Beberapa tahun yang lalu, saat usia masih kepala dua, dan belajar menjadi guru di sekolah yang mengaplikasikan model belajar berpusat kepada siswa dalam setiap interaksi guru-siswa, saya berulang kali disupervisi oleh siapa saja yang menjadi manajemen dimana saya berada.
Setidaknya setiap pekan saya dikunjungi tidak kurang sebanyak tiga kali pada saat berada di dalam kelas. Kunjungan itu ada yang terjadwal, dan ada juga yang insidental atau mungkin sidak kalau model pejabat di pemerintahan. Hal ini karena ada empat orang yang berwenang hadir di dalam kelas saya.
Dan peristiwa kunjungan-kunjungannya itu memberikan dampak positif pada perjalanan karir pada masa berikut saya sebagai guru di sekolah. Ini karena mereka akan memerikan feedback atas catatan yang mereka dapat dalam kunjungannya itu. Dan pada saat feedback diberikan tersebut, itu adalah butiran nasehat buat saya untuk bertumbuh dengan lebih baik. Alhamdulillah.
Dan bersyukur juga bahwa saya diberikan keberuntungan di masa-masa itu. Misalnya saja saat executive principal saya datang dan duduk di bangku siswa yang kosong di suatu siang, kelas yang saat itu sedang belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, sedang belajar membuat kalimat. Dan saya minta anak-anak untuk menggunting kata-kata dari koran yang telah saya sediakan, kata yang menggunakan awalan me- secara bebas.
Memang suasana kelas dipenuhi obrolan anak-anak yang sibuk menemukan kata-kata berawalan me untuk kemudian menempelkan dalam buku latihan masing-masing dan kemudian menuliskan kalimat yang dia punya. Alhamdulillah, dari kunjungannya itu, seorang manajemen yang hadir di dalam kelas memberikan ponten bagus atas aktivitas belajar siswa. Juga pada waktu-waktu yang lain. Saya mendapat keberuntungan.
Juga banyak peristiwa seru dan menjadi tonggak bagi saya untuk menuju menjadi seorang guru yang mencintai profesinya. Dan itu menjadi bagian mat sangat penting buat saya tumbuh. Semua masa lalu yang sudah menjadi sejarah yang selalu mengundang kesyukuran.
Bahwa kunjungan manajemen ke dalam kelas saya pada saat itu yang bertubi-tubi justru membuat saya faham bagaimana aktualisasi dari konsep belajar menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran.
Kalau ada pertanyaan; berapa lama, berapa jam tatap muka yang saya dapatkan dari lembaga tersebut agar saya bermigrasi dari guru sebagai pusat belajar menjadi siswa sebagai pusat belajar?Maka jawabannya adalah proses yang panjang dan penuh nikmat. Itulah praktek saya menjadi.
Jakarta, 1.08.2014.
Setidaknya setiap pekan saya dikunjungi tidak kurang sebanyak tiga kali pada saat berada di dalam kelas. Kunjungan itu ada yang terjadwal, dan ada juga yang insidental atau mungkin sidak kalau model pejabat di pemerintahan. Hal ini karena ada empat orang yang berwenang hadir di dalam kelas saya.
Dan peristiwa kunjungan-kunjungannya itu memberikan dampak positif pada perjalanan karir pada masa berikut saya sebagai guru di sekolah. Ini karena mereka akan memerikan feedback atas catatan yang mereka dapat dalam kunjungannya itu. Dan pada saat feedback diberikan tersebut, itu adalah butiran nasehat buat saya untuk bertumbuh dengan lebih baik. Alhamdulillah.
Dan bersyukur juga bahwa saya diberikan keberuntungan di masa-masa itu. Misalnya saja saat executive principal saya datang dan duduk di bangku siswa yang kosong di suatu siang, kelas yang saat itu sedang belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, sedang belajar membuat kalimat. Dan saya minta anak-anak untuk menggunting kata-kata dari koran yang telah saya sediakan, kata yang menggunakan awalan me- secara bebas.
Memang suasana kelas dipenuhi obrolan anak-anak yang sibuk menemukan kata-kata berawalan me untuk kemudian menempelkan dalam buku latihan masing-masing dan kemudian menuliskan kalimat yang dia punya. Alhamdulillah, dari kunjungannya itu, seorang manajemen yang hadir di dalam kelas memberikan ponten bagus atas aktivitas belajar siswa. Juga pada waktu-waktu yang lain. Saya mendapat keberuntungan.
Juga banyak peristiwa seru dan menjadi tonggak bagi saya untuk menuju menjadi seorang guru yang mencintai profesinya. Dan itu menjadi bagian mat sangat penting buat saya tumbuh. Semua masa lalu yang sudah menjadi sejarah yang selalu mengundang kesyukuran.
Bahwa kunjungan manajemen ke dalam kelas saya pada saat itu yang bertubi-tubi justru membuat saya faham bagaimana aktualisasi dari konsep belajar menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran.
Kalau ada pertanyaan; berapa lama, berapa jam tatap muka yang saya dapatkan dari lembaga tersebut agar saya bermigrasi dari guru sebagai pusat belajar menjadi siswa sebagai pusat belajar?Maka jawabannya adalah proses yang panjang dan penuh nikmat. Itulah praktek saya menjadi.
Jakarta, 1.08.2014.
No comments:
Post a Comment