Ada pengalaman yang sungguh menakjubkan saya. Yaitu tentang siswa saya di Kelompok Bermain, KB, yang memiliki kebiasaan tidak mengatupkan bibirnya. Saya belum meneliti mengapa kebiasaan anak tersebut muncul. Boleh jadi karena struktur gigi susunya yang menyababkan bibirnya tidak membuatnya otomatis tertutup atau terkatub, atau bisa jadi pula karena pipiya yag tembem sebagai penyebabnya. Atau bisa jadi juga dua-duanya itu sebagai penyebabnya. Dan mana yang paling menjadi penyebab utamanya, saya tidak dan kurang memahaminya.
Tapi, dari kenyataan itulah yang menyebabkan hubungan saya dengan siswa saya itu menjadi akrab. Dan sesungguhnya tidak dia sendirian yang memiliki kebiasaan tidak mengatubkan bibir. Masih ada satu temannya. Tetapi mungkin karena dia seorang yang rajin ke sekolah, dibanding temannya, maka saya lebih akrab dengannya.
Keakraban itu muncul manakala saya sering memintanya untuk melihat atau menatap muka saya, dan setelah dia sepenuhnya memandang muka saya, maka pada saya itulah saya memperagakan mengatupkan bibir saya. Gerakan saya mengatupkan bibir ini hampir selalu saya peragakan manakala bibirnya terbuka. Dan jika memang konsentrasinya belum ke saya, maka saya akan memanggil namanya.
Upaya saya untuk membiasakan siswa saya tersebut mengatupkan bibirnya tersebut, tidak hanya sekali dua kali. Bahkan berpuluh kali. Pendek kata setiap saya berkeliling kelas dan menemukan siswa tersebut sedang tidak mengatupkan bibirnya, maka saya akan memintanya menatap muka saya dan segera saya memperagakan mengatupkan bibir saya. Dan dia juga akan segera mengikuti apa yang saya peragakan, yaitu mengatupkan bibirnya.
Dan upaya saya itu, rupanya menjadi bagian penting bagi siswa saya untuk menyadari atau memiliki kesadaran dalam mengatupkan bibir. Sebagaimana ketika kami berjumpa pada saat kegiatan Pentas Kesenian di Taman Mini Indonesia Indah beberapa waktu yang lalu. Dimana dia memanggil saya pada saat kami berjumpa. Dan apa yang dia lakukan setelah saya menengok kepadanya; memperagakan mengatupkan bibirnya.
Kala itulah saya berpikir, bahwa siswa saya telah belajar tentang apa yang menjadi ekspektasi saya kepadanya, yaitu; mengatupkan bibir! Terima kasih siswaku.
Jakarta, 24 Juni 2012.
No comments:
Post a Comment