Dalam pengembangan sebuah sekolah, saya selalu melakukannya dalam 4 (empat) tahap. Tahapan itu adalah: (1). Tahap Pengenalan; (2). Tahap Perumusan; (3). Tahap Pengembangan; dan (4).Tahap Refleksi.
Semua tahapan itu selalu mengacu kepada aspirasi dan kesiapan yang tumbuh dan hidup secara riil di lapangan. Hal ini perlu sekali saya kemukakan mengingat setiap pengembangan memerlukan ketajaman kita dalam membuat akulturasi pengertian antara data statistik yang ada dengan budaya yang hidup di lapangan. Mempertemukan dua sisi ini, adalah titik tolak bagi kita dalam menyusun rencana dan strategi komunikasi.
Tahap Pengenalan:
Yang saya lakukan dalam tahapan ini adalah mempelajari dokumen, dan juga pengenalan kepada stake holder sekolah tak terkecuali. Saya membutuhkan waktu paling cepat tiga bulan untuk benar-benar mampu secara holistik memetakan budaya unggul yang ada, semangat, motivasi komunitas, dan juga menyerap seluruh mimpi yang ada pada seluruh elemen sekolah. Kemampuan saya dalam menyerap detak nafas yang ada dengan mempelajari seluruh data statistik, akan menjadi bagian yang amat penting untuk merumuskan renstra yang taktis dan tepat guna.
Pada tahap ini saya akan melakukan serangkaian pertemuan dengan seluruh stake holder secara bertahap, melakukan diskusi dengan pihak Yayasan, manajemen sekolah, guru dan karyawan, observasi lapangan, dan tentunya pelatihan pelatihan yang dapat menjadi jembatan bagi perlengkapan informasi tentang lembaga.
Tahap Perumusan:
Setelah mayoritas infomasi tentang keunggulan, budaya, dan environmental institusi saya dapatkan melalui serangkaian pengenalan tersebut, maka data dan informasi tersebut menjadi bahan bagi saya untuk bergerak pada tahapan berikutnya. Yaitu bersama anggota manajemen sekolah, saya mengajak memimpikan pengembangan sekolah ‘berikutnya’. Berikutnya, karena pengembangan tidak pernah ada, pada titik dimana awal dan dimana akhir. Tentu juga data dan informasi tersebut kita coba untuk membandingkannya dengan apa yang sedang terjadi dengan sekolah unggul lainnya, diluar diri kita. Yaitu melihat sekolah yang menjadi benchmarking.
Tahapan ini adalah tahapan untuk menentukan secara garis besar tentang poin dan arah pengembangan. Saya membaginya lagi menjadi beberapa bagian perumusan. yaitu:
Semua tahapan itu selalu mengacu kepada aspirasi dan kesiapan yang tumbuh dan hidup secara riil di lapangan. Hal ini perlu sekali saya kemukakan mengingat setiap pengembangan memerlukan ketajaman kita dalam membuat akulturasi pengertian antara data statistik yang ada dengan budaya yang hidup di lapangan. Mempertemukan dua sisi ini, adalah titik tolak bagi kita dalam menyusun rencana dan strategi komunikasi.
Tahap Pengenalan:
Yang saya lakukan dalam tahapan ini adalah mempelajari dokumen, dan juga pengenalan kepada stake holder sekolah tak terkecuali. Saya membutuhkan waktu paling cepat tiga bulan untuk benar-benar mampu secara holistik memetakan budaya unggul yang ada, semangat, motivasi komunitas, dan juga menyerap seluruh mimpi yang ada pada seluruh elemen sekolah. Kemampuan saya dalam menyerap detak nafas yang ada dengan mempelajari seluruh data statistik, akan menjadi bagian yang amat penting untuk merumuskan renstra yang taktis dan tepat guna.
Pada tahap ini saya akan melakukan serangkaian pertemuan dengan seluruh stake holder secara bertahap, melakukan diskusi dengan pihak Yayasan, manajemen sekolah, guru dan karyawan, observasi lapangan, dan tentunya pelatihan pelatihan yang dapat menjadi jembatan bagi perlengkapan informasi tentang lembaga.
Tahap Perumusan:
Setelah mayoritas infomasi tentang keunggulan, budaya, dan environmental institusi saya dapatkan melalui serangkaian pengenalan tersebut, maka data dan informasi tersebut menjadi bahan bagi saya untuk bergerak pada tahapan berikutnya. Yaitu bersama anggota manajemen sekolah, saya mengajak memimpikan pengembangan sekolah ‘berikutnya’. Berikutnya, karena pengembangan tidak pernah ada, pada titik dimana awal dan dimana akhir. Tentu juga data dan informasi tersebut kita coba untuk membandingkannya dengan apa yang sedang terjadi dengan sekolah unggul lainnya, diluar diri kita. Yaitu melihat sekolah yang menjadi benchmarking.
