Ini adalah cita-cita saya dan juga teman-teman yag masih gunsih dirundung kegundahan akan hasil UN 2012 kami. Yang meski semua siswa atau peserta didik kami dinyatakan lulus 100 %, dengan nilai rata-rata sekolah yang tergolong baik, tetapi dengan melihat beberapa anak yang seharusnya tidak mendapatkan nilai yang ujug-ujug melompat, atau mendapatkan nilai yang tiba-tiba tinggi dibanding da\engan nilai mereka sehari-hari, kebanggaan kami bercampur baur dengan kesedihan.
Itu pula yang ketika beberapa anak kelas IX datang untuk latihan pentas akhir tahun, saya tegur dan tanya kabar dan juga nilai UN yang berhail mereka dpatkan serta rencana ke depan untuk melanjutkan sekolah, mereka, anak-anak jujur kami itu, dengan tegas berkata: " Saya jujur Pak". Kata-kata yang bagi kami memberikan kabar bahwa ada diantara teman-teman mereka yang tidak jujur dalam mengerjakan LJUN, Lembar Jawaban Ujian Nasional, sehingga mendapat hasil yang bagus luar dari kebiasaan nilai mereka sehari-hari, yang justru melahirkan tanya.
Apa yang dikatakan anak tersebut adalah indikator awal sesudah kami sendiri, selaku guru anak-anak itu, terjada ketidak wajaran niai UN anak-anak dalam bentuk grafik yang tiba-tiba melompat pada saat hasil UN keluar. Dan indikator berikutnya adalah pada saat anak-anak yang lain mengatakan tentang harga kunci jawaban. Juga yang membuat saya sendiri tercengang adalah anak yang mendaptkan nilai sempurna di mata pelajaran tertentu tersebut, justru mengelak atas kecurigaan orang disekitarnya terhadap kesempurnaan yang didapatnya dengan mengatakan: "Saya kan ikut Bimbingan Belajar Pak."
Karena kita semua, diam-diam mengendus bahwa salah satu lembaga itulah yang membuat anak didik kami yang miring secara akademis tersebut 'digarap'. Garapan pertama adalah masuknya anak-anak itu ke lembaga tersebut, dan langkah berikutnya, oknum di lembaga itulah yang 'menjual' ketidakberuntungan tersebut kepada anak-anak didik kami sejak beberapa tahun lalu. Dan ini sudah menjadi rahasia diantara kami yang ada di sekolah atau juga para orangtua siswa.
Lalu, kalau hampir semua kami megetau modus tersebut, mengapa kami tidak membongkar praktek busuk tersebut? Ini berkaitan tentang kesaksian dan barang bukti yang sangat muatahil dapat kami jadikan sebagai alat pembongkar dari permainan drama ini. Oleh karenanya, langkah preventif yang memungkinkan kami lakukan.
Langkah inilah yang saya bincangkan dengan beberapa guru di ruang bersama kami. Antara lain bahwa; Satu, nanti seluruh perabot tulis pada saat UN benar-benar kami yang akan suplai dan langsung kami sediakan di ruang kelas masing-masing, dengan meminta bantuan keada para pengawas UN untuk mendistribusikannya.
Dua, Kami akan benar-benar selektif memperbolehkan peserta UN memasuki ruang ujian. Mereka akan diperbolehkan setelah kami, para panitia UN meneliti 'kebersihan' para peserta tersebut.
Tiga, Dan sebagai upaya agar anak dan orangtua benar-benar memegang teguh akan kemurnian hasil Ujian Nasinal yang semurni-murninya, kembali saya akan mengingatkan kepada mereka akan hebatnya keberkahan. Bahwa kemurnian ikhtiar akan melahirkan kemurnian hasil. Dan hasil yang murni serta bersih, adalah modal pertama untuk memperoleh keberkahan.
Empat, Untuk melahirkan rasa percaya diri akan kemampuan dan keberhasilan yang akan kita raih, kami akan terus berupaya agar anak-anak kami benar-benar dan bersungguh-sungguh belajar dan bekerja dengan keras dan cerdas. Dan peta keberhasilan anak-anak kami dalam UN adalah kisi-kisi atau SKL.
Lima, Doa untuk selalu menjadi sebuah kunci pembuka sebuah keberhasilan dan keberkahan. Amin.
Jakarta, 06 Juni 2012.
No comments:
Post a Comment