Ketika hari terakhir pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SMP sederajat, tepatnya pada hari Kamis, 7 Mei 2015 lalu, saya mendapatkan cerita dari teman-teman guru di sekolah tentang bagaimana ia mengawasi anak-anak yang menyontek ketika UN berlangsung. Dan karena ini menjadi sebuah pelanggaran, maka ia meminta anak tersebut untuk bekerja tanpa harus melihat alat komunikasinya.
Dia, teman saya itu, tidak menyangka kalau semua anak di ruangan yang diawasinya boleh membawa serta telepon selulernya ke dalam kelas. Dan itu tidak tampak ketika hari pertama hingga hari ketika pelaksanaan UN. Tetapi pada hari terakhir pelaksanaan UN, yang mengujikan Mata Pelajaran IPA, ia sebagai pengawas Ujian Nasional yang bertugas mengawas di sekolah lain, menjadi terusik dengan anak-anak yang memegang alat komunikasi ketika ujian masih berlangsung.
Di sekolahnya, anak-anak akan mengumpulkan semua alat komunikasinya ketika selesai mlakuakan kegiatan afirmasi di ruang bersama sebelum UN dimulai. HP itu akan dikumpulkan oleh guru kelasnya masing-masing dan hanya dikembalikan ketika anak-anak tersebut telah usai melaksanakan UN dan pulang sekolah.
Untuk ia, teman saya itu, lumayan kaget ketika anak-anak yang diawasinya memegang HP di tangannya sementara waktu ujian masih berjalan setengah main. Alhasil ia meminta salah satu anak yang sedang asyik melihat layar HPnya. Dan sebagai bukti ceritanya, ia memfoto layar HP tersebut untuk kemudian dia bagikan kepada saya.
Kira-kira, apa hasil belajar dari anak-anak yang ketika pada tahapannya ia menyontek?
Jakarta, 10 Mei 2015.
No comments:
Post a Comment