Lagi-lagi memilih kepala sekolah. Ini catatan saya entah yang keberapa. Saya sendiri belum melacak seluruh file yang ada di bawah. Saya buat lagi catatan ini mengingat betapa berputarnya isu dalam memilih seorang kepala sekolah, yang saya rasakan sebeum adanya penetapan difinitif di suatu lembaga yagsedang sya bantu ini terus saja bergulir. Meski saya dan teman-teman yang berada dalam pusaran itu tidak bergeming sedikitpun, saya perlu juga membuat catatan tambahan ini.
Berputar dan berulang, karena memang itulah yang terjadi. Dan karena masa tugas seorang kepala sekolah tersebut dibatasi durasi dua kali atau dua periode masa jabatan, maka ia secara otomatis harus berpindahtugas.
Mungkin akan tetap sebagai kepala sekolah tetapi berpindah di unit tugas yang berbeda. Atau juga mungkin dia akan kembali bertugas sebagai guru biasa yang berarti tidak akan menjabat tugas tambahan di lembaga tersebut. Meski begitu, dalam area atau lembaga yang masih gamang dalam menghadapi transformasi, maka memilih kepala sekolah yang baru sungguh menjadi usaha yang tidak ringan.
Mungkin akan tetap sebagai kepala sekolah tetapi berpindah di unit tugas yang berbeda. Atau juga mungkin dia akan kembali bertugas sebagai guru biasa yang berarti tidak akan menjabat tugas tambahan di lembaga tersebut. Meski begitu, dalam area atau lembaga yang masih gamang dalam menghadapi transformasi, maka memilih kepala sekolah yang baru sungguh menjadi usaha yang tidak ringan.
Model
Beberapa model memilih kepala sekolah pernah kami jalani. Misalnya dengan mengelaborasi seluruh kandidat yang berasal dari guru-guru yang ada. Model ini kami gunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah memberitahukan kepada semua guru untuk mengirimkan cv bagi yang berminat untuk menjadi kandidat kepala sekolah. Sedang pendekatan kedua adalah meminta guru untuk menuliskan satu nama temannya yang direkomendasikan untuk menjadi kandidat kepala sekolah. Kepada nama yang mendapatkan suara terbanyak hingga ranking 5 atau bahkan 12, akan kita masukkan sebagai kandidat.
Langkah berikut setelah mereka manjadi kandidat adalah, kami lakukan kegiatan diskusi secara berkelompok. Kami menamai kegiatan diskusi kelompok kandidat itu dengan diskusi panel. Karena terdapat 4 atau bahkan 6 orang kandidat kita ajak menjadi satu diskusi.
Dalam diskusi panel ini kami dapat memilih kandidat yang memiliki visi, landasan argumentasi yang cerdas, kehalusan pilihan kata dalam berkomunikasi, juga dapat kami lihat bagaimana para kandidat tersebut memiliki sudut pandang dan cara pandang terhadap masalah. Bahkan, kamipun dapat melihat apakah kandidat itu memposisikan diri sebagai pengamat dalam sebuah oraganisasi atau lebih banyak memposisikan dirinya sebagai pemeran solutif?
Dalam diskusi panel ini kami dapat memilih kandidat yang memiliki visi, landasan argumentasi yang cerdas, kehalusan pilihan kata dalam berkomunikasi, juga dapat kami lihat bagaimana para kandidat tersebut memiliki sudut pandang dan cara pandang terhadap masalah. Bahkan, kamipun dapat melihat apakah kandidat itu memposisikan diri sebagai pengamat dalam sebuah oraganisasi atau lebih banyak memposisikan dirinya sebagai pemeran solutif?
Langkah berikutnya, kami akan meminta pihak luar untuk melakukan tes kepemimpinan. Beberapa unsur kepemimpinan yang kami butuhkan kami titipkan untuk dapat dieksplorasi terhadap para kandidat yang ada.
