Tahapan pembelajaran yang saya maksudkan di sini adalah tahapan lanjutan setelah kami mampu menentukan apa saja karakter yang kami inginkan. Selaiun karakternya, kami juga telah membuat rambu-rambu pada setiap karakter dalam bentuk deskripsi dari setiap karakter tersebut, indikator keberhasilannya, serta sedikit ide tentang bagaimana strategi pembelajaran yang dapat digunakan sebagai generator idenya.
Tahapan proses perumusan dan penentuan karakter siswa, yang kemudian kami pilih 10 karakter siswa, sudah saya tulis dan jelaskan pada tulisan sebelumnya, yang juga saya muat dalam blog ini. Oleh karenanya, maka tulisan saya ini adalah upaya penjelasan tentang bagaimana kami membumikan konsep sepuluh (10) karakter siswa tersebut dalam bentuk proses belajar mengajar sehari-hari di dalam kelas oleh seluruh guru kami.
Taksonomi Bloom
Benjamin S. Bloom, memilah hasil pendidikan dalam tiga (3) domain utama taksonominya. Taksonomi inilah yang kemudian menjadi panduan di dunia pendidikan kita. Ketiga domain itu adalah domain kognitif atau domain pengetahuan. Domain efektif atau domain sikap dan domain psikomotorik. Dalam bahasan ini, saya hanya akan mengemukakan domain kognitif sebagai sandaran dalam pembelajaran karakter yang telah kami lakukan di sekolah kami.
Pada domain kognitif, Bloom membaginya secara bertahap dalam enam (6) aspek berpikir. Keenam aspek itu adalah:
1. Aspek mengingat atau remembering,
2. Aspek memahami atau understanding,
3. Aspek aplikasi atau applying,
4. Aspek analisa atau analysing,
5. Aspek evaluasi atau evaluating, dan
6. Aspek mencipta atau creating.
Keenam aspek kognitif tersebut, sebagaimana yang ditulis oleh Michael Pohl (2000. Hawker Brownlow Education), adalah hasil revisi dari Lorin Anderson. "During the 1990s, Lorin Anderson ( a former student of Benjamin Bloom) led a team of kognitive psychologists in revisiting the taxonomy with the view to examining the relevance of the taxonomy as we enter the twenty-first century. (Halaman 7).
Kami menjadikan domain kognitif itu sebagai proses dari pembelajaran karakter sekolah kami. Sebagaimana urutannya, maka proses mengingat, memahami dan aplikasi adalah satu bagian integral dalam pembelajaran itu. Ketiga aspek kognitif ini oleh Hellen McGrath dan Toni Noble dalam Different Kids Same Classroom (Longman Cheshire. 1994. Halaman 93) sebagai lower-order thinking. Sementara tiga (3) aspek selanjutnya, yaitu aspek analisa, aspek evaluasi, dan aspek mencipta ada dalam higher order thinking atau lebih dan kurangnya dapat dikatakan sebagai proses berpikir kritis.
Pembelajaran Karakter
Lalu bagaimana dengan pembelajaran karakter itu di dalam kelas? Sebagaimana dikemukakan dalam domain kognitif Bloom, maka tahapan paling awalnya adalah aspek mengingat. Oleh karenanya proses mengingat ini harus menjadi fondasi bagi pembelajaran pada aspek berikutnya. Misalnya, guru kami membuat senam karakter siswa. Dimana senam itu selalu dilakukian oleh guru dan siswa secara bersama-sama setiap pagi sebelum pembelajaran normal berlangsung. Dengan demikian, maka setiap kami selalu akan ingat diluar kepala tentang sepuluh (10) karakter yang kami punya.
Bagaimana dengan aspek memahami dan aplikasi? Kami selalu mengajak diskusi kepada siswa berkenaan dengan 10 karakter itu. Membuat ilustrasi penerapan pada setiap karakter pada setiap kesempatan di rumah atau di sekolah. Atau merefleksikan apa yang telah kami lakukan dalam kerangka 10 karakter yang ada. Pada proses ini, kami sedang belajar memahami setiap karakter yang kami punya sekaligus bentuk aplikasinya. Bahkan sering juga masuk dalam aspek analisa.
Dan untuk memperkaya serta mensetarakan apa yang guru atau kelas punya dan telah lakukan, kami secara khusus membuat forum diskusi yang berguna untuk sharing pengetahuan dan pengalaman. Karena kami selalu meyakini bahwa, tidak ada tumbuh tanpa sebuah proses. Selian itu juga kami yakin bahwa kejujuran dalam proses untuk tumbuh, adalah miodal paling utama bagi kami untuk menjadi bangga.
