Mendapatkan tugas untuk melihat secara langsung di lapangan tentang sebuah lembaga ke sebuah kota yang menjadi impian saya, adalah kegembiraan yang tiada taranya. Sebuah kota yang terakhir saya singahi pada tahun 1985 sebelum saya akhirnya melanjutkan perjalanan ke kota kelahiran saya di Metro, Lampung, dan juga desa yang membesarkan sepenggal masa remaja saya di Sri Tejokencono, Punggur, Lampung Tengah.
Sekali lagi, bahwa tugas utama saya adalah melihat sebuah lokasi, untuk keudian memberikan semacam opini berkenaan dengan lokasi yang saya kunjungi itu. Bagaimana hasil dari opini yang telah saya sampaikan di dalam rapat nanti, sudah bukan menjadi kepentingan saya lagi.
Maka jadilah saya begitu usai menjalani rutinitas di awal pagi, segera meluncur menuju kota Bandar Lampung. Dan menyenangkan sejak keberangkatan saya di Jakarta. Sampai di kota ujung Sumatera itupun, saya dan teman tetap memperoleh kenyamanan yang lain. Yaitu cerita supir travel di sepanjang perjalanan Bandara Raden Inten II hingga ke lokasi yang kami tuju.
Namun bukan itu yag ingin saya bagikan dicatatan ini, tetapi sekedar foto sebagai gambaran dari suasana kota itu;
Icon Bandar Lampung. Bundaran jalan ini ketika saya melintas pukul 15.30 sudah tersendat. |
Icon yang lain, berupa mahkota rumah adat. |
Sebuah menara yang menjulang, sandainya saya bsa memanjat ke atas, pasti keindahan kota yang memiliki gunung, lembah, bukit, dan laut sungguh menjadi penghibur paripurna. |
Menyantap pepes bumbu manis padas di sebuah perumahan Dephub, nikmatnya menetap di lidah. |
Jakarta, 15 Juli 2014.
No comments:
Post a Comment