Beberapa malam yang lalu, saya dan teman karib saya, mendapat undangan untuk mendeskripsikan sekolah impian di sebuah lembaga pendidikan yang ada di Jakarta. Pertemuan beberapa malam itu adalah pertemuan yang kesekian kalinya. Dimana kita masih berkutat dalam topik diskusi yang sama. Ini tidak lain karena diantara kita belum menyepakati seperti apa deskripsi sekolah impian itu. Malah pada diskusi beberapa malam itu kita terjebak kepada fenomena yang timbul dan tampak di sekolah teman yang mengundang saya untuk diskusi. Dan juga mendiskusikan bagaimana kelanjutan dari penyelesaian masalah tersebut.
Mengapa membutuhkan diskusi untuk mendeskripsikan seolah impian padahal teman saya itu telah mengelola sekolah yang sekarang ini total siswanya 1500? "Karena dari data yang ada, ada kecenderungan bahwa lambat tetapi pasti terjadi penurunan jumlah siswa baru. Dan ini harus dicari tahu apa yang menjadi sebabnya." Demikian yang disampaikan oleh salah satu pengurus sekolah yang kebetulan juga ada dalam diskusi kami.
"Terutama mereka yang sudah lulus dari jenjang pendidikan yang ada di bawahnya dan tidak melanjutkan di jenjang pendidikan selanjutnya di lembaga yang sama. Maka ini menjadi indikator bagi kami untuk mengetahui tentang daya saing dan daya kompetisi." Lanjut teman saya. Penjelasan itu cukup memberikan kepada saya dan teman gambaran tentang sekolah impian yang sedang mereka butuhkan.
"Anak-anak yang sudah lulus tersebut, melanjutkan ke sekolah dengan karakteristik yang lebih baik dari jenjang sekolah yang ada di sekolah kami, sekolah mereka." Jelas teman saya lagi. Membuat saya dan teman saya memahami persoalan yang memang sedang dan akan datang dan berimplikasi langsung terhadap lembaga pendidikannya.
"Bagaimana kalau kita bicara tentang kerangka sekolah, tentang konsepnya, sebelum kita bicara tentang fenomena sekarang, fenomena yang memang sedang Bapak-Bapak hadapi?" Sela saya di dalam forum. Tujuannya adalah untuk memberikan arahan diskusi supaya topik bicaranya bisa lebih fokus dan tidak melebar kemana-mana. Dengan demikian, maka waktu saya untuk berada di dalam forum itu tidak membutuhkan waktu yang lama. Supaya saya dan teman dapat meninggalkan diskusi sebelum malam bertambah larut.
"Bagaimana kalau saya ibaratkan rumah, maka lembaga yang bernama sekolah harus menjadi tempat yang bagus, nyaman, dan menyenangkan untuk semua yang berada di dalamnya. Sejak orang datang di halaman depan rumah, sejak diterima tuan rumah dan diajak ke ruang tamu. saat kemudian menumpang sholat di pojok salah satu kamar, atau ketika kita membutuhkan untuk berhajat di kamar belakang, dan juga ketika kita diminta untuk merasakan masakan ringan di ruang makan?" Kata saya ketika memberikan metapora bangunan yang bernama sekolah. Hal ini perlu saya sampaikan mengingat teman-teman saya itu adalah orang yang tergerak untuk berbagi pikiran dan tenaga meski latar belakang sebelumnya,adalah sebagai pengusaha atau teknokrat non kependidikan.
"Bagaimana kalau dalam tataran itulah kita membuat deskripsi sekaligus standar dari masing-masing ruangannya?" Lanjut saya lagi sebagai usaha saya untuk meyakinkan akan kesamaan pembahasan antara saya sendiri dengan para peserta diskusi tersebut.
Maka, dengan kerangka itulah kami bergerak untuk membuat pemetaan akan apa saya yang menjadi standar di masing-masing aspek yang terdapat dalam sekolah impian. Bagaimana bentuk sarana dan infrasturuktur gedung yang dibutuhkan, bagaimana kerangka pendidikan yang diinginkan sekaligus seperti apa prototipe SDM yang harus mengemban amanah untuk pencapaian apa yang diimpikan. Harapan saya dan teman ketka usai pertemuan diskusi tersebut adalah segera terbentuk dan lahirnya lembaga pendidikan baru yang sejak hulu telah dipikirkan secara konseptual baik di lingkungan yang tidak jauh berada dari tempat tinggal saya. Semoga.
Jakarta, 9 April 2016
No comments:
Post a Comment