Pertama kali saya mengenal dan bertemu muka dengan beliau saat menjadi guru muda di SD Islam Al Ikhlas, Jalan Cipete III No 3 Cilandak Jakarta Selatan pada tahun 1986. Saya katakana sebagai guru muda karena memang usia dan karier saya sebagai guru masih dalam hitungan bulan. Dan pertemuan di SD Islam Al Ikhlas tersebut itu berada dalam ruangan kelas pada siang hari setelah siswa pulang. Sebelum pertemuan berlangsung, kami, guru-guru makan siang terlebih dahulu. Dan usai pertemuan, seingat saya, kita akan antri untuk mendapatkan amplot gaji bulan itu.
Apa yang disampaikan oleh Ibu Nunuk M Sulastomo, yang seingat saya pada waktu itu adalah sebagai Ketua Bidang Pendidikan di Yayasan Masjid Al Ikhlas yang juga sebagai induk dari Sekolah Islam Al Ikhlas yang terdiri dari unit TK dan SD, adalah tentang kesiapan kita sebagau guru. Dan kesiapan itu yang paling beliau tekankan adalah tentang penampilan kita di hasdapan siswa-siswi. Termasuk antara lain, bagaimana kita sebagai guru harus tampil harum. Menggosok gigi harus dengan teliti. Termasuk menggosok lidahnya. Karena menurut beliau dalam pengarahan tersebut, lidah kita adalah sarang sisa makanan yang kalau tidak bersih dapat menimbulkan bau. Dan kalau guru tampilannya kurang ok maka siswanya juga tidak akan tertarik pada apapun yang disampaikan guru.
Bertemu kembali secara resmi pada Desember tahun 1999 di aula SD Islam Dian Didaktika, saat saya diminta Kepala SD Islam Dian Didaktika, Bapak M Toha mengisi satu materi pelatihan. Ibu Nunuk membuka acara tersebut sekaligus memperkenalkan kepada saya beberapa guru dari SD Islam Tugasku, yang saat itu masih berada di Menteng.
Pertemuan berikutnya adalah pertemuan atas undangan beliau di Pondok Indah sekitar April 2003, ditemani oleh Pak Toha. Sebuah pertemuan yang meminta saya untuk bisa bergabung dengan Sekolah Islam Tugasku yang akan menempati lokasi barunya di Pulomas.
Dan sejak Januari 2004, saya menjadi bagian dari Sekolah Islam Tugasku, yang berarti juga menjadi bagian dari tim yang dipimpin beliau. Ini karena beliau menjadi Koordinator Sekolah dan saya sendiri menangani bagian pendidikannya di sekolah yang sama-sama kami banggakan. Dan pada setiap pertemuan dengan para pendidik di sekolah kami, maka selalu beliau ingatkan kami semua untuk berbudi perkerti sebagai guru dan pendidik yang paripurna.
Yaitu berprofesi sebagai guru dengan jiwa mendidik yang patut menjadikan dirinya suri tauladan bagi siswa yang dididiknya. Beliau antara lain mengajarkan dan memberikan contoh kepada kami tentang bagaimana berbusana yang well groom. Bagaimana bersikap menghadapi para siswa dan orangtua siswa. Tersenyum yang ikhlas. Dan tidak ketinggalan diajarkannya kami bagaimana tatacara makan yang resmi serta tidak ketinggalan untuk menyanyikan lagu Rukun dan Damai.
Maka tidal terlalu salah bila saya memberikan alamat kpada beliau sebagai Guru Budi Pekerti. Dan saya mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada beliau atas bimbingan budi perkertinya ke[pada saya yang anak desa dalam menjadi guru yang pendidik di sekolah yang baik ini. Terima kasih Ibu.
Pulomas Jakarta Timur, 22 Januari 2010.
Apa yang disampaikan oleh Ibu Nunuk M Sulastomo, yang seingat saya pada waktu itu adalah sebagai Ketua Bidang Pendidikan di Yayasan Masjid Al Ikhlas yang juga sebagai induk dari Sekolah Islam Al Ikhlas yang terdiri dari unit TK dan SD, adalah tentang kesiapan kita sebagau guru. Dan kesiapan itu yang paling beliau tekankan adalah tentang penampilan kita di hasdapan siswa-siswi. Termasuk antara lain, bagaimana kita sebagai guru harus tampil harum. Menggosok gigi harus dengan teliti. Termasuk menggosok lidahnya. Karena menurut beliau dalam pengarahan tersebut, lidah kita adalah sarang sisa makanan yang kalau tidak bersih dapat menimbulkan bau. Dan kalau guru tampilannya kurang ok maka siswanya juga tidak akan tertarik pada apapun yang disampaikan guru.
Bertemu kembali secara resmi pada Desember tahun 1999 di aula SD Islam Dian Didaktika, saat saya diminta Kepala SD Islam Dian Didaktika, Bapak M Toha mengisi satu materi pelatihan. Ibu Nunuk membuka acara tersebut sekaligus memperkenalkan kepada saya beberapa guru dari SD Islam Tugasku, yang saat itu masih berada di Menteng.
Pertemuan berikutnya adalah pertemuan atas undangan beliau di Pondok Indah sekitar April 2003, ditemani oleh Pak Toha. Sebuah pertemuan yang meminta saya untuk bisa bergabung dengan Sekolah Islam Tugasku yang akan menempati lokasi barunya di Pulomas.
Dan sejak Januari 2004, saya menjadi bagian dari Sekolah Islam Tugasku, yang berarti juga menjadi bagian dari tim yang dipimpin beliau. Ini karena beliau menjadi Koordinator Sekolah dan saya sendiri menangani bagian pendidikannya di sekolah yang sama-sama kami banggakan. Dan pada setiap pertemuan dengan para pendidik di sekolah kami, maka selalu beliau ingatkan kami semua untuk berbudi perkerti sebagai guru dan pendidik yang paripurna.
Yaitu berprofesi sebagai guru dengan jiwa mendidik yang patut menjadikan dirinya suri tauladan bagi siswa yang dididiknya. Beliau antara lain mengajarkan dan memberikan contoh kepada kami tentang bagaimana berbusana yang well groom. Bagaimana bersikap menghadapi para siswa dan orangtua siswa. Tersenyum yang ikhlas. Dan tidak ketinggalan diajarkannya kami bagaimana tatacara makan yang resmi serta tidak ketinggalan untuk menyanyikan lagu Rukun dan Damai.
Maka tidal terlalu salah bila saya memberikan alamat kpada beliau sebagai Guru Budi Pekerti. Dan saya mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada beliau atas bimbingan budi perkertinya ke[pada saya yang anak desa dalam menjadi guru yang pendidik di sekolah yang baik ini. Terima kasih Ibu.
Pulomas Jakarta Timur, 22 Januari 2010.
Ungkapan syukur ini dimuat di Buku Ibu:
Nunuk Murdiati Sulastomo. 2010. Scrambled Egg is Delicious. Kompas.
No comments:
Post a Comment