Menemani guru, memang menjadi bagian dari pekerjaan saya di lembaga pendidikan formal yang diamanahkan kepada saya. Tidak hanya ketika saya harus menjaga gawang untuk beberapa unit sekolah yang ada di sebuah lembaga pendidikan, tetapi ketika saya masih menjagai gawangnya sebuah unit sekolah pun, model bekerja dengan menemani guru ini selalu menjadi strategi saya agar gawang yang saya jaga tidak kemasukan gol dari pemain lawan.
Pekerjaan saya sebagai penjaga gawang dan gawangnya itu sendiri adalah metapora yang saya buat untuk memberikan gambaran seperti apa peran dan fungsi saya, jika ada di lapangan sepak bola. Bahwa lapangan permainan sepak bola adalah gambaran area pekerjaan saya. Sedang gawang adalah hasil kerja saya. Maka kalau saya berkeinginan agar gaw ang saya selalu aman terhadap serangan dari pemain lawan, ini menggambarkan tentang ketahanan sekolah yang menjadi tangguan saya terhadap tantangan dari masyarakat atau juga masyarakat pengguna. Dan supaya gawang tetap aman dan menjadi pemenang dalam persaiangan, sebagai sekolah swastya, maka saya meminta para pemain belakang, tengah dan penyerangnya handal dalam bermain, militan dalam menjaga stabilitas areanya, bahkan mampu melakukan penetrasi terhadap area lawan. Itulah lebih kurang gambaran dan metapora terhadap tugas saya sebagai penjaga gawang di sekolah.
Menemani guru yang saya maksudkan adalah bersama guru untuk melakukan pelayan kepada peserta didik dengan sepenuh hati, sungguh-sungguh, melakukan upaya maksimal agar peserta didik benar-benar mendapatkan layanan dan dorongan prima untuk maju dalam menemukan sesuatu yang bermakna bagi dirinya maupun bagi masa depannya. Supaya peserta didik benar-benar mencintai dan menghargai setiap pertemuan dan interaksi antara guru dan siswa, baik zaman masih normal, secara off line, maupun zaman pandemi seperti sekarang ini, dimana interaksi hanya bisa dilakukan secara online?
Menemani guru agar selalu lahir ide kreatif dan inovatif, yang meski menhatruskannya melakukan upaya lebih maksimal dan lebih beragam, sehingga upaya tersebut akan menuntut lebih kepadanya, tetapi spirit bahagianya akan menepis hambatan dan halangan tersebut. Sehingga upaya guru memang benar-benar memberikan warna belajar yang mampu melahirkan ciarasa sumringah penuh energi keingintahuan.
Menemani guru, karena tidak semua guru berada pada level atau koordinat yang sama atau setidaknya setara, yang memungkinkan kita semua dalam energi eksploratifnya, namun tidak sedikit pula masih ada diantara mereka yang memang melakuakn pembelajaran atau interaksi dengan siswa sebagaimana yang pernah ia jalani di tahun-tahun sebelumnya tanpa beranjak baik pada tataran semangat, ide, daya juang bereksplorasi. Dan kepada merekalah saya sering bercengkerama tentang apa saja, meski itu hanya sebagai upaya untuk mengajak melihat realita yang sama dengan kacamata yang berbeda. Harapannya agar memahami dimana posisinya, dimana ia sedang berada, di sebelah mana ia sedang berdiam diri?
Menemani guru dengan harapan ujungnya adalah agar semua guru yang ada di lembga dimana saya ada, memiliki pola dan standar pelayanan yang sama. Yang dengan demikian, maka bola-bola akan selalu berada di tengah lapangan atau bahkan di area lawan, tanpa saya sebagai penjaga gawangnya, harus memunut bola yang berada di gawang kami...
Jakarta, 2 Oktober 2020.
No comments:
Post a Comment