Saya selalu memilih jalan melingkar jika itu adalah perjalanan menuju Jakarta seusai liburan. Karena perjalanan pulang, untuk kemudian kembali ke habitat normal, bekerja, adalah sesuatu yang tidak ada pilihan. Maka memilih jalan melingkar yang membutuhkan waktu lebih dibandingkan jalan yang lurus-lurus saja, menjadi pilihan terbaik buat saya.
Namun bagaimana dengan persoalan yang membutuhkan negosiasi untuk mencapai sebuah kesepakatan? Apakah saya akan memilih strategi berliku untuk menemukan satu kata yang sama-sama dapat disepakati? Terutama jika jalan yang saya ambil memang jalan yang pasti tidak akan efektif serta memakan waktu? Tentunya tidak, jika jalan berliku itu saya telah secara gamblang tahu ujungnya.
Saya akan mengambil jalan yang strategis untuk lembaga yang menjadi payung saya dan juga untuk pihak yang harus menjadi target buat tercapainya kesepakatan. Saya pasti tidak akan memberikan alternatif kepada pihak yang harus bersepakat dengan saya jika saya memprediksi bahwa alternatif tersebut tidak akan menarik untuk dia.
Saya pasti hanya akan memilih jalan standar dengan payung yang berlaku secara normatif jika alternatif yang lebih menarik tidak menjadi restu pimpinan lembaga yang memberikan wewenang kepada saya. Sebagaimana yang saya dapatkan terhadap apa yang ditawarkan oleh mereka saya kepada pihak yang seharusnya menyepakati.
Dan saya tidak akan menjadikan kesepakatan yang ada hanya akan mempertimbangkan pihak sebelah saja, tetapi juga mempertimbangkan timbangan yang adil. Dan sekali lagi, untuk aman dan nyamannya, saya akan memilih jalan yang benar-benar sesuai standar normatif.
Bagaimana jika standar normatif itu juga rupanya bukan menjadi restu lembaga? Pada posisi ini saya akan bertanya kepada lembaga saya; Apakah kita harus mendapat paksaan dari pihak terkait untuk benar-benar melakukan yang normatif atau kita melakukan yang normatif atas harkat dan martabat sendiri?
Pilihan dan resiko tersebut saya kemukakan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap sebuah kesepakatan agar jangan sampai kita melakukan jalan yang melingkar-lingkar sementara jalan yang lurus telah tersedia.
Hanya sebagai renungan atas apa yang saya terima pada Sabtu, 30 September 2017 dari seorang kawan lama saya yang pernah sebagai kolega.
Jakarta, 4 Oktober 2017.
No comments:
Post a Comment