Pemilihan kandidat Wakil Kepala Sekolah dengan cara seperti ini setidaknya memberikan kepada kami pelajaran untuk saling percaya, terbuka, berbagi, dan sekaligus melihat serta menyaksikan bersama kehebatan para kandidat yang ada di institusi kita. Dan ini bagian dari kebanggaan kami.
3 Model Kandidat
Dan untuk saya jadikan catatan disini, bahwa saya setidaknya menemukan 3 model kandidat setelah forum diskusi panel tersebut kami lakukan. Ketiga model kandidat itu tidak lain karena mereka memposisikan dirinya sebagai kandidat wakil Kepala Sekolah. Dan ini menjadi penting juga buat kami dalam mengambil keputusan. Tidak perduli apakah mereka, para kandidat tersebut memiliki strata pendidikan sarjana atau megister. Nampaknya justru kepatangan cara berpikirlSebagaimana yang pernah saya catat di halaman ini, bahwa dalam melakukan pemilihan pengganti Wakil Kepala Sekolah, kami mengundang para kandidat wakil untuk sebuah diskusi panel bersama-sama. Kepada mereka kami persilahkan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, bahkan juga tekad dalam membawa sekolah lebih baik lagi. Maka dalam forum ini tugas kami adalah menyampaikan pertanyaan untuk mendapat tanggapan dari para kandidat secara bergantian.
ah yang mempengarui 'nilai' dari masing-masing mereka. Mungkin juga mereka tidak menyadari kalau cara pandang mereka justru yang menjadi catatan penting kami dalam diskusi panel tersebut.
Dalam forum ini nanti kami akan dapat menemukan karakter, kekuatan, dan cara pandang para kandidat tersebut. Dan dalam dua jam kegiatan diskusi panel tersebut, kami mampu menjadi empat atau lima putaran pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu dibuat oleh saya dan teman-teman dari Yayasan dan manajemen sekolah yang lebih tinggi dai posisi kandidat. Hal ini untuk menyamakan persepsi dalam pengambilan keputusan. Terutama ketika forum telah selesai, maka kami diskusi internal untuk menentukan kandidat mana yang ingin kami lanjutkan pada tahapan berikutnya. Tentunya kami telah menyepakati hal-hal yang memang sedang kami search dari para kandidat yang ada.
Model Satu, adalah mereka yang memposisikan dirinya sebagai kritikus. Kandidat yang posisi dirinya berada di ranah ini selalu mengatakan jawaban sebagai pendapat atau tanggapannya terhadap pertanyaan kami dengan nada kritikan, menilai, komplain, atau juga menuntut kepada pihak lain.
"Saya melihat bahwa keberhasilan sebuah organisasi seperti sekolah kita berhasil dalam regenerasinya adalah peran pimpinan untuk mengkader para gurunya yang potensial. Dan saya merasakan hal inilah yang tidak pernah dilakuan pimpinan sepanjang waktu saya bergabung di sekolah ini." Katanya dengan percaya diri dan tidak ragu.
Atau juga pendapatnya tentang bagaimana agar pola komunikasi menjadi lancar di dalam unit sekolah; "Saya berpendapat bahwa pola komunikasi itu menjadi bagian penting bagi pimpinan sekolah untuk memberikan teladan kepada kami semua."
Kami, terutama saya sebagai bagian yang memberikan penilaian dan catatan, tentu saja jengah mendengar pernyataan kandidat model seperti ini. Karena bukankah mereka diminta untuk menyampaikan visinya berkenaan dengan pertanyaan yang kami sampaikan?
Model Kedua, adalah mereka yang memposisikan dirinya sebagai pengamat. Kandidat seperti ini selalu menyampaikan gagasannya dalam format sebagai pengamat. Yaitu orang yang merasa berada di luar pagar. Seperti juga para penonton. Maka kami juga menjadi berpikir seperti apa kalau nanti punya wakil Kepala Sekolah yang seharusnya mengekskusi suatu keputusan malah hanya mampu memberikan ulasan dan komentar atas keputusan yang seharusnya dia ambil? Aneh bukan?
Model Ketiga, adalah mereka yang memposisikan dirinya berada sebagai bagian dari lembaga. Ini adalah model kandidat yang akhirnya menjadi pilihan kami. Tidak ada yang tidak sepakat atas orang-orang model seperti ini ketika kami memanggil semua kandidat untuk melakukan diskusi panel.
"Saya kira semua bermuara kepada kami sendiri Pak. Kami sebagai guru di sekolahlah yang harus mengambil bagian penting bagi sebuah sekolah masa depan sebagaimana yang kita impikan. Memang belum tergambar bagi saya langkah yang harus kita lakukan selain berikhtiar menjadi guru terbaik di kelas kita masing-masing. Namun saya memastikan bahwa semua itu muaranya guru yang memiliki komitmen dan kosisten dalam menjalankan tugas."
Jakarta, 19 April 2016.
No comments:
Post a Comment