Sebelum pertemuan pertama dalam diskusi panel yang sudah kami rencanakan, duduk disebelah saya, salah satu pegawai operasional yang bertugas membuatkan catatan atau notulensi diskusi. Alhamdulillah bahwa diskusi yang meliputi tiga putaran tersebut sedikit banyak telah memberikan gambaran tentang postur masing-masing kandidat.
"Pak Agus benar telah mengundang orang lain yang tidak masuk dalam kandidat yang direkomendasi. Karena ini berarti Pak Agus tidak hanya mengikuti alur cerita yang dirancang dari bawah." Begitu ia mengatakan kepada saya dengan volume suara yang diatur rendah. Saya agak sungkan juga ketika harus memperhatikan apa yang disampaikan sementara dalam forum tersebut masih ada yang berbicara. Karena ini tidak mencerminkan perilaku santun dalam berkomunikasi. Oleh karena itu saya tidak terlalu mendengarkan sepenuhnya apa yang disampaikannya.
"Karena begitu ada rekomendasi, maka beberapa orang telah menghubungi saya untuk mengetahui siapa saja yang masuk dalam daftarnya. Dan mereka baru mengetahuinya ketika undangan Bapak untuk datang dalam diskusi panel tersebut sampai kepada para kandidat." Demikian lanjutnya. Saya benar-benar jengah dengan model komunikasi bisik-bisik seperti ini. Terlebih karena forum diskusi panel belum benar-benar ditutup. Oleh karena itu saya melakukan trik dengan cara mendengar apa yang teman sebelah sampaikan sembari menghitung jumlah skor dari para kandidat.
Dan ketika forum itu benar-benar ditutup dan saya segera meninggalkan lokasi diskusi menuju ruangan saya untuk menyelesaikan verifikasi beberapa dokumen yang harus segera mendapat verifikasi dari saya, saya memastikan kebenaran tentang apa yang saya memang sudah duga sebelum proses diskusi panel tersebut berlangsung.
Saat itu saya mendapat kabar bahwa ada rekomendasi tentang beberapa kandidat yang harus ikut dalam diskusi panel guna menentukan siapa gerangan kandidat yang paling potensial, yang memang dapat ditunjuk sebagai pengganti pejabat lama yang telah habis waktu berlakunya. Namun si pemberi kabar tersebut sekaligus menyampaikan bahwa semua kandidat yang ada tersebut sama sekali tidak mencantumkan 3 nama kandidat yang beberapa waktu lalu menjadi 'ketua kelompok' dalam diskusi guru. Dimana 'ketua kelompok' tersebut dipilih secara aklamasi oleh para anggota kelompoknya.
Dalam hal ini, kebetulan saya berada diantara mereka serta benar-benar mengikuti proses yang terjadi. Saya benar-benar menyaksikan proses yang mereka jalani. Dan meski kedudukan sebagai 'ketua kelompok' tersebut bersifat 'lokal' dan sama sekali tidak mengikat, tetapi saya menangkap bahwa tiga orang tersebut mendapat mengakuan secara natural dari teman-temannya untuk menjadi bagian yang dapat dibebani tanggung jawab lebih. Atas dasar pertimbangan itulah maka saya berinisiatif untuk memanggil ketiganya sebagai bagian dari kandidat yang sedang kami undang untuk mengikuti diskusi panel bersama kami.
Mengapa saya mengundang kandidat yang bukan menjadi bagian dari mereka yang mendapat rekomendasi? Tidak lain adalah untuk menghapus anggapan miring yang dituduhkan kepada si pembuat rekomendasi. Anggapan bahwa seolah-oleh proses yang dilakukan dengan cara diskusi panel tersebut hanyalah sebuah proses yang formalitas. Karena sesungguhnya kandidat yang terpilih pastilah mereka yang memang sudah direncanakan.
Walaupun, dapat saya pastikan bahwa undangan bagi tiga orang yang tidak mendapat restu tersebut untuk ikut dalam bagian diskusi panel bukanlah jaminan bahwa salah satu dari mereka, atau dua dari mereka atau mungkin tiga-tiganya dari mereka akan terpilih sebagai kandidat terunggul?
Dan sebagai akhir dari usaha saya untuk memutus keberlanjutan bisikan dalam forum diskusi panel tersebut adalah kalimat pemutus yang saya sampaikan kepada teman di sebelah saya itu; "Terimakasih ya Bu atas informasi dan masukannya. Saya menjadi tahu hal dari sisi yang lain."
Jakarta, 14 April 2016.
No comments:
Post a Comment