Bagaimana saya bisa seperti yang diceritakan
oleh beberapa teman
tentang tulusnya air mata
yang berurai dan bercucuran
tulus dan hangat begitu rupa
saat mendengar, menyebut, dan atau melafazkan
orang yang Allah sendiri tak pernah sebut namanya
manakala memanggil dan menyerunya?
selain dengan predikat dan jabatannya?
Bagaimana saya bisa dan mampu
melakukannya dan menghayatinya?
Bagaimana saya memulai
manapaki jalan apa yang sahabat dapatkan
sehingga Akan membuat lengkap suka cita
bahkan menikmati dialog
dalam mimpi?
Bagaimana saya bisa
berupaya dan berusaha
Maka saya mulai saja
menurut apa yang saya bisa
dalam mengenal, mengatahui, memahami
dan mencoba untuk melekatkan cinta
kepada sosok yang tak pernah disebut nama
selain predikat dan jabatannya
sebagai penghargaan
dari sang pencipta dan pengutusnya
Maka saya mencoba
bagaimana rasa dalam fikiran
menjalar menjadi makna
agar menjadikannya
terasa berat dalam timbangan
hingga mampu membuatku tertunduk
pada ranah mencitai
Saya mencoba dengan rasa berat
mencontoh apa yang saya lihat
dalam sebuah pertemuan jamaah
dimana teman lain begitu rupa
merasakan dan menjadi terharu
Saya sempat bertanya
apakah bisa mengharu biru
seperti mereka
saat disebutkan namanya...
Padang Arafah, 9 Dzulhijjah 1444 H
No comments:
Post a Comment