Bus-bus malam terlihat antri menuju jalanan yang longsor. |
Benar lagi, karena pada
April 2011 saya bersama istri mengalami hal yang sama dengan apa yang saya dan anak
alami (lagi) pada April 2012. Di ruas jalan yang sama. Dan dengan problem jalan yang sama pula. Hanya memang dalam koordinat keberuntungan yang
berbeda. Tahun 2011 saya mengalami lebih ringan denga apa yang saya alami tahun 2012 ini.
Pada tahun 2011 lalu, nyaris tidak ada antrian. Karena jauh hari orang sudah mengathhui kondisi jalan yang ambrol, sehingga tidak menjadikan jalur Brebes-Ajibarang melalui jalur Tonjong-Bumiayu. Ini karena tanjakan Ciregol putus. Sehingga bus malam saya termasuk pemberani untuk memilih melalui jalur ini pada saat itu. Kami, penumpang laki-laki hanya diminta untuk turun bus dan berjalan kaki menuju bagian atas jalanan yang masih mulus. Sementara bus dan penumpang perempuan tetap tinggal dalam bus dan merangkak marayapi tanjangan yang pada dini hari itu tampak begitu tajam.
Pada tahun 2011 lalu, nyaris tidak ada antrian. Karena jauh hari orang sudah mengathhui kondisi jalan yang ambrol, sehingga tidak menjadikan jalur Brebes-Ajibarang melalui jalur Tonjong-Bumiayu. Ini karena tanjakan Ciregol putus. Sehingga bus malam saya termasuk pemberani untuk memilih melalui jalur ini pada saat itu. Kami, penumpang laki-laki hanya diminta untuk turun bus dan berjalan kaki menuju bagian atas jalanan yang masih mulus. Sementara bus dan penumpang perempuan tetap tinggal dalam bus dan merangkak marayapi tanjangan yang pada dini hari itu tampak begitu tajam.
Tetapi tahun 2012 ini, jalan
ini longsor separuhnya. Oleh karena itu arus kendaraan masih dari dan ke
Brebes-Ajibarang terlihat normal. Namun pada malam itu volume kendaraan lebih banyak dari hari sebelumnya. Baik kendaraan truk dengan muatan penuh dan atau bus malam serta juga kendaraan pribadi. Alhasil, penumpukan akibat bottle neck terjadi pada ruas itu. Antrian berkilometer tidak dapat dihindari.
***
Anehnya, ketika saya membuka
situs berita, kembali saya melihat sebuah logika merayu, yang menurut akal saya merupakan bentuk rayuan murahan. Beginilah cuplikan beritanya:
Bank Dunia menyatakan batalnya kenaikan harga BBM jadi Rp 6.000 per
liter bakal membuat anggaran subsidi BBM membengkak dan akhirnya
anggaran pembangunan infrastruktur dikorbankan. Inilah berita
itu: http://finance.detik.com/read/2012/04/07/163910/1886942/1034/pilih-mana-subsidi-bbm-atau-bangun-infrastruktur?f9911033.
Mengapa akal saya mengatakan ini merupakan bentu propaganda tidak cerdas dan terkesan serampangan serta murahan? Karena, menurut saya,
mengapa baru sekarang berpikir betapa pentingnya tentang infrastruktur (jalan)? Apakah karena
untuk merayu agar konsumen bbm merasa Ikhlas dengan kenaikan yang belum jadi
diberlakukan? Untuk itu murahan bukan? Mengapa tidak dari dulu pemangku jabatan yang ada dui daerah hingga pusat itu menyisihkan anggarannya untuk melayani kami dengan membuatkan infrastruktur jalan yang baik? Mengapa untuk melintasi jalu Losari- Ajibarang-Buntu-Tambak-Kebumen-Purworejo hingga Yogyakarta masih tetap dengan lintasa kereta api? Dan semua jalan raya yang harus melintasi jalur kereta api ini ada di wilayah Jawa Tengah?
Untuk inilah saya menghimbau agar kita semua menjadikan amanah kepemimpinan itu untuk melayani. Agar kelak dikemudian hari, para pengguna infrastruktur itu dapat memberikan kesaksian atas apa yang Bapak/Ibu pemimpin sudah lakukan saat berada di atasan kami. Semoga harapan ini terwujud. Amin.
Untuk inilah saya menghimbau agar kita semua menjadikan amanah kepemimpinan itu untuk melayani. Agar kelak dikemudian hari, para pengguna infrastruktur itu dapat memberikan kesaksian atas apa yang Bapak/Ibu pemimpin sudah lakukan saat berada di atasan kami. Semoga harapan ini terwujud. Amin.
Bayan, 07 April 2012.
No comments:
Post a Comment