Seperti pada catatan saya sebelumnya, yang mencatat adanya dugaan yang menjadi misteri pada UN SMP untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Misteri ini lahir karena sekolah dan pengawas diamanahi untuk menyampaikan kepada siswa agar tidak mengerjakan soal yang ada di dalam sampul, secara berurutan setelah pengawas membagikan. Namun masih ada soal yang lain lagi, yang berada tidak di dalam sampul.
"Bagaimana agar siswa tidak konsentrasi dan menjadi lupa sehingga mengerjakan mengerjakan soal tidak sesuai dengan yang seharusnya?" kata seorang pengawas di ruang pengawas ketika kepala sekolah sedang melakukan breafing. Pendapat ini benar sekali. Bukankah ketika nantu sudah di lembar jawaban ujian nasional, LJUN, korektor tidak akan melihat soal yang dikerjakan siswa? Bagaimana jika ada seorang siswa yang terjebak mengerjakan soal secara berurut dari soal yang berasal dari dalam SAMPUL atau dari yang TIDAK BERSAMPUL? Pusing bukan?
"Kalau begitu, bagaimana jika ketika pertama kali masuk kita langsung fokus kepada dua soal yang ada di dalam atau di luar sampul itu terlebih dahulu yang dibahas? Sehingga siswa langsung mencoret saja soal-soal yang tidak seharusnya dikerjakan. Sehingga mereka tidak ada yang keliru mengerjakan soal mana?" pendapat pengawas yang satu lagi. Singkat cerita, kami menyepakati pendapat pengawas terakhir itu.
Misteri yang Tidak Terungkap
Lalu, apa sebenarnya harus ada soal bersampul dan soal yang tidak bersampul? Karena sangka buruk pertama yang lahir di semua yang hadir dalam pertemuan kepala sekolah penyelenggara UN adalah akan munculnya soal bernuansa politik sebagaimana yang terjadi di soal Bahasa di UN SMA? Namun ketika ujian Bahasa Indonesia SMP hari berakhir, kami tidak menemukan soal titipan yang berbau politik?
"Mungkin ini salah satu cara agar mengacaukan kunci jawaban yang seharusnya dapat dengan udah didistribusikan?" pendapat seorang pengawas sebelum meninggalkan ruangan pengawas.
"Mungkin juga sebagai ralat atas soal yang ada, yang berada di dalam sampul, karena alasan tertentu, seperti kekeliraun?" pendapat pengawas yang lain lagi.
Pendek kata, misteri yang pagi hari ini, ketika UN akan berlangsung, sudah tidak terbukti. Dan ketika UN untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pun telah berakhir, sangka buruk yang sempat berkembang dalam pikiran kita juga ternyata tidak terbukti, maka misteri yang tadi berkembang, tetap akan menjadi misteri yang tidak terungkap.
Jakarta, 5 Mei 2014.
No comments:
Post a Comment