Senin, 24 Nopember 2014 seusai waktu Isyak, 2 jam setelah saya sampai di rumah, dikagetnya dengan pesan BB dari teman kantor; atas kematian seorang teman. Namun untuk sebuah kepastian, saya kembali mengirim pertanyaan kepada teman lain. Dan kepastian itu justru datang dari salah seorang dari BOD kami melalui pesan WAnya.
Saya tertegun atas berita itu. Beberapa.hari sebelumnya, saat menjenguk di Rumah Sakit, sahabat yang baru saya kenal kurang dari 11 tahun itu, di pembaringan terapinya mengenggam tangan kanan saya dan berpesan agar saya menjaga kesehatan. Kondisinya kala itu ada pada tahap pemulihan setelah dua ring terpasang di pembuluh darahnya.
"Jaga kesehatan Pak. Jangan sampai mengalami apa yang saya rasakan sekarang. Berat Pak.kalau sudah seperti ini. Berat sekali." Katanya waktu itu.dengan penuh kesungguhan. Ia katakan semua kata-katanya dengan bahasa kami, Bahasa Jawa.
saya teringat akan kebaikan hatinya. Tepo selironya. Utamanya ketika permohonan yang kami ajukan kepada BOD harus melaluinya. Dan ketika kami buntu akan hal seperti itu, kepadanyalah saya berdiskusi dan mencari alternatif solusi.
Juga ketika dari permohonan yang kami ajukan dan telah mendapat tanda tangan persetujuan harus juga melalui pembanding. Dan ketika saya menyampaikan agar ketika pengajuan permohonan sekaligus disertakan pembanding, sahabat saya ini memesankan kepada saya untuk tetap menjalani apa yang diinginkan kolega. Karena jika BOD mengetahui akan hal itu, maka persoalan tidak lagi pada masalah permohonan dan pembanding. Nasehat dan pandangan itulah yang membuat saya belajar memahami atmosfer dan etos kerja yang tumbuh di lingkungan baru saat itu.
Dan sekarang, setelah berita itu dapat dipastikan kebenarannya, saya berencana untuk bertemu dengannya di tempat peristirahatan sebagaimana tata cara yang sahabat saya anut serta yakini, esok hari sebelum saya.sampai kantor.
"Selamat jalan Pak Agus. Bapak adalah sahabat saya yang sesungguhnya di tempat kerja ini." Kata saya menyampaikan selamat jalan di ruang dimana ia dibaringkan.
Saya tertegun atas berita itu. Beberapa.hari sebelumnya, saat menjenguk di Rumah Sakit, sahabat yang baru saya kenal kurang dari 11 tahun itu, di pembaringan terapinya mengenggam tangan kanan saya dan berpesan agar saya menjaga kesehatan. Kondisinya kala itu ada pada tahap pemulihan setelah dua ring terpasang di pembuluh darahnya.
"Jaga kesehatan Pak. Jangan sampai mengalami apa yang saya rasakan sekarang. Berat Pak.kalau sudah seperti ini. Berat sekali." Katanya waktu itu.dengan penuh kesungguhan. Ia katakan semua kata-katanya dengan bahasa kami, Bahasa Jawa.
saya teringat akan kebaikan hatinya. Tepo selironya. Utamanya ketika permohonan yang kami ajukan kepada BOD harus melaluinya. Dan ketika kami buntu akan hal seperti itu, kepadanyalah saya berdiskusi dan mencari alternatif solusi.
Juga ketika dari permohonan yang kami ajukan dan telah mendapat tanda tangan persetujuan harus juga melalui pembanding. Dan ketika saya menyampaikan agar ketika pengajuan permohonan sekaligus disertakan pembanding, sahabat saya ini memesankan kepada saya untuk tetap menjalani apa yang diinginkan kolega. Karena jika BOD mengetahui akan hal itu, maka persoalan tidak lagi pada masalah permohonan dan pembanding. Nasehat dan pandangan itulah yang membuat saya belajar memahami atmosfer dan etos kerja yang tumbuh di lingkungan baru saat itu.
Dan sekarang, setelah berita itu dapat dipastikan kebenarannya, saya berencana untuk bertemu dengannya di tempat peristirahatan sebagaimana tata cara yang sahabat saya anut serta yakini, esok hari sebelum saya.sampai kantor.
"Selamat jalan Pak Agus. Bapak adalah sahabat saya yang sesungguhnya di tempat kerja ini." Kata saya menyampaikan selamat jalan di ruang dimana ia dibaringkan.
Jakarta, 7 Desember 2014.
No comments:
Post a Comment