Selama pelaksanaan PJJ, pada pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak 14 Maret 2020 hingga hari ini (Jumat, 2 Oktober 2020), maka pembalajaran dilakukan secara jarak jauh, online. Mengawali kegiatan PJJ, ada beberapa hal pertimbangan kami untuk terus berjuang menjadi nomor satu. Dan semua berawal dari kekhawatiran, kalau;
Pertama, bahwa PJJ yang dilakukan oleh Bapak dan Ibu guru dari rumah masing-masing dan dalam jangka waktu yang belum tahu lamanya, akan mengubah etos kerja guru. Dimana guru tanpa adanya pantauan secara fisik oleh teman kerja atau atasannya, itulah yang kemudian melahirkan model kerja gaya baru, yang merupakan penurunan dari etos kerja dan kinerjanya selama ini. Kinerja yang turun akan melahirkan ketidak puasan dari orangtua siswa. Ini pulalah yang selalu memotivasi sekolah dalam menemani guru untuk tetap dan selalu menjadi dedikasi dan garis perjuangannya.
Kedua, Implikasi dari hal yang pertama diatas, adalah lahirnya asumsi dan pendapat dari
teman-teman pendidik di sekolah tentang pemahaman kalau waktu layanan guru sekedar
saat waktu kontak dengan peserta didiknya saja dalam Zoom Meeting. Maka untuk inilah
kami kembali mengajak diskusi agar layanan dalam PJJ berdurasi sama dengan ketika
pembalajaran secara offline. Kecuali dalam hal-hal tertentu.
Ketiga, Bahwa pelaksanaan PJJ akan monoton dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi bilamana
teman-teman merasa kekeringan dalam menggagas suatu kegiatan pembelajaran yang
mungkin dapat dilakukan, meski hal ini membutuhkan usaha dan ikhtiar yang lebih.
PJJ akan terlampau menekankan pada mastery learning an sich.
Keempat, dalam hal filling arsip PJJ dikhawatirkan jika teman-teman guru hanya terpaku
kepada resource yang dimiliki, berupa Google Drive dan memori smart phone nya. Karena
harus diakui jika hanya bertumpu kepada dua hal tersebut tanpa memiliki kreativitas, maka
wadah. Tersebut akan benar-benar menjadi masalah pada proses PJJ berikutnya.
Kelima, Keterbatasan dalam mengolah hasil atau proses PJJ sebagai filling belajar dan
sekaligus sebagai laporan kepada orangtua siswa. Jika ini berlanjut dan beruntun,
dikhawatirkan bahwa layanan yang dilakukan oleh guru dapat dipandang tidak maksimal.
Atau malah dilihat sebagai sesuatu yang tidak bernilai. Oleh karena itu, maka proses PJJ
yang berlangsung ter-cover dalam foto kegiatan, video, dan arsip dokumentasi, yang dapat
dilihat atau diakses oleh peserta didik dan orangtua. Tentunya selain oleh atasannya.
Keenam, Daya tahan guru untuk melahirkan ide-ide kreatif dan yang inovatif. Hal ini juga
berkorelasi dengan kekhawatiran ketiga, yaitu tentang pelaksanaan PJJ yang menoton. Oleh
karenanya memontum dan kesempatan serta keberanian bagi lahirnya ide-ide dan gagasan-
gagasan baru harus selalu dibukakan pintu gerbang ‘mungkin’ yang seluas-luasnya. Motivasi
ini yang juga memungkinkan lahirnya semangat mencoba tanpa ketakutan untuk menjadi
lebih repot atau menjadi lebih kepayahan.
Sekali lagi harus dipahami bersama bahwa kekhawatiran ini lahir dari rasa untuk tetap dan
terus memegang prestise keunggulan dalam konstelasi persaingan sebagai bagian dari
sekolah swasta.
Jakarta, 2 Oktober 2020
2 comments:
Dengan kondisi saat ini memang serba monoton dlm oelaksanaan PBM. Tetap optimis semoga cepat berlalu Aamiin
Dengan kondisi saat ini memang serba monoton dlm oelaksanaan PBM. Tetap optimis semoga cepat berlalu Aamiin
Post a Comment