Beberapa saat lalu, ketika Ramadhan baru saja bergulir, saya mengajak istri dan anak-anak untuk diskusi tentang perjalanan mudik. Berapalama waktu yang akan kami butuhkan untuk mudik. Kapan hari paling tepat, sesuai dengan kegiatan keluarga di Jakarta, kami akan berangkat mudik. Juga rute atau jalur yang akan kami pilih untuk dilalui. Dan berkenaan dengan jalur mudik yang akan kami lalui, juga adalah persiapan konsumsi yang perlu kami persiapkan untuk dibawa serta.
"Jadi kita mudik Yah, tahun ini?" Kata serep saya sebagai pengemudi, yang juga adalah si sulung. Dari nada bicaranya, tampaknya ia rela jika kami memutuskan untuk tidak mudik. Mungkin ada alasan yang tersembunyi sehingga ia memilih untuk tidak mudik. Tapi sebagai bagian dari tim, maka jika pun mudik keputusan kami, maka ia akan siap sedia.
"InsyaAllah Mas. Biar seru di rumah Mbah di kampung." Jawab saya.
Jalur yang semula kami pilih adalah Pantura untuk menuju ke arah timur, nampaknya harus memilih jalur selatan sejak kami meninggalkan Jakarta atau kembalinya. Dan itupun kami harus melakukan persinggahan di sebuah kota untuk menurunkan beberpa muatan yang cukup mengganggu jika muatan itu tetap kami bawa-bawa dan baru kami turunkan ketika kami kembali ke Jakarta. Oleh karenanya, maka jika itu nanti yang menjadi pilihan rute perjalanan kami, menurunkan beberapa peralatan anak kos, akan menjadi prioritas pertama sebelum kami melanjutkan perjalan ke arah timur.
Meski demikian, kami berharap bahwa perubahan jadwal dan rute dalam perjalanan mudik kami tetap akan menyenangkan. Semoga!
***
Lalu, setelah waktu berganti, bersamaan dengan adanya agenda tambahan yang harus kami kerjakan bersama dngan si bontot, maka rute dan jalur mudik yang sebelumnya sudah kami bahas termasuk di dalamnya adalah jadwal 2 malam menginap di dua kota, tampaknya batal. Meski belum dapat kami katakan batal 100%, namun kemungkinan batal itu terbayang.Jalur yang semula kami pilih adalah Pantura untuk menuju ke arah timur, nampaknya harus memilih jalur selatan sejak kami meninggalkan Jakarta atau kembalinya. Dan itupun kami harus melakukan persinggahan di sebuah kota untuk menurunkan beberpa muatan yang cukup mengganggu jika muatan itu tetap kami bawa-bawa dan baru kami turunkan ketika kami kembali ke Jakarta. Oleh karenanya, maka jika itu nanti yang menjadi pilihan rute perjalanan kami, menurunkan beberapa peralatan anak kos, akan menjadi prioritas pertama sebelum kami melanjutkan perjalan ke arah timur.
Meski demikian, kami berharap bahwa perubahan jadwal dan rute dalam perjalanan mudik kami tetap akan menyenangkan. Semoga!
Jakarta, 24-30 Juli 2013.
No comments:
Post a Comment