"Saya benar-benar sudah dapat memprediksi bagaimana hasil dari pelaksanaan kegiatan itu sebelum kegiatan itu sendiri berjalan dan berakhir. Bahkan, sejak pembuatan rencana kegiatan di dalam Raker sekalipun, sudah tergambar hasil kegiatan itu akan seperti apa." Begitu komentar teman saya yang kepala sekolah tersebut dalam sebuah diskusi tentang paradigma transformasi pendidikan di lembaga sekolah.
Diskusi dilakukan oleh para manajemen pendidikan di sekolah-sekolah swasta yang sama-sama kami kenal sebelumnya. Diskusi yang dilakukan secara informal sesama kami. Saling curah gagasan yang kami miliki dan melihatnya dari persfektif kami, yang semoga berbeda. Karena kami memang menginginkan sebuah solusi bagi sekolah-sekolah kami yang menunjukkan trend penurunan jumlah siswa di dalam kelas. Itulah sehingga keluar dialog antara saya dengan salah satu Kepala Sekolah yang sedang dirundung galau.
"Dari mana Ibu dapat mengetahui hasil atau memprediksinya, bahkan sejak kegiatan itu masih berupa rencana?" Tanya saya ingin tahu. Bukankah rencana dibuat tidak untuk menghasilkan hasil kegiatan yang biasa-biasa saja?
"Dari semangat panitia ketika menuangkan gagasannya di dalam rencana kerjanya Pak." Jelas teman saya penuh keyakinan. Lalu dia menjelaskan bahwa setiap kepanitiaan yang dibuat di sekolahnya, hampir selalu membuat model kegiatan yang sama sebagaimana kegiatan yang telah berlangsung tahun lalu. Yang berbeda dari kegiatan tahun lalu hanyalah kepada lokasi kegiatan, waktu kegiatan, dan pastinya biaya kegiatan yang setiap tahun akan selalu naik dan membesar.
"Kalau demikian adanya, mengapa Ibu tidak mengajak mereka membuat kegiatan dengan format yang berbeda?" Tanya saya kepada Ibu Kepala Sekolah tersebut. Ingin tahu sejauh mana ia telah mengajak teman-temannya untuk berjalan menuju tangga transformasi.
"Tidak lagi mengajak Pak. Saya harus memerintahkan agar setiap kegiatan benar-benar berbeda antara kegiatan tahun sekarang dengan tahun lalu. Dan karena masih menggunakan semangat 'kenapa susah-susah', maka perintah saya itu saya monitor saya tungguin dan monitor." Jelas Ibu Kepala Sekolah. Saya tentunya salut dengan modelnya itu. Jarang sekali ada pimpinan sekolah yang detil sebagaimana yang Ibu itu lakukan.
Usaha itu ia lakukan karena melihat betapa lemahnya daya tanggap teman-temannya terhadap arus perubahan di luar lembaganya. Dan karena itulah beberapa guru yang tidak atau sulit untuk melakukan sesuatu yang berbeda dengan apa yang telah terjadi sebelumnya, ia harus menggunakan pola memandu sebagaimana yang dia lakukan.
Saya bangga mendapatkan cerita heroik sebagaimana yang ia telah lakukan itu. Sungguh pelajaran berharga untuk saya.
Jakarta, 6 Mei 2015.
No comments:
Post a Comment