Bangga pada sepuluh (10) karakter siswa kami. Bangga kepada orisinalitas kami. Dan juga bangga kepada proses tumbuhnya kami. Inilah salah satu sumber kebahagiaan kami dalam mengejawantahkan amanah sebagai pendidik di sekolah.
Jakarta, 5 September 2010.
Tahapan proses perumusan dan penentuan karakter siswa, yang kemudian kami pilih 10 karakter siswa, sudah saya tulis dan jelaskan pada tulisan sebelumnya, yang juga saya muat dalam blog ini. Oleh karenanya, maka tulisan saya ini adalah upaya penjelasan tentang bagaimana kami membumikan konsep sepuluh (10) karakter siswa tersebut dalam bentuk proses belajar mengajar sehari-hari di dalam kelas oleh seluruh guru kami.
Taksonomi Bloom
Benjamin S. Bloom, memilah hasil pendidikan dalam tiga (3) domain utama taksonominya. Taksonomi inilah yang kemudian menjadi panduan di dunia pendidikan kita. Ketiga domain itu adalah domain kognitif atau domain pengetahuan. Domain efektif atau domain sikap dan domain psikomotorik. Dalam bahasan ini, saya hanya akan mengemukakan domain kognitif sebagai sandaran dalam pembelajaran karakter yang telah kami lakukan di sekolah kami.
Pada domain kognitif, Bloom membaginya secara bertahap dalam enam (6) aspek berpikir. Keenam aspek itu adalah:
1. Aspek mengingat atau remembering,
2. Aspek memahami atau understanding,
3. Aspek aplikasi atau applying,
4. Aspek analisa atau analysing,
5. Aspek evaluasi atau evaluating, dan
6. Aspek mencipta atau creating.
Keenam aspek kognitif tersebut, sebagaimana yang ditulis oleh Michael Pohl (2000. Hawker Brownlow Education), adalah hasil revisi dari Lorin Anderson. "During the 1990s, Lorin Anderson ( a former student of Benjamin Bloom) led a team of kognitive psychologists in revisiting the taxonomy with the view to examining the relevance of the taxonomy as we enter the twenty-first century. (Halaman 7).
Kami menjadikan domain kognitif itu sebagai proses dari pembelajaran karakter sekolah kami. Sebagaimana urutannya, maka proses mengingat, memahami dan aplikasi adalah satu bagian integral dalam pembelajaran itu. Ketiga aspek kognitif ini oleh Hellen McGrath dan Toni Noble dalam Different Kids Same Classroom (Longman Cheshire. 1994. Halaman 93) sebagai lower-order thinking. Sementara tiga (3) aspek selanjutnya, yaitu aspek analisa, aspek evaluasi, dan aspek mencipta ada dalam higher order thinking atau lebih dan kurangnya dapat dikatakan sebagai proses berpikir kritis.
Pembelajaran Karakter
Lalu bagaimana dengan pembelajaran karakter itu di dalam kelas? Sebagaimana dikemukakan dalam domain kognitif Bloom, maka tahapan paling awalnya adalah aspek mengingat. Oleh karenanya proses mengingat ini harus menjadi fondasi bagi pembelajaran pada aspek berikutnya. Misalnya, guru kami membuat senam karakter siswa. Dimana senam itu selalu dilakukian oleh guru dan siswa secara bersama-sama setiap pagi sebelum pembelajaran normal berlangsung. Dengan demikian, maka setiap kami selalu akan ingat diluar kepala tentang sepuluh (10) karakter yang kami punya.
Bagaimana dengan aspek memahami dan aplikasi? Kami selalu mengajak diskusi kepada siswa berkenaan dengan 10 karakter itu. Membuat ilustrasi penerapan pada setiap karakter pada setiap kesempatan di rumah atau di sekolah. Atau merefleksikan apa yang telah kami lakukan dalam kerangka 10 karakter yang ada. Pada proses ini, kami sedang belajar memahami setiap karakter yang kami punya sekaligus bentuk aplikasinya. Bahkan sering juga masuk dalam aspek analisa.
Dan untuk memperkaya serta mensetarakan apa yang guru atau kelas punya dan telah lakukan, kami secara khusus membuat forum diskusi yang berguna untuk sharing pengetahuan dan pengalaman. Karena kami selalu meyakini bahwa, tidak ada tumbuh tanpa sebuah proses. Selian itu juga kami yakin bahwa kejujuran dalam proses untuk tumbuh, adalah miodal paling utama bagi kami untuk menjadi bangga.
Bangga pada sepuluh (10) karakter siswa kami. Bangga kepada orisinalitas kami. Dan juga bangga kepada proses tumbuhnya kami. Inilah salah satu sumber kebahagiaan kami dalam mengejawantahkan amanah sebagai pendidik di sekolah.
Jakarta, 5 September 2010.
No comments:
Post a Comment