Untuk kedua kalinya saya menuliskan hal yang memang merupakan cerminan dan sekaligus makna dari peribahasa tersebut. Yaitu buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Seperti apa yang menjadi topik dari talk show inspiratif Kick Andy, yang disiarkan stasiun Metro TV pada Sabtu malam, 31 Maret 2012, dimana ada dua generasi, kebetulan ayah dan anak, yang sama-sama menggeluti profesi yang sama. Seperti dalang dari Jawa Barat, Pak Alex dan anaknya yang pembalap,dan Pak Jeli dengan sang anak yang berprofesi sebagai drummer.
Namun berbeda dengan apa yang para tokoh itu dalam menjalani profesinya masing-masing, dalam memaknai peribahasa ini, dimana dalam ranah yang positif, dalam kasus ini saya akan menyandarkan makna peribahasa itu kepada kenyataan yang hidup di dunia sekolah dimana saya berada, yang berada pada area ketidakbaikan. Makna negatif.
Dan cerita saya ini selain sebagai dukumentasi, juga ingin mencoba membukakan mata kepada kita semua untuk berhati-hati ketika kita ingin menilai sesuatu yang berada di luar kita. Meski apa yang ada di luar kita itu berkait erat dengan keberadaan kita. Karena sering dalam posisi semacam ini kita akan jauh lebih tertarik kepada situasi sebagai penghakim. Oleh karenanya apa yang keluar dalam pikiran dan lisan kita tidak ada nuansa selain anggapan bahwa kitalah yang paling benar. Dan kontrol diri sering juga lepas tidak terkendali. akibatnya kepongahan menjadi koordinat bagi ungkapan yang didengar orang lain atau pihak yang menjadi obyek penilaian kita.
Disinilah yang harus saya sampaikan. Bahwa jika itu yang terjadi, maka sesungguhnya kita sedang tidak berlaku adil dalam melihat fakta dan data yang ada. Dan pada posisi demikian, sesungguhnya kita justru sedang menjadi bahan penilaian atau bahkan obyek penilaian dari pihak diluar kita. Dan untuk memberikan gambaran tersebut lebih jelas, inilah cerita saya.
Murid Saya yang Sombong
Murid saya ini kalau ingin saya kelompokkan dalam kecerdasan akademis, dapat masuk dalam kelompok mampu. Dimana hampir seluruh mata pelajaran dapat dia kuasai dengan relatif bagus. Namun bagus dalam ranah kognitif itu, kurang ditunjang dengan motivasi yang visioner. Karena itu nilai baik, cukup baginya untuk menjadi nilai yang optimal. Padahal secara finansial, keluarganya mencukupinya. Malah lebih dari mewah dalam ukuran saya. Misalnya, pada usianya yang masih 15 tahun ini, ia sudah memiliki sebuah kendaraan roda empat yang menjadi kendaraan operasionalnya. Meski ia selalu di'kawal' oleg seorang driver yang memiliki perhatian cukup baik kepadanya. Sehingga hingga kini, ia tetap menjadi penumpang.
Kurang motivasi dalam memperoleh hasil maksimal tersebut juga ditambah keisengannya yang hampir-hampir tidak ketulungan. Iseng dengan teman sekelasnya, terutama kepada anak perempuan. Sebagai ukuranya misalnya, ia memainkan bando teman sekelasnya hingga si pemilik bando menjadi sangat tersinggung dan menangis. Dan ketika guru intervensi terhadap masalah tersebut, anak murid saya ini dengan lancar dan fasihnya mengatakan bahwa ia akan mengganti bandonya itu dengan nilai uang juta. Dengan ungkapan ini, maka guru memanggilnya dan mengatakan kepadanya bahwa dia telah berlaku sangat sombong dan angkuh.
Dan ketika kasus ini menjadi diskusi guru di ruang konseling, maka guru justru terperanggah akan cerita konselor sekolah bahwa ayah si anak menelponnya beberapa waktu lalu dan mengatakan ini itu, yang bila dikoordinatkan kata dan kalimatnya plek, persis sama dengan apa yang disampaikan anaknya. Dimana pilihan kata dan susunan kalimatnya selalu menyakitkan dan melukai yang mendengar. Ini terjadi karena boleh jadi ia memposisikan dirinya pada tempat yang baik tanpa mempertimbangkan bagaimana kita melihat dirinya.
Dan diskusi di ruang konseling sekolah itu, menyadarkan kami yang guru untuk melihat bagaimana agar kami sendiri menjadi pohon-pohon yang baik. Pohon yang memiliki akar yang menghunjam ke bumi sehingga tidak mudah goyah oleh angin, yang batangnya kuat dalam menopang daun yang menyejukkan, serta buah yang memberikan manfaat bagi orang banyak. Semoga.
Jakarta, 1 April 2012.
No comments:
Post a Comment