Pagi kemarin saya bersyukur sekali, bahwa rapat dengan beberapa kolega selesai jauh lebih cepat dari prediksi saya. Saya sendiri merasa surprise. Saya semula mengira perlu waktu lebih kurang satu jam waktu yang akan kami butuhkan untuk rapat tersebut.
Dan kerena prediksi itulah maka saya sejak awal sebelum rapat dimulai telah menulis pesan kepada teman yang ada di SMP untuk tidak bisa bersama mereka mengajar atau menyimak bacaan pagi anak-anak. Namun karena rapat selesai cepat, dan saya pikir masih ada waktu bagi saya untuk menyimak bacaan pagi anak-anak, maka segera saya meluncur menuju lantai 3 gedung sekolah kami.
Nampaknya permohonan izin saya di pagi hari tadi membuat koordinator program membaca pagi kami dibuat secara klasikal. Sehingga kehadiran saya justru memungkinkan bagi saya untuk bercerita kepada mereka setelah membaca klasikal usai lebih cepat 15 menit dari waktu normalnya. Saya bercerita tentang seorang sahabat Nabi Saw yang bernama Ubadah bin Shamid.
Tentang ke-Islaman beliau, tentang keikutsertaan beliau dalam pembebasan negeri Mesir dari Raja Cyrus atau Moquoqis, tentang terpilihnya beliau oleh seorang komandan pasukan Islam yang bernama Amr bin Ash untuk menjadi delegasi dialog dengan Cyrus atau Moquoqis, tentang kesederhanaan beliau, tentang komitmen baliau, dan tentang akhir hayatnya beliau di masa Muawiyah bin Abu Sofyan.
Dan setelah usai menyampaikan cerita kepada anak-anak SMP, saya pun meninggalkan ruang bersama itu menuju ke lantai dasar dimana ruangan kerja saya ada di sana. Namun saya kembali masuk ruangan kelas pada saat saya melihat kelas baru saja akan memulai pelajarannya. Maka saya meminta izin kepada guru yang akan mengajar, untuk menyampaikan cerita yang sama kepada anak-anak itu.
Di waktu istirahat pagi, seorang siswa saya datang ke ruangan kerja saya. "Besok cerita lagi di kelas ya Pak. Seru Pak." Katanya kepada saya.
Jakarta, 18 Oktober 2017
No comments:
Post a Comment