Dua hari sebelum kegiatan pelatihan guru di sekolah, saya masih bingung untuk memberikan materi apa? Bahkan, meski dalam pikiran ada yang harus saya sampaikan nanti ketika guru-guru masuk seusai libur sekolah, namun tetap detil materi yang belum jga tergambar. Hingga ketika liburan tahun baru lalu, dan kebetulan badan sedikit meriang sehingga saya tetap berdiam di rumah, ada gagasan agar guru-guru membawa daun, apapun, masing-masing sebanyak 4 lembar yang ada di rumah atau dekat lokasi tempat tinggalnya ketika mereka datang ke sekolah.
Alhasil, tengah hari itu saya mencoba merangkai pesan untuk disebar kepada teman-teman guru. Di akhir pesan saya juga wanti-wanti agar guru-guru itu memastikan bahwa teman-temannya semua menerima pesan yang sama dengan pesan yang dia terima dari saya. Alhamdulillah, ketika pesan itu pelatihan guru itu akan kami mulai, tidak seorang pun dari teman-teman yang tidak membawa 4 lembar daun dari rumah mereka masing-masing. Hebat!
Mengklasifikasi
Ada dua bagian dari pelatihan yang diperuntukkan guru sebagai 'pesan' di awal tahun, yang juga adalah awal semester II tahun pelajaran 2013/2014 ini. Dan kegiatan dengan daun menjadi bahan pelatihan untuk tahap yang pertama.
Namun sebelum bagian-bagian itu kami mulai, saya memberikan kepada semua teman ruang katarsis. Mengingat sebagai hari pertama masuk kerja, dengan euforia yang meluap, maka kegiatan katarsis itu berguna sekali sebagai lahan untuk menarik konsentrasi teman-teman semua. Alhamdulillah semua terlibat aktif dalam kegiatan pembuka tersebut. Banyak hal positif dapat ditarik dalam kegiatan pembuka itu. Misalnya ada teman yang waktu liburan kemarin pergi ke universitas yang menjadi impian anandanya. Ini sebagai bekal bagi mereka sekeluarga dalam menentukan afirmasi keinginan dan cita-citanya. Juga ada teman yang berkendara Jakarta-Malang-Jakarta tanpa henti melalui berbagai kota yang menjadi tempat singgahnya, baik di Jawa Tengah atau di Jawa Timur. Juga ada teman yang mencoba menikmati kereta api Bogor-Sukabumi. Sebuah rute baru bebas macet dan terjangkau. Dan lainnya.
Kembali ke daun, setelah saya membagi teman-teman dalam beberapa kelompok, maka meminta semua kelompok untuk mengumpulkan daun yang dibawanya dari rumah menjadi satu. Dari daun yang ada tersebut, semua guru harus mengelempokkan daun-daun itu. Maka terjadilah diskusi dalam kelompok-kelompok itu tentang dasar pengelompokkannya. Maka ada kelompok yang mengelompokkan daun-daun yang ada berdasarkan kerangka daun. Ada yang bedasarkan manfaat pohon dari daun yang ada. Juga berdasarkan vitamin yang terkadung dalam tanaman daun tersebut, atau dari dasar yang lain.
"Bagaimana menurut Bapak dan Ibu semua, apakah semua pengelompokkan yag sudah anda buat bersama itu benar? Mengapa?" Tanya saya pada peserta pelatihan. Dan tentunya dengan dalil yang mereka buat, maka semua pengelompokkan daun yang mereka buat dengan dasar pengelompokkan yang mereka sama-sama sepakati adlah benar.
"Apa yang Bapak dan Ibu pelajari dari kegiatan daun itu?" tanya saya.
"Berdiskusi Pak."
"Kebebasan dalam mengklasifikasikan daun Pak."
"Belajar bebas tetapi bertanggung jawab Pak."
"Kami dapat belajar bagaimana pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat belajar."
"Apa langkah berikut setelah kita selesai dengan kegiatan mengklasifikasi daun?" Pertanyaan saya berikutnya. Maka kami diskusi bersama tentang beberapa kemungkinan kegiatan belajar sebagai follow up dari pengelompokkan daun tersebut. Diantaranya adalah;
Memberi warna pada bagian belakang daun, bagian yang kerangka daunnya jelas menonjol, untuk kemudian kerangka tersebut ditempelkan di kerta kosong, sehingga akan menghasilkan cap daun.
