Ujian Nasional untuk tingkat SMA dan sederajat telah berlalu, sementara Ujian Nasional untuk tingkat SMP dan sederajat hari ini, 7 Mei 2015 adalah hari terakhir pelaksanaan ujian. Sedang untuk tingkat Sekolah Dasar dan sederajat yang bernama Ujian Sekolah/Madrasah Berstandar Daerah baru akan berjalan nanti mulai hari Senin, 18 Mei 2015. Pelaksanaan ujian SD di wilayah DKI Jakarta akan bersambung ke US atau Ujian Sekolah untuk mata pelajaran yang tidak diujikan di USB/MD.
Yang Lebay?
Ini meminjam istilah gaul anak sekarang. Lebay karena, untuk ujian tingkat SMA dan SMP sederajat, pelaksanaan Ujian Nasional normal saja pelaksanaan. Paling tidak dalam segi pengawasan. Dimana hanya pada saat pelaksanaan Ujian Nasional saja pengawas ujiannya silang. Satu sekolah akan kedatangan dua pengawas ujian untuk satu ruang ujian yang berasal dari luar sekolah. Sementara ketika Ujian Sekolah, yaitu ujian yang diselenggarakan oleh sekolah, maka tidak ada pengawas ujian dari sekolah lain. Semua berlangsung secara internal sekolah.
Lalu bagaimana dengan pelaksanaan ujian di tingkat Sekolah Dasar di Daerah Jakarta? Inilah yang lebay. Model silang pengawas untuk tingkat SD berlangsung tidak saja di saat pelaksanaan Ujian Sekolah/Madrasah Bersrtandar Daerah saja, tetapi [ada saat try out atau TO, sekolah sudah diwajibkan untuk melakukan pengawasan silang.
Saya, ketika membuat catatan ini, tidak memahami apa motivasi dibalik pelaksanaan USB/MD dengan model yang demikian. Tetapi sebagai guru saya ingin menyampaikan bahwa apa yang telah dilakukan itu sesungguhnya karena kita sedang terjangkit penyakit 'seolah-olah'. Karena dengan maksud ujian adalah tahapan akhir anak bersekolah maka ujian harus dibuat angker. Meski baru ada di tingkat SD.
Seolah-oleh SD adalah jenjang pendidikan yang menjadi kawah candradimuka...
Lalu bagaimana dengan pelaksanaan ujian di tingkat Sekolah Dasar di Daerah Jakarta? Inilah yang lebay. Model silang pengawas untuk tingkat SD berlangsung tidak saja di saat pelaksanaan Ujian Sekolah/Madrasah Bersrtandar Daerah saja, tetapi [ada saat try out atau TO, sekolah sudah diwajibkan untuk melakukan pengawasan silang.
Saya, ketika membuat catatan ini, tidak memahami apa motivasi dibalik pelaksanaan USB/MD dengan model yang demikian. Tetapi sebagai guru saya ingin menyampaikan bahwa apa yang telah dilakukan itu sesungguhnya karena kita sedang terjangkit penyakit 'seolah-olah'. Karena dengan maksud ujian adalah tahapan akhir anak bersekolah maka ujian harus dibuat angker. Meski baru ada di tingkat SD.
Seolah-oleh SD adalah jenjang pendidikan yang menjadi kawah candradimuka...
Jakarta, 7 Mei 2015
No comments:
Post a Comment