru ketika melakukan pembelajaran di dalam kelasnya!
Mengungkap Kepintaran
Dengan membaca 15 tulisan dari 19 tulisan yang terdapat dalam draft Buku Kumpulan Cerita Pendek tersebut, saya sekaligus sedang menikmati bagaimana kepintaran anak-anak itu. Tentang bagaimana ia biasa menghabiskan waktunya dengan buku-buku sebagaimana yang tergambar dalam tema-tema tulisannya yang tidak terduga karena dalam dan luasnya. Juga bagaimana ia mengungkapkan sesuatu dengan kosa kata dan bahasa yang mengalir dan runut. Juga bagaimana ia menghentak saya sebagai pembacanya, terkaget ketika tulisan itu harus berakhir. Plus, orisinalitas cerita yang mereka reka. Benar-benar megungkap siapa sebenarnya anak didik kami itu! Mereka adalam pemilik kepintaran yang bernalar! Mereka adalah generasi cerdas, dan tentunya tidak hanya pintar.
Mensyukuri Hasil Kerja
Hanya sangat berharap agar kiranya draft buku ini dapat segera menjadi sebuah buku yang nyata. Sebagai bagian dari mensyukuri jejak, tentang apa yang telah dilakukan oleh anak-anak kepada sang waktu dan sekaligus kepada masa depannya. Semoga!
Jakarta, 14 Juni 2013.
No comments:
Post a Comment