Ada dua buah bab kejadian yang saya dan siswa saya alami. Berbeda pada keduanya, namun keduanya bertemu pada satu muara yang sama. Bab pertama adalah apa yang saya sampaikan kepada anak-anak ketika di pagi hari saya bercerita bagaimana Sultan Mahmed II bin Murad, yang adalah penakluk kota Konstantinopel. Sebuah sejarah yang saya dapatkan dari dua buku dengan fokus peristiwa di tahun 1453. Satu buku ditulis oleh seorang berkebangsaan Barat. Sedang satu buku lagi, yang adalah hadiah dari seorang teman kakak saya yang kebetulan menjadi orangtua siswa pada saat mengundang si penulisnya, Felix Siauw.
Sedang bab kedua, adalah sebuah peristiwa yang saya dapatkan ketika kami, saya dan anak didik saya bertemu di halaman belakang sekolah di sebuah siang hari ketika anak-anak itu kembali ke tanah air setelah selama dua pekan berada di Izmir, Ankara, dan Istanbul, Turki untuk sebuah kegiatan Misi Budaya pada akhir April ini.
"Apa yang di cerita Bapak, saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri Pak."
"Luar biasa indah!"
Begitu kalimat yang terucap dari anak-anak yang menjadi bagian dari kegiatan Misi Budaya tersebut. Ia menceritakan bagaimana ia bersama rombongan di dalam kendaraan bus mengelilingi benteng yang juga mengelilingi kota. Sebuah benteng yang pada mulanya memang berfungsi sebagai perlindungan akan bahaya yang akan datang.
"Di bagian paling depan dari benteng itu, adalah sebuah parit. Dan itu masih benar-benar ada Pak. Para petani bercocok tanam di dalam parit tersebut. Saya melihatnya Pak!"
Saya yang memang belum pernah ke kota yang oleh Napoleon katakan sebagai kota pelabuhan terbaik di dunia ini selain dari imajinasi yang tercipta ketika uraian kata itu saya cerna di dalam pikiran saya.
Buku Roger Crowley. |
Sebuah penggambaran, yang melayangkan saya pada apa yang pernah junjungan kita, Rasulullah SAW, lakukan bersama kaum Muslimin dlam menghadapi pasukan koalisi di peristiwa Khandak.
Sebuah gambar hidup yang lahir dalam benak saya, dimana tembok kota yang menginspirasi pasukan Mahmed II bin Murad menggali terowongan untuk menyelinap dan menyusup masuk ke balik benteng karena ketika pasukan darat tetap terhalang oleh kokohnya dan tegarnya tembok yag menjadi perlindungan kota.
Dan dari ketertarikan itu jugalah saya menceritakan kembali fragmen pengepungan kota Konstantinopel pada April-Mei 1453 oleh pasukan Usmaniah tersebut kepada para siswa saya di sebuah pagi dua bulan yang telah lalu itu. Sebuah cerita yang, alhamdulillah, membuat anak-anak didik saya yang ikut ke Turki itu begitu memiliki dorongan untuk menikmati perjalanannya ke Istanbul.
"Saya benar-benar menikmati Istanbul!"
Buku Felix Y Siauw. |
Begitu kata siswa saya siang itu. Dan sebagai guru, saya ikut serta menikmati apa yang menjadi kenangannya tentang Istanbul. Meski begitu inginnya saya untuk membuktikan apa yang anak didik saya kemukakan siang itu. Semoga. Amin.
Jakarta, 30 April 2013.
No comments:
Post a Comment