"Pak hari ini saya izin tidak masuk sekolah mengajar karena harus mengantar Ibu Mertua ke Rumah Sakit." Demikian berita yang saya terima pagi hari ini. Sebuah berita yang biasa dan lumrah kalau pengirimnya itu adalah seorang guru yang memang jarang-jarang melakukan hal seperti itu. Tetapi dari guru yang ini, maka sms itu menjadi sesuatu yang mengaduk-aduk nurani serta kesabaran saya. Betapa tidak, dalam semester 2 yang baru menginjak pekan ke-6 ini, saya telah mendapatkannya izin tidak masuk kerja sebanyak 3 hari kerja, dan pulang lebih awal rata-rata 1 hari kerja disetiap pekannya.
Kesebelan saya bertambah-tambah ketika, pertama; saya memberikan laporan hal ini kepada atasan saya dan atasan saya justru membalikkan kepada saya. "Oleh karena itu Bu, mengapa guru model seperti ini Ibu selalu berikan kepadanya kinerja BAIK? Dan klasifikasi berkinerja BAIK itu kenaikan gajinya akan seiring dengan standar kenaikan gaji pada tahun ini? Jadi kalau memang dia seperti ini, maka jadikan apa yang memang terjadi menjadi tampak di dalam lembaran kinerja guru yang bersangkutan?"
Jawaban itu menjadikan laporan yang saya sampaikan kepada atasan justru berbalik menjadi bumerang. Memberikan bukti bahwa saya hanya responsif ketika melihat dan membaca kenyataan bahwa guru tersebut tidak layak mendapat predikat sebagai guru yang berkinerja BAIK. Saya merasa menyembunyikan apa yang menjadi kenyataan.
Dua, ternyata saudara muda guru yang sering izin tersebut pada waktu yang bersamaan, yaitu pada waktu beliau izin untuk mengantar Ibu mertuanya ke Rumah Sakit guna mengobati kanker yang terdapat di mulutnya, justru mengunggah foto dan sekaligus membuat status baru; bersama teman-teman menonton film? Jadi, apakah sang Ibunda mertua benar-benar sakit dan beliau bawa ke Rumah Sakit atau hanya ngibul?
Tiga, Bukankah sebenarnya hari ini kelasnya, siswa dan siswinya, sedang mengadakan kunjungan ke luar sekolah? Bukankah jika demikian adanya maka guru kelasnya bertanggungjawab atas kegiatan yang dia rencanakan sendiri?
Maka dengan kenyataan itu, saya menjadi benar-benar tidak habis berpikir. Bagaimana memberikan kesadaran kepada guru saya itu, yang memang secara fisik sudah mencapai bentuk yang dewasa tetapi psikisnya masih belum nyambung antara kewajibannya sebagai pekerja di lokasi kerja?
Itulah SMS pagi ini dari guru saya...
Jakarta, 17.02.2016.
No comments:
Post a Comment