Dan sebagai lembaga yang fokus utama kegiatan adalah SDM, maka kami meminta kepada komunitas untuk ikut terlibat dalam memberikan masukan terhadap kandidat terbaik untuk memimpin lembaganya. Mereka bisa dari perwakilan orangtua, guru-guru, dan bahkan siswa.
Semua masukan dan hasil diskusi panel serta tes kepemimpinan tersebut kami satukan untuk dibuatkan ranking kembali. Empat terbaik dari para kandidat itu, kami ajak diskusi komitmen. Dalam diskusi ini, fokus utama diskusi adalah bagaimana membawa lembaga untuk lebih berkembang dan lebih bersemangat meraih kemajuan.
Dan sebagai sesi terakhir, kami bersama kepala sekolah yang masih menjabat akan menentukan format dan komposisi yang harus ada di struktur kepemimpinan. Kepala sekolah yang akan diganti kami libatkan dalam penentuan itu, karena beliau banyak menerima masukan dari pihak teman guru, siswa, dan khususnya dari pihak orangtua siswa yang tergabung dalam organisasi orangtua siswa. Tentunya setiap pendapat yang ada kami diskusikan dengan matang.
Kami tidak menginginkan agar pendapat kami diterima sehingga menjadi keputusan tanpa adanya masukan atau debat dari pihak yang lain. Demikian juga kepala sekolah yang akan diganti dipersilahkan masukannya terhadap struktur kepemimpinan yang ada dengan pertayaan kritis dari salah satu kami.
Dengan model ini, kami menginginkan bahwa keputusan yang kami ambil, adalah keputusan yang transparan, demokratis, egaliter, dan tentunya yang terbaik.
SMS Gelap
Sebagaimana proses yang telah kami lakukan dalam pemilihan seorang kepala sekolah, sebagaimana diuraikan diatas, ternyata masih juga mendapat masukan dari orang yang berada di luar kami dalam bentuk SMS gelap. SMS yang mempertanyakan mengapa pengganti kepala sekolahnya bukanlah salah satu dari wakil kepala yang selama ini bekerjasama bersama kepala sekolah?
Sebagaimana sifatnya, maka pesan gelap itu tidak menjadikan kami, khususnya saya, menjadi galau atas apa yang telah kami putus. Mengapa? Pertama, masukan itu dalam bentuk pesan gelap. Surat kaleng. Kedua, saya begitu percaya diri memberikan jawaban atas pertanyaan sebagaimana yang disampaikan. Bukankah sejak awal proses kami telah buat begitu terang?
Jakarta, 26.01.14.
Kami tidak menginginkan agar pendapat kami diterima sehingga menjadi keputusan tanpa adanya masukan atau debat dari pihak yang lain. Demikian juga kepala sekolah yang akan diganti dipersilahkan masukannya terhadap struktur kepemimpinan yang ada dengan pertayaan kritis dari salah satu kami.
Dengan model ini, kami menginginkan bahwa keputusan yang kami ambil, adalah keputusan yang transparan, demokratis, egaliter, dan tentunya yang terbaik.
SMS Gelap
Sebagaimana proses yang telah kami lakukan dalam pemilihan seorang kepala sekolah, sebagaimana diuraikan diatas, ternyata masih juga mendapat masukan dari orang yang berada di luar kami dalam bentuk SMS gelap. SMS yang mempertanyakan mengapa pengganti kepala sekolahnya bukanlah salah satu dari wakil kepala yang selama ini bekerjasama bersama kepala sekolah?
Sebagaimana sifatnya, maka pesan gelap itu tidak menjadikan kami, khususnya saya, menjadi galau atas apa yang telah kami putus. Mengapa? Pertama, masukan itu dalam bentuk pesan gelap. Surat kaleng. Kedua, saya begitu percaya diri memberikan jawaban atas pertanyaan sebagaimana yang disampaikan. Bukankah sejak awal proses kami telah buat begitu terang?
Jakarta, 26.01.14.
No comments:
Post a Comment