Anak-anak juga dapat menempel salah satu daun yag mereka suka, kemudian menguraikan pembelajaran tentang daun secara lebih luas dan dalam. Atau bahkan sekedar mencatat apa yang telah mereka lakukan dalam belajar daun tersebut dalam bentuk deskripsi, sehingga hasil kerja mereka dapat menjadi bahan display di kelas. Atau bahkan masih banyak sekali yang dapat anak-anak lakukan di dalam kelas sebagai kelanjutan dari aktivitas belajar itu.
Semua yang kami lakukan dalam pembelajaran daun itu, kami tutup dengan diskusi yang lebih intens lagi berkenaan dengan pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Saya bermaksud agar kegiatan tersebut dapat menjadi jendela bagi guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan siswanya di dalam kelas berbasis aktivitas. Semoga.
Namun sebelum bagian-bagian itu kami mulai, saya memberikan kepada semua teman ruang katarsis. Mengingat sebagai hari pertama masuk kerja, dengan euforia yang meluap, maka kegiatan katarsis itu berguna sekali sebagai lahan untuk menarik konsentrasi teman-teman semua. Alhamdulillah semua terlibat aktif dalam kegiatan pembuka tersebut. Banyak hal positif dapat ditarik dalam kegiatan pembuka itu. Misalnya ada teman yang waktu liburan kemarin pergi ke universitas yang menjadi impian anandanya. Ini sebagai bekal bagi mereka sekeluarga dalam menentukan afirmasi keinginan dan cita-citanya. Juga ada teman yang berkendara Jakarta-Malang-Jakarta tanpa henti melalui berbagai kota yang menjadi tempat singgahnya, baik di Jawa Tengah atau di Jawa Timur. Juga ada teman yang mencoba menikmati kereta api Bogor-Sukabumi. Sebuah rute baru bebas macet dan terjangkau. Dan lainnya.
Kembali ke daun, setelah saya membagi teman-teman dalam beberapa kelompok, maka meminta semua kelompok untuk mengumpulkan daun yang dibawanya dari rumah menjadi satu. Dari daun yang ada tersebut, semua guru harus mengelempokkan daun-daun itu. Maka terjadilah diskusi dalam kelompok-kelompok itu tentang dasar pengelompokkannya. Maka ada kelompok yang mengelompokkan daun-daun yang ada berdasarkan kerangka daun. Ada yang bedasarkan manfaat pohon dari daun yang ada. Juga berdasarkan vitamin yang terkadung dalam tanaman daun tersebut, atau dari dasar yang lain.
"Bagaimana menurut Bapak dan Ibu semua, apakah semua pengelompokkan yag sudah anda buat bersama itu benar? Mengapa?" Tanya saya pada peserta pelatihan. Dan tentunya dengan dalil yang mereka buat, maka semua pengelompokkan daun yang mereka buat dengan dasar pengelompokkan yang mereka sama-sama sepakati adlah benar.
"Apa yang Bapak dan Ibu pelajari dari kegiatan daun itu?" tanya saya.
"Berdiskusi Pak."
"Kebebasan dalam mengklasifikasikan daun Pak."
"Belajar bebas tetapi bertanggung jawab Pak."
"Kami dapat belajar bagaimana pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat belajar."
"Apa langkah berikut setelah kita selesai dengan kegiatan mengklasifikasi daun?" Pertanyaan saya berikutnya. Maka kami diskusi bersama tentang beberapa kemungkinan kegiatan belajar sebagai follow up dari pengelompokkan daun tersebut. Diantaranya adalah;
Memberi warna pada bagian belakang daun, bagian yang kerangka daunnya jelas menonjol, untuk kemudian kerangka tersebut ditempelkan di kerta kosong, sehingga akan menghasilkan cap daun.
Anak-anak juga dapat menempel salah satu daun yag mereka suka, kemudian menguraikan pembelajaran tentang daun secara lebih luas dan dalam. Atau bahkan sekedar mencatat apa yang telah mereka lakukan dalam belajar daun tersebut dalam bentuk deskripsi, sehingga hasil kerja mereka dapat menjadi bahan display di kelas. Atau bahkan masih banyak sekali yang dapat anak-anak lakukan di dalam kelas sebagai kelanjutan dari aktivitas belajar itu.
Semua yang kami lakukan dalam pembelajaran daun itu, kami tutup dengan diskusi yang lebih intens lagi berkenaan dengan pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Saya bermaksud agar kegiatan tersebut dapat menjadi jendela bagi guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan siswanya di dalam kelas berbasis aktivitas. Semoga.
Jakarta, 2.1.14
No comments:
Post a Comment