Terhadap kepemimpinan di sekolah atau lembaga atau organisasi yang membutuhkan perubahan secara reguler dalam mencapai pertumbuhan yang menyehatkan bagi lembaganya, saya melihat perlunya melahirkan pemimpin yang memiliki kompetensi utuh dalam melahirkan hasil kerja optimal lembaga dan sekaligus mampu juga memberikan inspirasi bagi lahirnya pemimpin baru. Model pemimpin yang mampu mewujudkan apa yang saya gambarkan seperti itu, menurut saya, adalah model kepemimpinan operasional dan bukan kepemimpinan administratif.
Saya mengartikan istilah ini sebagai bentuk kepemimpinan yang berfungsi sebagai pengawalan atas kebijakan yang diambil pemimpin dan lembaga. Pengawalan akan bersifat kontrol dan sekaligus sebagai pendampingan atau patner. Sehingga fungsi pemimpin akan terus menerus berada dalam atmosfir atau berada dalam komunitas yang dipimpinnya. Ia secara aktif dan proaktif dalam mengembangkan visi yang dimilikinya tidak saja dalam tataran administratif tetapi langsung ada di lapangan perjuangan. Saya membadingkan secara frontal model kepemimpinan operasional dengan kepemimpinan administratif. Perbandingan ini akan memberikan gambaran yang lebih nyata terhadap fungsi dan manfaat dari dua model kepemimpinan ini.
Kepemimpinan administratif saya artikan sebagai model kepemimpinan yang pemimpinnya menitikberatkan kepada ketuntasan administratif. Baik dalam pembuatan target, implementasi strategi pencapaian target, hingga pencapaian targetnya, pemimpin hanya akan berkutat kepada data serta fakta administrasi di belakang meja di ruang kerja sang pemimpin.
Dari dua model kepemimpinan yang saya gambarkan di atas, menuntut pula pola komunikasi yang kontras berbeda. Kepemimpinan operasional akan menuntut seorang pemimpin yang mampu berkomunikasi secara emosional, strategis, dan taktis. Pola komunikasi ini akan dirasakan oleh komunitas sebagai kehangatan yag sekaligus mencerdaskan komunitas yang ada. Pola komunikasi kepemimpinan operasional akan melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang akan lebihcemerlang dikemudian hari. Karena kepemimpinan oprasional selalu akan memberikan inspirasi bagi anggota komunitas yang memiliki potensi pemimpin.
Sedang kepemimpinan administratif hanya akan membuat kelanjutan atau keberlangsungan dari lembaga atau organisasi yang dipimpinnya. Namun karena model kepemimpinan ini tidak memiliki pola komunitasi yang hangat tetapi justru malah komunikasi formal yang kaku, maka dalam jangka panjang model kepemimpinan seperti ini akan merugikan organisasi atau lembaga. Lebih-lebih oraganisasi atau lembaga swasta.
Darimana model kepemimpinan operasional ini dapat dimiliki oleh kita semua yang telah menjadi pemimpin atau yang akan menjadi pemimpin, atau yang bercita-cita menjadi pemimpin? Menurut saya, tidak ada jalan lain selain kita sendiri belajar dan sekaligus meneladani pemimpin-pemimpin yang telah mampu menorehkan sejarahnya. Baik pemimpin paripurna yang ada di khasanah agama seperti Muhammad SAW serta para sahabatnya hingga pada generasi tabi’-tabi’in.
Jakarta, 24 Maret 2011.
No comments:
Post a Comment