"Pak Agus sekarang saja Pak ceritanya Pak. Saya ngeri kalau kita tidak melakukan aktivitas apa-apa." Demikian siswi saya menyampaikan permohonan kepada saya sebelum acara penerimaan pos satu. Yang lokasinya berada di persimpangan jalan desa yang di sekelilingnya terdapat sayuran lobak dan wortel. Sementara dari kejauhan tampak dua gedung yang hampir sama panjang dan lebarnya, yang ditandai dengan lampu-lampu terang.
Kami memang berada di tengah-tengah perkebunan yang ada di Kampung Cibereum Empe, Kelurahan Pengalengan, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung Selatan, Jawa Barat.
"Cerita apa yang dapat Pak Agus sampaikan di tengah lahan perkebunan dan di tengah malam seperti ini?" Kata saya. Karena terus terang keberadaan kami dalam kegelapan dan hanya dengan cahaya senter, tentu tidak akan nyaman bagi kami untuk dapat menyimak apa yang sedang kami perbincangkan. Oleh karenanya saya terus terang keberatan jika harus menyampaikan cerita. Sementara selain kami, saya dan lima siswa, ada empat tokoh masyarakat setempat yang ikhlas menemani kami. Mereka adalah Pak RW 20 dan Pak RT, Pak Yanto yang merupakan pendamping pemberdayaan masyarakat Desa Pengalengan, serta Pak Ustad.
"Cerita apa saja Pak. Bapak kan gudangnya cerita Pak. Saya serem kalau kita hanya diam-diam di tengah kegelapan alam." Desak siswa saya yang lain. Dan saya tetap tidak akan cerita karena memang situasi dan kondisinya sedang tidak tidak dalam mood untuk berdialog atau bercerita.
Jakarta, 3 November 2017.
No comments:
Post a Comment