Saya mungkin paling tidak merasa enak ketika mendapatkan jadwal, apapun jadwal itu, bahkan termasuk diantaranya adalah proposal permohonan dana kegiatan, yang seperti tiba-tiba datang dari langit. Ia datang begitu mepet dengan hari H. Kadang justru malah tanpa tedeng aling-aling, ia menyodorkan argumentasi bahwa kegiatan tersebut harus terjadi tepat sebagaimana jadwal yang di awal tahun pelajaran telah dijadwalkan.
Mengapa? Karena ini adalah sebuah ketidakpahaman sdan ketidaksadaran kita terhadap apa yang terjadi di hari depan. Meski itu semua telah ada dalam jadwal! Meski demikian, saya mencoba untuk ikut serta merasakan apa yangs esungguhnya terjadi kepada teman-teman yang menderita penyakit ujug-ujug tersebut. Dan dari mikir-miir yang saya coba lakukan, berikut adalah beberapa penyebab dari sebuah jadwal yang menjadi tiba-tiba terasa mendadak.
Pertama, Terlalu rapinya administrasi kita. Hal ini mengakibatkan bahwa kalender kegiatan yang telah dibuat jauh sebelum tahun pelajaran baru dimulai. Dan karena telah jauh sebelumnya telah dibuat, maka tanggal=tanggal yang ada di dalam kalender tersebut menjadi terlupkan. Dan repotnya, kalender yang telah dibuat itu bukan untuk ditengok sebagai road map bagi perjalanan profesionalisme, tetapi lebih sebagai kelengkapan administrasi. Dan dengan alasan itu, maka kalender tersebut memang ada, tetapi keberadaannya sulit untuk ditemukan.
Kedua, Sadar kalender. Jika menengok yang saya sendiri alami, betapa saya ini senang sekali membolak-balik kalender kegiatan sepanjang satu tahun itu. Tidak hanya kegiatan-kegiatan yang akan berlangsung saja yang saya ingat diluar kepala, tetapi juga hari-hari libur, atau hari-hari yang paling tepat untuk mengambil cuti! Dan atas kesaradan inilah beberapa tahun lalu saya sempat mendapat gelar dari teman sejawat sebagai mister kalender!
Kesadaran akan kalender ini dimulai ketika saya harus membuat soft cover dari buku kegiatan sepanjang tahun pelajaran yang akan kami lalui, disertai dengan dokumen-dokumen yang memang seharusnya menyertainya. Juga kegemaran saya dalam membuat uraian kegiatan dalam setiap bulannya. Itu semua menjadikan saya sering melihat apa saja yang akan dan harus terjadi pada satu bulan ke depan.
Ketiga, Lemah menghitung mundur. Penyakit ini yang sering berjangkit pada beberapa teman saya. Akibat dari penyakit ini adalah bahwa proposal dibuat dengan tenggat waktu yang benar-benar sempit, koordinasi harus juga diakuan dengan cara kilat, dan yang paling memusingkan adalah bagaimana kegiatan yang membutuhkan dana tersebut harus uga terjadi tepat waktu. Ini karena persetujuan dan pencairan dana yang dibutuhkan benar-benar menggunakan tarif kilat khusus.
Itulah sedikit banyak yang menjadi bagian dari pengalaman saya ketika harus membuat akrobatik dalam melaksanakan kegiatan yang sudah tertera di dalam kalender kegiatan. Ini sebagai bagian dari introspeksi saya juga ke depan. Semoga.
Jakarta, 25 Agustus 2014.
No comments:
Post a Comment