Pagi ini, saya kembali diingatkan oleh tim bahwa akan ada diskusi panel untuk para kandidat Wakil Kepala Sekolah. Sesuai dengan surat yang masuk kepada saya dari Kepala Sekolah, bahwa ada beberapa kandidat wakil yang dapat mengikuti diskusi panel bersama kami. Yaitu mereka yang selama ini sudah kita ajak dan ikut sertakan dalam program rutin berupa pelatihan.
Dimana dalam pelatihan tersebut, kami sengaja mengajak beberapa teman yang direkomendasikan oleh teman-teman lainnya guna menjadi peserta pelatihan. Dan mereka yang ikut dan telah beberapa kali ikut serta, telah bersama kami untuk 'melihat' sebuah fakta dari gambar yang berbeda, dari dari sudut pandang yang beragam. Ini harus menjadi penekanan kami mengingat ketika nanti diantara mereka ada yang kami pilih untuk menjadi pemangku amanah sebagai Wakil Kepala Sekolah, misalnya, maka mereka harus berada tidak pada posisi sebagai apa yang selama ini mereka berada, yaitu sebagai guru.
Dan selain cara pandang, maka kami juga membutuhkan sosok yang memiliki ketenangan pikiran, sabar sekaligus juga tabah. Ketenangan pikiran utamanya ketika mereka harus menghadapi masalah yang kadang tidak kondusif. Oleh karenanya ketenangan pikiran akan membantu ia menemukan jalan tembus dalam masalah yang sedang dihadapinya. Namun jika memang jalan tembus tidak terlihat dan ditemui, maka modal sabar dan ketabahan harus menjadi jurus berikutnya. Dan pasti dengan pengharapan yang selalu baru sehingga meski berliku dan butuh waktu, jalan keluar itu sebagai akhir dalam perjalanannya.
Kembali kepada masalah yang saya sampaikan dalam catatan ini, bahwa kebutuhan untuk melakukan diskusi panel tersebut adalah untuk melihat dan menemukan secara terbuka dan bersama-sama siapa kandidat yang paling wajib kita sampaikan amanah kepadanya. Karena dalam forum diskusi tersebut, kami akan mengajukan sebuah masalah untuk kemudian menjadi bahan diskusi kita bersama. Maka dalam diskusi itulah kami apat menemukan logika argumentasi yang santun, cerdas, take a risk, dan pandai memposisikan diri sebagaimana seharusnya mereka berada.
Ini karena seusai diskusi, kami, teman-teman yang menjadi pengamat diskusi, akan bersama-sama merumuskan hasil dari forum panel yang kita saksikan dan ikuti bersama. Jika kami membuatkan koordinat, maka kami meletakkan masing-masing peserta diskusi panel dalam titik koordinatnya masing-masing. Dengan demikian maka langkah kami untuk menentukan siapa yang memang paling kayak diantara yang layak menjadi transparan.
"Apakah saya harus mengirimkan orang-orang saya saja untuk ikut serta dalam diskusi panel nanti Pak Agus?" Demikian kata Kepala Sekolah kepada saya. Ini karena saya memintanya untuk mengirimkan juga teman-teman di unitnya yang mendapat apresiasi dari teman-teman sejawatnya ketika ada kegiatan sosialisasi meski di mata lembaga guru-gruru tersebut tidak atau belum dapat menunjukkan kehadirannya yang tepat waktu.
"Tidak apa-apa Bu. Ikut sertakan saja mereka. Karena mereka dianggap mampu oleh teman-temannya. Sedang kita tahu kalau mereka-mereka itu akan sulit menunujukan keteladananya ketika nanti menjadi Kepala Sekolah. Toh, bukankah kalau mereka ikut sekalipun mereka belum tentu yang kita pilih?" Demikian penjelasan saya kepada Kepala Sekolah. Pertimbangan saya selain bahwa mereka belum tentu yang terbaik dari yang ada, adalah untuk mengusir penilaian bahwa para peserta diskusi panel kandidat Wakil Kepala Sekolah hanyalah mereka yang satu barisan dengan Kepala Sekolah. Nah...
Dan selain cara pandang, maka kami juga membutuhkan sosok yang memiliki ketenangan pikiran, sabar sekaligus juga tabah. Ketenangan pikiran utamanya ketika mereka harus menghadapi masalah yang kadang tidak kondusif. Oleh karenanya ketenangan pikiran akan membantu ia menemukan jalan tembus dalam masalah yang sedang dihadapinya. Namun jika memang jalan tembus tidak terlihat dan ditemui, maka modal sabar dan ketabahan harus menjadi jurus berikutnya. Dan pasti dengan pengharapan yang selalu baru sehingga meski berliku dan butuh waktu, jalan keluar itu sebagai akhir dalam perjalanannya.
Kembali kepada masalah yang saya sampaikan dalam catatan ini, bahwa kebutuhan untuk melakukan diskusi panel tersebut adalah untuk melihat dan menemukan secara terbuka dan bersama-sama siapa kandidat yang paling wajib kita sampaikan amanah kepadanya. Karena dalam forum diskusi tersebut, kami akan mengajukan sebuah masalah untuk kemudian menjadi bahan diskusi kita bersama. Maka dalam diskusi itulah kami apat menemukan logika argumentasi yang santun, cerdas, take a risk, dan pandai memposisikan diri sebagaimana seharusnya mereka berada.
Ini karena seusai diskusi, kami, teman-teman yang menjadi pengamat diskusi, akan bersama-sama merumuskan hasil dari forum panel yang kita saksikan dan ikuti bersama. Jika kami membuatkan koordinat, maka kami meletakkan masing-masing peserta diskusi panel dalam titik koordinatnya masing-masing. Dengan demikian maka langkah kami untuk menentukan siapa yang memang paling kayak diantara yang layak menjadi transparan.
"Apakah saya harus mengirimkan orang-orang saya saja untuk ikut serta dalam diskusi panel nanti Pak Agus?" Demikian kata Kepala Sekolah kepada saya. Ini karena saya memintanya untuk mengirimkan juga teman-teman di unitnya yang mendapat apresiasi dari teman-teman sejawatnya ketika ada kegiatan sosialisasi meski di mata lembaga guru-gruru tersebut tidak atau belum dapat menunjukkan kehadirannya yang tepat waktu.
"Tidak apa-apa Bu. Ikut sertakan saja mereka. Karena mereka dianggap mampu oleh teman-temannya. Sedang kita tahu kalau mereka-mereka itu akan sulit menunujukan keteladananya ketika nanti menjadi Kepala Sekolah. Toh, bukankah kalau mereka ikut sekalipun mereka belum tentu yang kita pilih?" Demikian penjelasan saya kepada Kepala Sekolah. Pertimbangan saya selain bahwa mereka belum tentu yang terbaik dari yang ada, adalah untuk mengusir penilaian bahwa para peserta diskusi panel kandidat Wakil Kepala Sekolah hanyalah mereka yang satu barisan dengan Kepala Sekolah. Nah...
Jakarta, 5-6 April 2016.
No comments:
Post a Comment