Tahapan ini adalah tahapan untuk menentukan secara garis besar tentang poin dan arah pengembangan. Saya membaginya lagi menjadi beberapa bagian perumusan. yaitu:
- Kepemimpinan. Menjadikan setiap pemimpin yang ada di segenap lini sekolah sebagai manajer yang bertanggungjawab terhadap rumah tangganya masing-masing.
- Kurikulum. Yaitu menentukan titik unggul yang diinginkan dalam bentuk struktur kurikulum yang akhirnya menjadi acuan dasar bagi pengembangan intra dan juga ekstra kurikuler.
- Program Unggulan. Yaitu program ‘pembeda’ antara sekolah kita dengan sekolah lain yang sejenis (satu market). Hal ini penting dilakukan bagi sekolah swasta agar terus memiliki posisi tawar dalam perebutan siswa baru.
- Profesionalisme Guru. Menjadikan guru yang bangga pada profesinya sebagai pendidik. Yaitu guru yang mampu menginspirasi siswanya dan lingkungannya untuk sukses. Dalam pembelajaran guru harus mampu bergerak dari pusat pembelajaran menjadi fasilitator pembelajaran.
- Sistem Kinerja. Hal yang berkait langsung dan erat terhadap pengembangan profesionalisme guru adalah sistem penilaian kinerja serta implikasinya terhadap take home pay. Tentu dengan mengacu kepada standar kompetensi guru/ karyawan/kepala sekolah yang ada di Kemendiknas dan dengan melihat apa yang telah ada di sekolah. Prinsip utama dalam sistem kinerja ini hubungan yang erat antara hasil kinerja tersebut dengan kebijakan apresiasi kenaikan gaji yang diinginkan yayasan.
- Sarana dan Prasarana. Menentukan sarana dan prasarana yang sungguh-sungguh dapat membuat image sekolah dalam menjalankan pengembangan dan perubahan.
Tahap Pengembangan:
Sesungguhnya, untuk sampai kepada tahapan ini, kita tidak harus memulainya pada bulan keenam atau ketujuh. Seperti yang pernah saya lakukan, maka sejak bulan pertama kita dapat secara bertahap memberikan presentasi atau pelatihan yang berkenaan dengan mimpi tentang sekolah bagus atau tentang motivasi.
Pelibatan unsur pimpinan di sekolah pada tahap ini menjadi penting. Selain untuk berbagi tugas, pelibatan mereka juga dimaksudkan sebagai pelatihan mereka pada diri mereka tentang semangat pengembangan sekaligus menumbuhkan kapasitas kepemimpinannya.
Tahap Refleksi:
Tahapan ini akan menjadi bagian dari pengembangan sekolah pada akhir sebuah program. Ini dimulai dengan melakukan internal self assessment terhadap sekolah. Dengan cara melakukan survey kepada komunitas yang ada. Baik kepada manajemen, guru, dan karyawan. Juga kepada orangtua dan siswa. Hasil survey akan menjadi umpan balik bagi kita dalam melakukan perencanaan bagi pengembangan sekolah berikutnya. Wallahu a’lam.
Jakarta, 26 September 2010.
Sesungguhnya, untuk sampai kepada tahapan ini, kita tidak harus memulainya pada bulan keenam atau ketujuh. Seperti yang pernah saya lakukan, maka sejak bulan pertama kita dapat secara bertahap memberikan presentasi atau pelatihan yang berkenaan dengan mimpi tentang sekolah bagus atau tentang motivasi.
Pelibatan unsur pimpinan di sekolah pada tahap ini menjadi penting. Selain untuk berbagi tugas, pelibatan mereka juga dimaksudkan sebagai pelatihan mereka pada diri mereka tentang semangat pengembangan sekaligus menumbuhkan kapasitas kepemimpinannya.
Tahap Refleksi:
Tahapan ini akan menjadi bagian dari pengembangan sekolah pada akhir sebuah program. Ini dimulai dengan melakukan internal self assessment terhadap sekolah. Dengan cara melakukan survey kepada komunitas yang ada. Baik kepada manajemen, guru, dan karyawan. Juga kepada orangtua dan siswa. Hasil survey akan menjadi umpan balik bagi kita dalam melakukan perencanaan bagi pengembangan sekolah berikutnya. Wallahu a’lam.
Jakarta, 26 September 2010.