“Prinsip yang dipegang teguh, akan membantu pembuatan keputusan dan pemecahan konflik walaupun konsekuensinya tetap ada dan harus ditanggung.” Begitulah yang ditulis oleh Eileen Rachman di Rubrik Kerier, Koran Kompas, Sabtu, 17 Oktober 2015.
Kutipan itu mengingatkan saya pada dialog antara dua siswa ketika kami berada di kantin, disaat istirahat pagi. Kira-kira beginilah dialog;
A: Mengapa kamu membuat ‘karya’ itu disaat kita sedang sibuk ulangan?
B: Tidak apa-apa. Aku tidak merasa terganggu dengan membuat itu disaat ulangan.
Begitulah kira-kit\ra penggalan dialog dua sahabat tadi. Saya tertegun dengan kalimat yang disampaikan A kepada B. Karena ingin tahu, maka saya bertanya kepada seorang Anak (A) tentang yang dia maksud dari kalimatnya tersebut.
Saya: Mengapa pertanyaannmu seperti itu?
Anak: Iya pak. Soalnya nanti dia kan tidak fokus. Karena sekarang sedang sibuk ulangan.
Saya: Kalau menurutmu harusnya bagaimana?
Anak: Kalau saya, karena sekarang ulangan jadi saya hanya bersiap untuk ulangan saja Pak. Karena saya ingin nilai yang baik. Karena saya ingin masuk sekolah yang bagus.
Supaya saya bisa masuk di Kedokteran, seperti saudara saya Pak.
Saya tertegun lagi dengan apa yang dikemukakan. Diusianya yang masih duduk di kelas VI, ia sudah memiliki visi dan arah yang akan dituju. Mungkin itulah salah satu indikator bahwa A adalah anak yang memiliki prinsip, menurut kutipan di awal tulisan ini.
Dari sini, saya belajar banyak dari mendengar dialog dua sahabat itu. Belajar bagaimana anak itu telah memiliki pendirian. Terbayang oleh saya bagaimana pola dialog siswa itu dengan lingkungan sekitarnya. Bacaan yang sudah dia baca sehingga menjadikannya seperti itu. Terimakasih.
Jakarta, 4 Nopember 2015.
No comments:
Post a Comment