Untuk kali pertama, saya berkesempatan
berkunjung di Uluwatu, Bali, pada sebuah akhir pekan lalu. Ini menjadi momen
menggembirakan, bahwa berkunjung ke suatu lokasi wisata tetapi tidak saja menikmati kekayaan alamnya saja. Namun juga mengunjungi lokasi terbenamnya matahari tenggelam untuk sekaligus
duduk di trimbun bersama ratusan pengunjung lainnya untuk menikmati tarian
budaya dari Bali, yaitu Tari Kecak.
Ratusan, karena hampir semua tempat duduk yang dibuat berundak keatas mengelilingi dua pertiga panggung yang berada di bawah, penuh sesak oleh pengunjung, yang tidak saja datang dari dalam negeri, tetapi juga terlihat banyak sekali tampang yang datang dari luar negeri. Dan semua dengan kesamaan antusiasme. Serta tentunya, kamera yang tidak berhenti membidik apa saja kegiatan yang ada di panggung. Lokasi yang saya pilih adalahtrimbun paling atas atau belakang di bagian Utara.
Dan tepat, ketika matahari tenggelam, yang posisinya berada di bagian kanan saya duduk, maka seluruh kamera mengarah kepada matahari terbenam tersebut. Ini tidak lain karena posisi pertunjukan berada di tepi laut lepas.
Beginilah kira-kira prosesi pertunujukan tari tersebut;
Pengunjung berdatangan ketika waktu pertunjukkan Kecak masih akan berlangsung lebih kurang satu jam. |
Pertunjukkan tari sedang berlangsung. Cahaya matahari masih terang. Jam telah menunjukkan pukul 18.23 waktu setempat. |
Tari Kecak dalam pertunjukan di Uluwatu itu, menjadi bagian dari pengiring bagi sebuah drama Dewi Shinta yang diculik oleh Rahwana. |
Hanoman, yag berada dalam lingkaran api, adalah pahlawan pembebas Shinta dari Rahwana. Ini adalah scane terakhir dari sekual cerita tersebut. |
Jakarta, 14 Mei 2014.
No comments:
Post a Comment